18

2.1K 150 160
                                    

Hari ini Shani menemani Krishna atas permintaan mama. Koko sedang pergi bermain tenis bersama papa dan mama yang memiliki janji dengan teman SMAnya, membuat Shani harus merelakan waktu rebahannya untuk menemani sang adik.

Mereka berdua sekarang berada di salah satu mall yang ada di Jogja. Sejak tadi Shani hanya diam memperhatikan Krishna yang sedang sibuk memilih sepatu. Beberapa kali adiknya itu bertanya padanya mengenai sepatu mana yang terlihat cocok untuknya.

Entah kenapa mood Shani untuk shopping sedang tidak sebagus biasanya. Ia benar-benar tidak tertarik untuk membeli atau untuk melihat-lihat baju, tas atau sepatu seperti biasanya. Yang ingin ia lakukan hanya segera pulang dan kembali menonton drama untuk mengalihkan pikirannya dari Vino.

"Mas, yang ini ukuran 43 ada?"

Shani menoleh ketika mendengar suara tadi. Di sana, Vino berdiri sambil memegang sebuah sepatu berwarna putih.

"Mas Vino!" Shani langsung membalikkan badan ketika mendengar Krishna yang malah memanggil Vino dan membuat laki-laki itu melangkah ke arahnya.

Adek ngeselin.

Shani mendelik pada Krishna yang dibalas dengan wajah meledek dari adiknya itu.

"Di sini juga kamu. Borong sepatu, ya?" Vino menepuk pundak Krishna, melirik Shani dari ujung matanya, "eh, hai, Shan."

"Hai, Vin. Beli sepatu?"

"Ya iya lah, Ci. Namanya juga di toko sepatu, masa beli mobil." Shani kembali mendelik pada Krishna, "basa-basinya basi banget sama mantan pacar." Ucap Krishna kemudian pergi menanyakan ukuran sepatu untuknya pada seorang pramuniaga yang ada di sana.

"Habis ini mau kemana, Shan?"

"Belum tahu, sih. Pulang palingan, ini juga cuma nganter Krishna doang beli sepatu."

Vino mengangguk beberapa kali, "Koko nggak ikut?"

"Lagi main tenis sama papa."

Hening.

"Maaf, Kak, ini yang ukuran 43." Seorang pramuniaga menghampiri Vino dan memberikan sepatu yang tadi Vino tanyakan ukurannya.

"Bagus nggak, Shan?" Tanya Vino setelah mencoba sepatunya dan mendapat jawaban anggukan dari Shani, "yaudah, saya beli yang ini deh, Mas."

Shani mengangguk dan membiarkan Vino melangkah menghampiri Krishna untuk membayar sepatu pilihan mereka.

"Ci, kalau pulang bareng Mas Vino, gimana?" Krishna bertanya setelah selesai membayar sepatunya, "aku ada urusan sama teman kampus, bahas proker buat himpunan."

"Kok mendadak banget, sih, Dek?" Shani masih berusaha sok kalem dan tenang. Padahal, dalam hati ia menjerit kesal.

Bagaimana bisa Krishna memintanya pulang bersama Vino?! Apa adiknya itu tidak tahu kalau antara Shani dan Vino itu ada sesuatu yang belum terselesaikan?

"Iya, aku juga nggak tahu, dia barusan telepon aku, Ci. Nggak papa ya, pulang sama Mas Vino?"

"Cici naik taksi aja. Nanti ngerepotin Vino." Shani berusaha menolak. Bagaimana pun caranya, ia tidak mau berada satu mobil dengan Vino.

"Nggak pa-pa kali, Shan. Santai aja."

Krishna mengangguk, "tuh, udah diizinin sama Mas Vino buat nebeng."

Lima detik setelahnya Krishna langsung berpamitan tanpa mau mendengarkan protesan lagi dari Shani. Ia melangkah lebar keluar dari store sepatu, meninggalkan Shani dan Vino.

"Yuk, Shan." Baru dua langkah Vino menghentikan jalannya kemudian berbalik, "mampir ke salon dulu, ya? Chika lagi potong rambut tadi."

***

How IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang