11

1.8K 142 119
                                    

"Masih nggak mau dibales itu chat dari Shani?" Celetuk Nabil yang sejak tadi melihat Vino membaca pesan-pesan dari Shani.

Vino dengan cepat mengunci ponsel dan kembali menatap laptopnya.

"Kangen kan lu?" Tebak Nabil duduk di sofa, "bales aja kenapa, sih, Vin?"

"Nggak."

"Haloo, semua! Boby dan Dyo datang membawa sumber kehidupan kita untuk malam ini."

Nabil dan Vino menoleh ke arah Boby dan Dyo yang membawa kotak pizza serta kantung plastik berisi snack, soda dan nyam-nyam.

Yang terakhir itu milik Boby.

"Makaaaann!" Teriak Nabil sambil melompat dari sofa menghampiri Dyo dan Boby yang sudah duduk di pantry sambil memakan pizza.

"Vin, makan!" Ujar Dyo.

Vino menggelengkan kepala, padahal ini apartemennya tapi kenapa dirinya jadi seperti tamu sementara teman-temannya berlagak seperti ini adalah apartemen milik mereka.

Sekali lagi, ponsel Vino berdering. Nama Shani kembali muncul dengan pesan yang mengingatkan Vino untuk makan malam.

Vino melirik sekilas sebelum mencomot nyam-nyam milik Boby.

"Punya gue, anjir!" Boby memukul punggung tangan Vino, "itu chat dari bini lo nggak mau dibales?" Boby mengedik pada ponsel Vino.

"Nggak bakal dibales, Bob."

"Lah, kenapa?"

"Vino lagi muhasabah diri, mikir mau maju atau langsung injek gigi R, alias mundur." Jelas Nabil masih fokus menonton TV.

"Lo mau mundur?"

"Nggak tahu, Yo."

"Gara-gara anak SMA ingusan itu? Astaga, demi cangcut Neptunus, lo mau mundur, Vino?!"

Vino berdecak, "Nggak tahu, dibilang."

"Vin, lo bener-bener se-insecure itu?"

"Lo tahu sendiri, kan, Shani itu.."

"Sempuna, cantik, baik, nggak sombong, gemar menabung dan yang terpenting anak sultan Jogja, sementara lo cuma Vino Narendra, mahasiswa design interior yang biasa aja, nggak punya kelebihan apa-apa selain kelebihan beban pikiran." Cerocos Dyo, "iya, gue tahu itu semua, Vin. Tapi, apa selama ini Shani mempermasalahkan itu? Nggak, kan?"

Vino mengangguk. Iya. Memang Shani tidak mempermasalahkan itu. Tapi, itu bukan hal sepele bagi Vino.

"Udah gue bilang dari jaman jebot, semua ketakutan yang dia pikirin itu nggak bakalan terjadi." Nabil berlalu menuju lemari pendingin untuk mengambil soda.

"Gue satu, Bil." Kata Boby, "bener. Lagian, kalau Shani masih waras, dia akan milih lo daripada anak SMA itu."

"Gimana kalau kenyataannya malah sebaliknya, hmm?" Vino menoleh menatap Boby, "gimana kalau emang Shani milih dia daripada gue?"

"Ya, berarti Shani bukan jodoh lo."

"Bil! Gue potong lidah lo kalau sekali lagi lo ngomong!" Ancam Dyo dengan melotot menatap lelaki yang memakai celana pendek bermotif spongebob itu, "jangan dengerin omongan Nabil yang otaknya nggak lengkap itu."

"Gimana kalau Shani emang bukan jodoh gue?"

"At least, lo udah coba, Vin." Ujar Boby, "kalau lo ajak nggak pernah ngajakin Shani buat mulai hubungan, yaa nggak bakalan terjadi tuh cerita cinta antara lo berdua."

"Kali ini gue setuju sama si Curut."

"Sekarang gue tanya, lo udah pernah nembak Shani?"

Vino menggeleng.

How IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang