01

8.2K 199 29
                                    

Seorang gadis yang baru saja keluar dari ruang kelasnya itu menoleh kebelakang ketika namanya dipanggil. Senyumnya tertarik begitu saja saat melihat seseorang yang sudah lama tak ia temui, padahal selama libur semesteran kemarin mereka berada di satu kota yang sama. Tapi ada saja hal yang membuat keduanya tidak bisa bertemu.

"Hai!" Sapa lelaki yang memakai jaket denim itu dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Hai, Vin! Akhirnya ketemu juga kita."

Orang yang dipanggil 'Vin' tadi mengangguk lalu menggaruk pelipisnya, "Iya, sorry banget ya, Shan kemarin aku batalin janji kita buat main bareng gitu aja."

"It's okay, Vino. Lagian waktu itu kamu kan juga udah minta maaf, kenapa sekarang minta maaf lagi?"

"Aku nggak enak aja sama kamu," Vino membenarkan tas yang ia sampirkan di bahu kanannya, "Makan, yuk? Cacing di perutku udah demo nih." Vino menepuk perutnya beberapa kali membuat gadis yang berjalan di sampingnya itu terkekeh.

"Mana ada cacing demo di dalem perut?"

Tanpa Vino sadari kedua sudut bibirnya sudah tertarik keatas saat melihat gadis di sampingnya itu tertawa. Shani Indira Natio, perempuan yang sejak awal pertemuan mereka berhasil membuat Vino yang terkenal kaku seperti kanebo kering itu menjadi penasaran dan merengek pada Dyo untuk dikenalkan dengan Shani.

"Boleh deh, Vin. Eh, tapi jangan lama-lama, ya?"

Vino mengangkat ibu jarinya kemudian mengangguk.

"Kamu yang milih tempatnya."

"McD aja gimana? Deket juga kan dari kampus."

"Okay, yuk!" Vino menyelipkan jemarinya diantara jemari Shani dan membawa gadis itu menuju mobilnya.

***

"Vino, sayurnya dimakan, ih!" Shani menatap Vino yang sedang cengengesan kemudian menggigit burgernya.

"Nggak enak, Shan."

"Kalau makan jangan sambil ngomong ntar kesedak gimana?" Lagi-lagi Vino hanya meringis menanggapinya.

Setelah itu mereka fokus untuk menghabisnya makanan mereka sambil sesekali membahas mengenai liburan kemarin juga membahas kucing Vino yang baru saja memiliki anak, hal yang membuat Vino membatalkan janjinya dengan Shani waktu itu.

Shani yang sudah selesai memakan burgernya kini sibuk memainkan ponselnya sesekali mencomot kentang goreng milik Vino yang belum habis.

"Udah jam segini, pulang yuk." Vino melirik jam tangannya sebelum mengangguk.

"Kamu kayaknya buru-buru banget." Vino menarik seatbeltnya kemudian menatap Shani yang lagi-lagi sibuk dengan ponselnya.

"Shan, pake dulu seatbeltnya." Vino menarik seatbelt untuk Shani, membuat gadis itu akhirnya mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Iya, soalnya Koko mau kesini sore ini." Shani memasukkan ponselnya kedalam tas, "Makasih, Raja Vino Narendra yang selalu bantuin Shani Indira pake seatbelt." Shani memberikan love sign pada Vino membuat laki-laki itu menggeleng kemudian mulai melajukan mobilnya.

"Koko lagi libur, ya? Makanya main ke sini?"

Shani mengangguk, "Iya, kangen sama aku katanya. Soalnya liburan kemarin kita nggak ketemu, sih. Koko lagi ada dinas luar kota waktu itu." Jelas Shani sambil menatap rintik hujan di luar.

"Asik dong, di apartemen nggak sendirian, nggak bakal minta ditemenin lagi kalau lagi mati listrik, hahaha." Goda Vino.

Shani mencubit lengan Vino sambil mendumel, "Besok nggak lagi aku minta temenin kamu kalau mati listrik."

"Iyalah, soalnya ada Koko. Coba kalau nggak ada."

"Ih! Vino!"

"Bercanda, Shani! Ampuuun, aku lagi nyetir ini." Vino berusaha menghindari dari serangan gelitik dari Shani.

"Makanya gausah nyebelin!"

Mobil Vino berhenti di basemen apartemen Shani, ia memiringkan tubuhnya menghadap Shani yang sepertinya masih kesal dengannya.

"Sorry deh, sorry." Vino menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada, "Ampun ya, Nyai.."

Shani melirik sekilas kemudian mengangguk.

"Dimaafin nggak?"

"Iya, dimaafin." Sebuah panggilan telepon membuat Shani mengurungkan niatnya untuk mengomel pada Vino.

"Halo, Ko?" Sapa Shani.

Vino diam sambil menatap wajah samping Shani yang terlalu indah untuk dilewatkan.

"Manusia bukan sih, Shani ini? Cakepnya kelewatan." Vino bertanya pada dirinya sendiri.

"Koko aku udah sampe, aku duluan, ya!" Shani melepaskan seatbeltnya setelah sambungan teleponnya terputus, "Drive safe. Bye, Vino!" Shani menutup pintu mobil Vino.

Baru beberapa langkah ia kembali membuka pintu mobil Vino, membuat lelaki di dalam mobil itu mengernyit, "Ada yang ketinggalan?"

Shani menggeleng, "Mau bilang, makasih udah diajakin makan sama dianterin balik, hehe. Kali ini serius, bye, Vino!" Shani kembali menutup pintu mobil kemudian melangkah menjauh dari mobil Vino.

Vino menggeleng sambil tersenyum, sikap ramah dan sopan Shani selalu berhasil membuatnya jatuh berkali-kali pada pesona seorang Shani Indira. Wajahnya yang sudah tak perlu ditanyakan lagi kecantikannya, keramahannya, sifat mengayomi dan perhatian Shani benar-benar membuat Vino kagum padanya.

"Boleh aku berharap kamu jadi milikku?"

***


Halo,
Saya sedang gesrek sama Ci Shani jadi iseng aja nulis ini, hehe.

Oh, iya kalian tim #VinShan atau #GreShan nih? :p

Gimana part 1? Saya baru ini nulis cerita dan langsung nulis cerita buat Cici kesayangan kita semua yang sempurna hahaha, semoga kalian suka, ya:)

How IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang