Upacara pernikahan Raja Sebastian dan Lalisa akan dilangsungkan sekitar satu minggu dari hari ini. Gadis itu hanya bisa pasrah, sama sekali tak ingin membayangkan hal apa saja yang akan terjadi di masa depan nanti.
Hatinya bahkan sudah nyaris mati, dihancurkan bersama harga dirinya ketika para warga desa Rothenbelle sepakat untuk menjualnya kepada para rentenir.
Lalisa juga sudah berusaha membuang pemikirannya mengenai cinta. Cih, mendengar kalimatnya saja sudah membuat Lalisa sangat muak. Cinta? Jika itu yang disebut cinta, bagaimana bisa saat itu Julian hanya berdiri dan membiarkannya dijual kepada para rentenir untuk melunasi hutang?
Julian seringkali berkata bahwa ia mencintai Lalisa. Namun bahkan tak ada yang mampu dilakukannya untuk menyelamatkan gadis itu.
Sejak saat itu, Lalisa benar-benar berharap kalau ia takkan pernah bertemu lagi dengan Julian.
Namun agaknya, takdir memang seolah tak pernah berpihak pada Lalisa. Karena diujung koridor istana, presensi Julian kini telah menghentikan langkah dengan raut wajah terkejut, sama seperti dirinya.
Yah, kuharap kalian tidak lupa bahwa Julian adalah putra dari Duke Raymond Callister, yang merupakan tangan kanan Raja Sebastian. Jadi sudah sewajarnya jika Julian tinggal di istana ini bersama ayah dan ibunya.
Julian melangkah perlahan ke arah Lalisa, sementara gadis itu hanya berdiri ditempatnya, lengkap dengan kedua tangan terkepal kuat-kuat.
"Lalisa.. Apa yang kau lakukan disini?" tanya Julian, setengah berbisik.
"Kau akan tahu pada waktunya, Julian."
Julian meneliti penampilan Lalisa dari ujung rambut hingga ujung kaki. Gadis itu kelihatan jauh berbeda. Rambutnya ditata rapi dengan jepit rambut berwarna silver. Wajahnya dipoles bedak dan perona bibir. Dilehernya terpasang kalung emas dengan bandul kupu-kupu yang dilapisi berlian ruby. Gaun indahnya pun menjuntai hingga nyaris menyentuh lantai.
Sekarang Lalisa lebih terlihat seperti seorang gadis berketurunan kerajaan dari pada seorang putri dari petani miskin di desa Rothenbelle.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Julian sekali lagi.
Namun Lalisa tak kunjung menjawab dan membuat Julian menciptakan asumsinya sendiri. Pemuda itu lantas tersenyum miring untuk menutupi kekesalannya dan kembali berujar, "Apa kau menjadi wanita penghibur untuk Pangeran Jeisson, huh?"
Lalisa mendengus pelan seraya tersenyum remeh. Ia menatap Julian tak habis pikir. "Waktu itu kau mengaku sebagai kekasihku dan berkata bahwa kau mencintaiku. Tapi kemudian kau membiarkan aku dijual dan sekarang kau juga menuduhku sebagai wanita penghibur untuk pangeran. Cih, sebenarnya lelaki macam apa kau ini?"
Lalu tanpa disangka-sangka, Aluna memunculkan diri dan berdiri disisi Julian. Gadis itu mengenakan gaun khas seorang dayang kerajaan dan segera memeluk lengan Julian dengan possessive. "Aku dan Julian sudah berpacaran. Jadi wajar saja jika dia sudah tak peduli lagi padamu."
Sepertinya sejak menjalin hubungan dengan Julian, Aluna memutuskan untuk bekerja dan mengabdikan diri sebagai dayang-dayang kerajaan agar bisa lebih dekat dengan pemuda itu.
Tentunya, dayang-dayang dengan para pelayan kerajaan lainnya berada pada kasta yang berbeda. Dayang-dayang biasanya dipekerjakan untuk melayani anggota keluarga kerajaan seperti menyiapkan pakaian, dan lain sebagainya.
Sementara pelayan berada pada tingkatan dibawahnya. Mereka bekerja untuk mengurus istana seperti memasak, memotong rumput, menjaga kebersihan istana, dan sejenisnya.
"Dan, hei.. Gaun siapa yang kau pakai itu? Apa Pangeran Jeisson begitu memanjakan wanita penghiburnya?" lanjut Aluna dengan nada menyebalkan, yang membuat Lalisa ingin sekali mencekik lehernya saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Almeta | lizkook [DINOVELKAN]✔
Fanfic[M] Lalisa Amora sudah hidup menderita sejak ia dilahirkan ke dunia. Terjebak dalam kemiskinan dan lilitan hutang, dikhianati oleh orang terkasih, bahkan dijual untuk dipertontonkan kepada khalayak umum. Namun kau tahu bahwa roda kehidupan akan sela...