👑29

13.5K 2.2K 315
                                    

800 votes + 200 comments for ending chapter ❤

Soalnya chapter terakhir udah selesai diketik. Jadi nanti tinggal langsung dipublish 😘








👑👑👑👑








Ratu Lalisa sangat tidak menyukai keadaan dimana ia harus kembali merasakan rongga dada yang sesak ataupun malam-malam dimana ia tak bisa memejamkan matanya dengan tenang karena gelisah.

Terakhir kali ia merasakan hal itu ketika Julian memberi kabar tentang pernikahannya dengan Aluna, yang bahkan acara pemberkatan tersebut sudah dilaksanakan sekitar satu bulan yang lalu.

Kondisi ini membuatnya muak sekali. Ia kesulitan mencari penawarnya, kesulitan melepaskan diri dari kecemasan yang terus saja mengendap didalam diri.

Gadis itu akhirnya mendudukkan diri setelah lebih dari dua jam hanya terus berguling tak menentu diatas ranjangnya. Ia mengusap wajahnya dengan frustasi, menyeka beberapa bulir keringat yang menyusuri dahi sembari menghela napas berat.

"Sebenarnya kau sadar kalau kau sudah mencintai Jeisson, atau kau pura-pura tidak tahu dan berusaha membohongi dirimu sendiri kalau kau memang mencintai Jeisson?"

Ratu Lalisa terperanjat mendengar suara Raja Sebastian merasuk ke dalam rungunya secara tiba-tiba. Mungkin karena terlalu larut dalam kegundahannya sendiri, ia sampai tidak menyadari bahwa suaminya tersebut sama sekali belum tertidur pulas disisinya.

Gadis itu mendengus pelan dan memutar bola matanya, tampak tak berminat dengan pembahasan ini. "Kenapa mendadak menyeret nama Jeisson? Aku tidak sedang memikirkannya." ia berdusta. Itu adalah pilihan terbaik agar ia tetap terlihat baik-baik saja.

Tapi nyatanya, Raja Sebastian sama sekali tak bisa dibohongi. Pria itu sudah bernapas lebih dari empat puluh tahun dan ia sudah melalui banyak hal dalam hidupnya. Ia mengerti bagaimana perangai seseorang yang sedang jatuh cinta, sedang patah hati, atau seseorang yang bahkan sudah kehilangan arah dan memilih untuk tidak mencinta. Perkara seperti itu hanya mengisi sebagian kecil didalam memori kepalanya, sebab ia sudah melihat banyak sekali kejadian yang terjadi di daratan negeri ini.

Pria itu lantas bangkit, menyandarkan punggung pada kepala ranjang dan berbicara dengan nada tenang. "Jika seseorang hidup bersama orang yang dicintai dan mencintainya, itu akan membuat setiap tarikan napasnya menjadi lebih berarti."

Ratu Lalisa masih berada dalam posisinya--duduk ditepi ranjang dan membelakangi Raja Sebastian, namun kali ini sembari meremas sprei sebagai bentuk pengekspresian hatinya yang semakin berkecamuk.

Raja Sebastian menyandarkan kepala, menatap langit-langit kamar sementara pikirannya mulai melayang pada masa lalu. Sebuah senyuman kecil lantas terukir dibibirnya. "Aku masih ingat bagaimana kebahagiaan yang kurasakan saat aku melamar Jeanette, mengucapkan janji suci kami, bahkan saat Jeisson melihat dunia untuk pertama kalinya. Jeanette dan Jeisson merupakan sumber kekuatan untukku. Seperti aku yang selalu mengingat mereka ketika aku ingin menyerah pada beban dan tanggung jawabku sebagai Raja. Hatiku selalu menghangat ketika melihat mereka tersenyum dan memeluk tubuhku."

Ratu Lalisa merasakan kerongkongannya mendadak kering. Ia menggigit kecil bibir bawahnya. Kalimat yang dikatakan oleh Raja Sebastian seakan menusuk relung hatinya secara perlahan. "Tapi keadaan kita berbeda. Hidupmu sempurna. Kau tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ketika harga dirimu diinjak-injak dan tidak dimanusiakan oleh manusia lainnya. Aku hanya tidak ingin mengulang masa-masa kelam itu lagi."

"Setiap manusia memiliki bebannya masing-masing. Ada kebahagiaan dan juga kesedihan yang tercipta. Mungkin dahulu hidupmu terasa tidak berarti. Tapi bagaimana setelah Julian hadir dalam hidupmu? Apa kau sama sekali tidak bahagia?"

