19

2.1K 144 106
                                    

"Hai, Vino!" Sapaku dengan riang setelah duduk di sampingnya, "aku harus duduk di sini atau di belakang aja?" Tanyaku memastikan.

"Kenapa di belakang?"

"Siapa tahu si chikungunya cemburu lihat aku duduk di samping kamu?" Kataku sambil mengedik bahu.

"Nggak usah. Di sini aja, kalau di belakang yang ada aku dikira supir grab," Vino mulai melajukan mobil, "eh, tadi kamu manggil Chika siapa?"

Aku menoleh sambil bergumam, "Cikungunya. Kenapa, kamu marah dia aku panggil pake nama virus?"

"Kenapa harus pake nama virus, sih? Dia kan punya nama."

"Terserah aku lah."

Setelah itu aku memilih untuk mengunci mulutku rapat-rapat, malas menanggapi pertanyaan yang Vino tanyakan padaku.

Barulah setelah mobil Vino berhenti di garasi rumahnya, aku kembali memasang senyum di wajahku. Bagaimana pun juga, aku harus bisa semakin mendekatkan diri ke mama Vino.

"Akhirnya yang Mama tungguin daritadi datang juga."

Aku tersenyum sambil menyalami mama Vino.

"Tadi macet, ada kecelakaan." Itu Vino yang menjawab sambil mengeluarkan beberapa kantung plastik dari dalam mobil.

"Yaudah, buruan dibawa masuk, Mas. Nanti taruh di meja makan aja, kalau dagingnya masukin ke kulkas dulu," aku melihat Vino yang mengangguk kemudian menyeret kakinya masuk lebih dulu, "yuk, Shani." Ajak mama.

Mengangguk, aku lantas mengekori mama Vino masuk ke dalam rumah. Beliau meminta aku duduk di ruang tamu lebih dulu.

Sepeninggal mama yang masuk ke dalam, mataku memicing menatap sebuah foto yang terletak di atas meja yang berada di sudut ruangan.

"Shan," baru hendak mendekat untuk melihat lebih jelas siapa orang yang ada di dalam foto, Vino datang sambil membawa segelas minuman, "minum dulu, nih. Mama lagi ganti baju."

"Kamu mau aku masakin apa?" Tanyaku setelah hampir dua menit hanya ada keheningan di antara kami.

Vino menatapku dengan alis terangkat sebelah, aku menghela napas panjang, "aku itu jago masak, kalau kamu lupa."

"Mama hari ini mau masak rawon, kamu bisa buat rawon emang?"

"Belum pernah buat, sih. Tapi, nanti aku belajar masak itu deh buat kamu."

Vino baru hendak menjawab perkataanku ketika mama tiba-tiba datang dan langsung menculikku menuju dapur.

Ketika sampai di dapur sudah tertata semua bahan yang akan kami masak. Kalau tadi sih, mama Vino bilang mau masak rawon dan buat perkedel juga.

"Kamu udah bisa masak apa aja, Shan?"

Aku menerima uluran apron dari mama Vino kemudian memakainya.

"Belum banyak, Tante. Makanya ini mau berguru sama Tante, hehe."

Mama Vino tersenyum, "Tante hari ini mau masak rawon. Kamu tahu, kan?" Aku mengangguk setelahnya, beliau langsung meyebutkan bahan apa saja yang harus aku siapkan, "rawon itu salah satu makanan kesukaan Vino. Dia bisa nambah tiga kali kalau makan rawon buatan Tante."

Aku tersenyum menanggapinya.

Mulai sekarang aku mau belajar buat rawon untuk Vino.

Semua bahan-bahan yang aku siapkan sudah lumayan familier untukku. Karena Mama di rumah selalu memaksaku untuk mengenali berbagai macam bumbu dapur. Katanya, malu-maluin kalau nanti aku nggak bisa bedain antara jahe dan lengkuas.

How IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang