Apanih, apanih... 🤔👀
***
"Mas Anesh kapan bisa main sama adik, Ibun?"
Shani tersenyum, tangan kanannya mengusap puncak kepala Ganesha dengan lembut.
"Sebentar lagi," katanya lalu menutup buku dongeng yang baru saja ia bacakan untuk putra pertamanya itu, "kalau adik udah lahir, Mas Anesh mau bantu Ibun jaga adik?"
Bocah laki-laki dengan piyama bermotif mobil itu mengangguk dengan antusias, "Mas Anesh akan bantu Ibun jaga adik. Mas mau ajak adik main mobil-mobilan."
"Tapi adik kan perempuan, Mas. Masak main mobil-mobilan?"
Wajah Ganesha berubah murung, bibirnya ditarik maju ke depan beberapa senti. Ia menengadah, menatap Shani dengan tatapan sedihnya.
"Jadi, Mas nggak bisa ajak adik main?" Tanyanya dengan polos.
Shani terkekeh geli lalu mencium kening Ganesha dengan kasih sayang.
"Boleh, Mas. Nanti share mainan sama adik, ya? Sekarang Mas tidur dulu, besok katanya mau ikut jemput Papa di bandara, kan?"
"Yeay! Jemput Papaaa!" Kedua tangan Ganesha mengepal dan meninju udara.
Ganesha ini benar-benar daddy's little boy. Vino dan Ganesha terkadang terlihat seperti amplop dan perangko, tidak terpisahkan. Ganesha sering menirukan kegiatan yang Vino lakukan jika di rumah. Jika sang papa sedang menggambar, maka ia akan duduk di samping Vino dengan buku gambarnya, jika Vino sedang berkebun di halaman belakang, Ganesha akan menghampiri Vino dengan memakai straw hat hadiah dari Eyang Utinya.
Terkadang Ganesha dan Vino juga berebut mainan.
Iya, Vino yang sudah tua itu terkadang masih suka bermain dengan mobil-mobilan milik Ganesha. Pernah suatu hari, Vino izin pada Shani untuk membelikan Ganesha mobil remote dengan harga yang lumayan mahal untuk sebuah mainan, dan berujung Vino yang memainkan mobil remote tadi. Dia menggunakan nama Ganesha agar mendapat persetujuan dari Shani untuk membeli mobil remote. Boys will be boys.
Shani hanya bisa geleng kepala jika melihat Vino dan Ganesha yang berebut mainan.
Setelah menidurkan Ganesha. Shani sekarang sibuk mengoleskan berbagai makan skincare di wajahnya. Night routine yang menurut Vino sangat membuang waktu, gara-gara Shani yang harus memakai krim dan segala tetek bengeknya itu, Vino jadi harus menunggu lama untuk bisa ndusel pada Shani.
Handphonenya berdering ketika Shani hendak mengoleskan krim malamnya. Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas ketika melihat si penelepon.
"Hai, Mas," Shani melirik handphonenya, "baru pulang?"
Vino mengangguk dan langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
"Jorok banget, habis dari luar tuh bersih-bersih dulu, jangan langsung rebahan di kasur, kotor, Mas." Tegur Shani ketika melihat suaminya yang sekarang sedang tertawa di seberang sana.
"Nggak aku lagi di rumah, di hotel, kamu tetap aja bawel."
Shani mencebikkan bibir, "yaudah, nggak aku bawelin lagi besok-besok. Terserah kamu aja."
"Bercanda, By ... Galak banget ibu hamil," Vino mengerucutkan bibirnya, "hari ini ngapain aja, Bun? Adik nggak nakal kan, Mas Ganesha juga nggak bikin kamu repot, kan?" Vino kini menyandarkan tubuhnya pada headboard.
"Alhamdulillah, Adik sama Mas Ganesh nggak rewel. Hari ini aku nggak ngapa-ngapain sih, Mas. Nonton drama doang sama masak buat makan siang tadi, Ganesha minta dimasakin steak."