Ratu Lalisa lagi-lagi dibuat bungkam. Ternyata Raja Sebastian sudah mengetahui seluk-beluk tentang hidupnya, bahkan pada hal-hal yang sesungguhnya ingin sekali ia lenyapkan dari ingatan dikepalanya.

"Selama menjalani tugasku sebagai Raja, ada banyak peristiwa yang telah aku lalui. Krisis moneter, berusaha bangkit, kemudian hampir terjatuh sampai ke dasar, sampai akhirnya Almeta berdiri kokoh seperti sekarang. Aku menerima tekanan mental dan beban moral dari semua orang. Mereka semua menyudutkan aku, menunjukku dan menatapku nyalang hanya karena kesalahan kecil yang kuperbuat. Rasanya seperti ingin menyerah dan mati saja. Tapi Jeanette selalu ada dan memberikan banyak kekuatan untukku." ujar Raja Sebastian.

Dalam situasi ini, mereka lebih terlihat seperti seorang Ayah yang tengah berbagi cerita dengan anak perempuannya.

Pria itu lantas melanjutkan, "Tidak ada yang mendapatkan kesempurnaan dalam hidup. Tuhan memberikan kebahagian dan kesedihan pada setiap manusia sesuai dengan porsinya. Semua orang mendapatkannya, namun dengan cara yang berbeda. Sekarang hidupmu sudah jauh lebih baik. Tapi apa kau tidak merasa bahwa kini kau tidak mendapatkan kebahagiaan seperti yang dulu pernah kau terima?"

Bola mata sang Ratu mulai memanas. Ia tersenyum kecut, merasakan bagaimana jantungnya yang seolah tengah diremas kuat-kuat. "Tapi Julian berakhir dengan mengkhianatiku dan--"

"Dan Tuhan telah menggantikannya dengan kebahagiaan yang baru." potong Raja Sebastian. "Aku sudah curiga sejak lama ketika senyumanmu tertarik dengan sempurna dan kau berhenti menggodaku lagi. Ternyata itu semua disebabkan oleh Jeisson."

Raja Sebastian menarik napas pelan. Ia tersenyum kecil mengingat putra sematawayangnya itu. "Kurasa Jeisson mewarisi beberapa sifat dan sikapku. Seperti aku yang mencintai Jeanette, ia juga akan mencintaimu dan akan berjuang mati-matian untukmu. Kau bisa mengingat bagaimana ia yang berusaha menggerus rasa takutnya dan meminta izin padaku untuk menikahimu--bahkan disaat ia tahu konsekuensinya, yaitu kematian."

Ratu Lalisa bungkam. Ia tak tahu lagi harus menjawab apa karena semua yang dikatakan oleh Raja Sebastian memang benar. Pria itu sudah hampir setengah abad merasakan bagaimana pahit-manisnya kehidupan. Ia sudah mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran yang berharga, termasuk soal kebahagiaan serta kesedihan.

Raja Sebastian menoleh, menatap sang Ratu yang masih betah memunggunginya. "Semua pilihan ada ditangan kalian. Aku hanya tak ingin kau menyesal, Lalisa. Sebab kehilangan yang sesungguhnya adalah ketika kau sudah tak mampu lagi menjangkau presensinya. Jeisson memang masih berada dihadapanmu, ia juga masih bernapas normal. Tidak seperti apa yang ku alami, dimana Jeanette sudah pergi untuk selamanya. Tapi bukan berarti kau bisa menggapai Jeisson dengan mudah. Ini belum terlambat. Kau masih bisa mempertimbangkan segalanya."

Ratu Lalisa masih terdiam. Isi kepalanya semakin berkecamuk. Hidup ini memang penuh dengan pilihan. Tapi menentukan jawabannya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Setiap opsi yang disajikan untuknya selalu penuh dengan resiko.

Semua manusia diciptakan dengan sifat egois dimasing-masing kepala. Gadis itu merasa bahwa ia tidak pernah mendapatkan keadilan. Hidupnya terlalu rumit. Ia ingin memperoleh kebahagiaan yang sempurna, namun urung merasakan kesedihan apapun.

 Ia ingin memperoleh kebahagiaan yang sempurna, namun urung merasakan kesedihan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Queen of Almeta | lizkook [DINOVELKAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang