Pangeran Jeisson mendesah pelan. Sang pewaris tahta kerajaan Almeta itu tak lagi memedulikan buku yang terbuka ditangan kanannya. Hanya bungkam, memasukkan tangan kiri ke dalam saku celana, dan masih menyandarkan bahu pada bingkai jendela sembari memerhatikan raut wajah muram Ratu Lalisa yang terlibat pembicaraan tak menyenangkan dengan putra dari Duke Raymond Callister beserta salah seorang dayang dibawah sana.
Pangeran Jeisson tahu betul siapa Julian Callister dalam kehidupan masa lalu sang Ratu. James yang mengulik informasi tersebut dan memberitahukan padanya. Ternyata cinta tak hanya tentang kehilangan, tapi juga tentang kebencian dan rasa sakit.
Ia telah melihat bagaimana hancurnya sang ayah yang bahkan melebihi dirinya pasca kematian Ratu Jeanette. Kini ia menyaksikan dengan mata kepalanya bagaimana Ratu Lalisa yang berusaha menginjak mati perasaannya sendiri dan menguburnya dengan kebencian meski hal itu hanya akan menorehkan luka yang semakin dalam.
Pangeran Jeisson tidak mengerti mengapa gelenyar aneh bernama 'cinta' itu dapat menimbulkan efek sedemikian besarnya bagi kehidupan seseorang. Mereka bisa merasakan kebahagiaan melebihi ambang batas, atau dirundung kesedihan yang mampu menghujam dada.
Namun kembali pada detik itu, Pangeran Jeisson hampir saja melempar buku ditangannya kala James tiba-tiba datang dan bersuara, "Pangeran.. Raja Sebastian sudah pulang."
Oh, astaga.. Mengagetkan saja. Bukan perihal suara dan nada bicara James yang kelewat tenang. Tapi karena Pangeran Jeisson memang tengah tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Pemuda bersurai cokelat itu lantas mendengus pelan. Ia melempar buku yang dipegangnya hingga mendarat mulus diatas permukaan ranjang dan berjalan keluar kamar mendahului James.
"Rupanya ia masih tahu jalan pulang." gumam sang Pangeran.
James hanya bisa menutup mulut sembari melangkahkan kaki disisi tuannya. Ia tak pernah banyak berkomentar tentang keluarga kerajaan, tak ingin menyemprotkan bahan bakar pada api yang berkobar.
Sesampainya di ballroom istana, ternyata Ratu Lalisa sudah menyambut kedatangan Raja Sebastian lebih dulu. Gadis itu memeluk possessive, berusaha menunjukkan pada semua orang bahwa pernikahan mereka benar-benar berjalan harmonis.
Pangeran Jeisson mendesis sinis seraya tersenyum kering. Pemandangan macam apa ini. Ia tidak begitu memahami penyebab rasa kesal yang perlahan muncul kepermukaan. Apakah karena ia tak terima jika ayahnya dipeluk oleh wanita lain selain Ratu Jeanette, ataukah karena hal lainnya.
Pemuda itu lantas melangkah mendekat dan berdehem pelan. "Kau sudah merasa lebih baik, Ayah?"
Ratu Lalisa dapat memahami keadaan dengan cepat. Ia segera melepas pelukan itu dan memberikan jarak untuk sepasang ayah dan anak tersebut.
Raja Sebastian tersenyum tipis. Meski gurat kesedihan masih tersisa, namun ia tetap harus melaksanakan kewajibannya untuk memimpin kerajaan Almeta. Pria itu kemudian memeluk putranya begitu erat. Sesak, rindu dan perasaan bersalah itu bergumul menjadi satu. Ia telah menelantarkan Pangeran Jeisson, bahkan tak ada disisi saat putranya tersebut merintih dan jatuh sakit. "Apa kau baik-baik saja, nak?" bisiknya, menahan pedih. "Maafkan Ayah.."
Pangeran Jeisson menggigit pipi bagian dalam, sempat terdiam sejenak sebelum mengangguk pelan. "Ya, Ayah. Aku tidak apa-apa." Amarahnya perlahan mencair. Karena biar bagaimanapun, Raja Sebastian tetaplah ayah kandungnya.
°°
Ratu Jennifer memasuki kamar Pangeran Victory dengan sebuah nampan ditangan. Usia pernikahannya dengan Raja August sudah berjalan sekitar lima tahun dan ia tetap tak gentar untuk menuntut pengakuan dari anak tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Almeta | lizkook [DINOVELKAN]✔
Fanfic[M] Lalisa Amora sudah hidup menderita sejak ia dilahirkan ke dunia. Terjebak dalam kemiskinan dan lilitan hutang, dikhianati oleh orang terkasih, bahkan dijual untuk dipertontonkan kepada khalayak umum. Namun kau tahu bahwa roda kehidupan akan sela...