👑9

13.8K 2.3K 212
                                    

Jenazah Ratu Jeanette telah dikremasi seminggu yang lalu dan abunya telah disimpan dengan baik di dalam ruangan khusus istana kerajaan Almeta. Jika dua bulan yang lalu rakyat dirundung kesedihan yang mendalam, kini tersisa anggota keluarga dan kerabat yang masih diliputi kabut duka karena kematian yang sesungguhnya.

Ratu Jeanette telah meninggalkan banyak sekali kenangan dan jasa bagi rakyat Almeta. Ia adalah sosok Ratu yang dermawan dan juga bijaksana, memiliki hati selembut sutra serta seringkali disebut sebagai jelmaan dewi Aphrodite.

Kepergian Ratu Jeanette menyisakan luka dan kehilangan yang mendalam, terutama bagi Raja Sebastian dan Pangeran Jeisson. Pria dengan kedudukan tertinggi di daratan Almeta itu juga memutuskan untuk pergi menenangkan diri ke wilayah Adalbaro, sebuah desa kecil nan asri yang berada di sisi selatan Almeta.

Suasana di istana juga mulai berangsur-angsur kembali seperti semula. Sepanjang koridor yang Ratu Lalisa lewati, ia tak lagi menemukan para dayang maupun penjaga dengan mata berair karena tangis. Meski rasa kehilangan itu masih membekas, namun mereka tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan.

"Lalisa.." Ratu Jennifer memegang kedua bahu Ratu Lalisa, menatapnya seperti seorang adik. "Kami harus kembali ke Lavenna untuk mengurus persoalan kerajaan kami. Karena kakakku sedang menenangkan diri, jadi sekarang kau yang harus memegang kendali disini."

Ratu Lalisa mengangguk. Ia menyentuh tangan adik iparnya tersebut, kemudian menggenggamnya lembut. "Aku akan berusaha melakukan yang terbaik. Kau bisa mempercayakannya padaku."

Ratu Jennifer tersenyum. Ia tahu Ratu Lalisa adalah gadis yang baik dan pintar. Setidaknya, ia tak perlu mengkhawatirkan apapun karena melimpahkan tanggungjawab sebesar itu pada Ratu Lalisa. "Kalau begitu, kami pergi dulu."

Raja August sempat melemparkan senyum dan menepuk bahu Ratu Lalisa sebelum akhirnya naik ke atas kereta kuda bersama istrinya.

Kini tinggal Pangeran Victory yang tersisa. Ia menghembuskan napas pelan dan berujar, "Aku titip sepupu sialanku itu, ya. Kondisinya memburuk. Kuharap kau bisa mengendalikannya."

"Ya. Aku akan memastikan putraku akan makan dengan baik."

Ah, terdengar begitu lucu, sebenarnya. Pangeran Victory bahkan sempat tertawa pelan sebelum berucap, "Aku masih tak percaya kalau Jeisson memiliki ibu muda yang seusia dengannya. Kita bertiga lebih cocok membentuk satu kelompok dan membaca buku bersama diperpustakaan atau mendengarkan ocehan guru Hilarion setiap pukul sepuluh pagi."

Ratu Lalisa terkekeh. "Kurasa itu menyenangkan. Aku masih boleh masuk kelas dan mendapatkan pelajaran meskipun aku seorang Ratu."

"Dan juga seorang ibu." Pangeran Victory menimpali, kemudian keduanya tertawa.

"Anakku sulit sekali diatur. Apa kau tahu ramuan yang cocok untuk menghilangkan sikap barbar-nya itu? Rasanya kepalaku mau pecah saja menghadapi tingkah konyolnya." Ratu Lalisa lantas mendengus pelan. Ia sudah tidak tahu lagi harus mengeluh pada siapa. Selama ini Pangeran Victory bisa menjaga rahasianya dengan baik. Jadi tak ada salahnya jika ia berbagi sedikit beban itu padanya. "Apalagi sekarang. Ia jarang sekali menyentuh makanannya. Ia masih sangat terpukul atas kepergian ibunya."

Pangeran Victory menarik segaris senyum seraya mengangguk mengerti. Ia memahami apa yang dirasakan oleh Ratu Lalisa saat ini. Tangannya kemudian terulur, mengusap lengan atas sang Ratu dengan lembut. "Aku yakin kau akan menemukan cara untuk membuat Jeisson kembali seperti semula. Ia sebenarnya merupakan pemuda yang baik dan penurut. Ia bahkan tak pernah membantah ucapan ibunya. Suatu saat nanti ia akan melakukan hal yang sama padamu."

Queen of Almeta | lizkook [DINOVELKAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang