Queen of Almeta | lizkook [DINOVELKAN]✔

👑25

Menurutmu, apa definisi kehidupan yang sesungguhnya? Hidup untuk makan? Hidup untuk berkembang biak? Atau apa?

Tapi bagi Pangeran Jeisson, hidup itu untuk berburu kebahagiaan.

Kenapa begitu? Apa karena ia dilahirkan dari keluarga kerajaan? Apa karena ia dianugerahi wajah yang rupawan? Apa karena ia diberi isi kepala yang cemerlang? Atau karena ia memang ditakdirkan menjadi putra mahkota kerajaan Almeta?

Kalau kau berpikir begitu, maka seharusnya kau mengerti sebesar apa tanggung jawab yang ditangguhkan dipundak Pangeran Jeisson. Kau juga harus tau seberat apa beban yang ia pikul karena dilahirkan menjadi seorang Pangeran.

Pemuda itu sudah mendapatkan banyak tekanan sejak kecil. Sebagai satu-satunya penerus Raja Sebastian, Pangeran Jeisson bahkan harus sudah mulai belajar mengenai kepemimpinan sejak berusia delapan tahun. Ia membaca banyak buku setiap harinya, belajar mengenai strategi dan pertarungan, dan juga kasus politik sekalipun.

Pangeran Jeisson pernah menyaksikan bagaimana seorang pengkhianat negeri harus menerima hukuman penggal. Ia melihat pria itu meraung-raung sembari memohon ampun, sebelum akhirnya kapak raksasa memisahkan kepala dan tubuhnya. Saat itu matanya terbuka lebar, terutama saat darah membanjiri balai dan menetes ke atas permukaan tanah.

Tubuh Pangeran Jeisson sempat bergetar dan ketakutan. Namun sang Ayah selalu menguatkan. Pria itu akan mengusap puncak kepalanya sembari berkata, 'Kau akan menghadapi sesuatu yang lebih besar dimasa depan nanti, nak. Pertumpahan darah, bahkan peperangan mental sekalipun. Kau harus menjadi seseorang yang tak mudah untuk ditumbangkan, karena dunia tak akan pernah mengasihani manusia.'

Iya, begitu. Kiranya seperti itu hidup yang harus dijalani oleh Pangeran Jeisson. Tapi disela-sela waktu sibuk yang ia miliki, ia tetap ingin mendapatkan setidaknya seperempat kebahagiaan yang tersedia. Mungkin dengan menjahili guru Hilarion, membuat James kesal, sedikit nakal dengan mampir ke mansion selatan seperti beberapa bulan yang lalu, atau menyelinap masuk ke kamar Ratu Lalisa seperti sekarang ini.

Kini baginya, Ratu Lalisa adalah sumber kebahagiaannya dan merupakan caranya untuk menikmati hidup. Jika boleh diibaratkan, gadis itu seperti sumber mata air ditengah gurun pasir, layaknya pelangi setelah hujan, atau bagaikan sinar rembulan dimalam hari.

Untuk pertama kalinya sepanjang hidup, Pangeran Jeisson merasakan bagaimana rasa rindu yang meremas jantung kala hari sibuknya datang dan tak bisa dicegah. Meski mereka tinggal dalam satu istana, bukan berarti mereka bisa berinteraksi setiap hari, bukan? Bahkan Pangeran Jeisson harus memikirkan banyak cara hanya untuk bertemu secara pribadi seperti ini.

Dan untuk pertama kalinya juga, Pangeran Jeisson merasakan bagaimana kedua sudut bibirnya tertarik sempurna karena kebahagiaan yang membuncah.

Semua itu terjadi karena satu alasan.

Ratu Lalisa Cleon.

Malam ini Pangeran Jeisson kembali mampir setelah lebih dari dua minggu tidak bersua. Belakangan ini ia disibukkan dengan urusan kerajaan dan berkunjung ke beberapa daerah untuk memantau keadaan.

"Aku merindukanmu." katanya sembari mengeratkan pelukan.

Ratu Lalisa tersenyum kecil. Ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang si pemuda, menghirup aroma khasnya yang diam-diam memang ia rindukan juga.

Bagi sang Ratu, Pangeran Jeisson itu seperti ramuan penawar racun. Pemuda tersebut mampu menyembuhkan lukanya secara perlahan dan menghapuskan kebencian didalam hatinya sedikit demi sedikit. Pangeran Jeisson juga mampu menarik jiwanya untuk naik kepermukaan setelah hampir tenggelam ke dalam lubang kehancuran.

Kini tak ada lagi dendam yang tersisa. Meski ia masih terlihat angkuh untuk Julian dan Aluna yang notabene-nya memang pernah menginjak-injak harga dirinya, tapi sesungguhnya ia sudah bisa melupakan itu semua. Ia sudah mampu berdamai dengan diri sendiri dan belajar mengikhlaskan semua yang telah berlalu agar tidak menjadi benalu dalam hidupnya.