Ko Henri
Vin, ntar lo jadi bisa dateng kan?
Cafe milik Henri hari ini sudah melakukan soft opening untuk beberapa hari kedepan. Henri meminta Vino untuk menemaninya di cafe selama acara soft opening, karena beberapa desain di cafe Henri memang tercipta dari ide seorang Raja Vino Narendra. Lelaki yang kini tengah berusaha menyelesaikan bagiannya di project yang sedang ia kerjakan.
"Vin, udah jam dua." Boby menunjuk jam yang menempel di dinding dengan dagunya, "Lo tadi katanya mau ke cafe Kokonya Shani, nggak jadi emang?"
"Jadi, ini Koko barusan chat gue. Tapi nanti dulu lah, gue kelarin ini dulu."
"Alah, santai. Nanti biar gue sama Nabil yang lanjutin. Lo ke sana gih, Ko Henri pasti butuh bantuan lo di sana." Boby mendorong tubuh Vino, "Buruan sana, keburu gue berubah pikiran, nih."
"Yaudah, gue ke sana dulu. Nanti kalau lo butuh apa-apa bilang ke gue." Vino memasukkan laptop juga beberapa peralatan 'perangnya' kedalam tas, "Thanks ya, Bob. Nanti gue bakal tambahin nama lo di list tamu buat grand openingnya." Vino menepuk bahu Boby, "Gue duluan." Tukasnya langsung melangkah keluar dari kamar Boby.
Vino turun dari mobilnya dan langsung masuk ke dalam cafe, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Sudah ramai orang yang datang mencoba menu makanan dan minuman yang di sediakan, ada juga yang sedang mereview cafe milik Henri. Vino kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lantai atas, ke ruang kantor Henri.
"Ko?"
Henri menggerakkan alisnya, menyapa balik Vino. Pria dengan kaus polo berwarna putih itu memberi kode Vino untuk duduk di sofa sembari menunggunya selesai berbicara dengan seseorang di telepon.
Vino mendudukkan pantatnya di sofa yang waktu itu ia pilih bersama Henri, pandangan matanya menelisik ke setiap sudut ruangan ini. Ruangan yang Henri rancang dengan sedemikian rupa, hingga dapat membuat sang empunya merasa nyaman ketika berada di ruangan ini. Di sebelah kiri ada balkon yang Henri sulap menjadi sebuah taman kecil yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan juga ada sebuah kursi duduk dengan meja kecil di sana.
"Akhirnya dateng juga lo." Henri duduk di sofa seberang Vino, "Gue kira nggak jadi dateng." Tukasnya.
"Sorry, Ko." Kata Vino tidak enak, "ini aja gue limpahin tugasnya ke si Boby."
Henri tertawa, "Nggak papa, di sini kan juga lo ada kerjaan." Henri menyesap americano miliknya, "turun yuk, Vin. Lo belum lihat bagian belakang cafe juga, kan?"
"Yang waktu itu bilang mau buat working space itu jadi, Ko?"
"Jadi, makanya ayo turun, biar lo lihat sendiri hasilnya. Ini semua kan juga atas ide-ide lo." Henri merentangkan kedua tangannya, "Ruangan gue jadi keren gini, mantep emang lo." Henri mengacungkan jempol ke arah Vino.
"Hahaha, bisa aja. Makasih, Ko."
Kegiatan soft opening hari ini dimulai pukul sepuluh dan selesai pukul lima sore. Saat ini Vino tengah memberikan beberapa masukan pada para pekerja di cafenya. Henri juga membacakan beberapa komentar yang ditinggalkan para pengunjung siang tadi.
"Nah, tujuan adanya soft opening ini buat barometer kita, udah seberapa siap kita buat nanti beneran buka cafe ini. Juga buat menarik para pelanggan, dengan cara kita nawarin menu-menu yang kita punya dan juga dengan memberi promo tertentu," Ujar Henri, "terus beberapa komentar yang tadi udah gue bacain juga bisa jadi sarana buat kita untuk memperbaiki kualitas pelayanan kita di cafe ini buat ke depannya. Tapi, dari semua yang gue baca mostly komentarnya positif, kok." Henri membaca beberapa sticky notes yang ada di tangannya.
"Ini berarti persiapan kita selama ini nggak sia-sia. Terima kasih atas kerja keras kalian hari ini, masih ada beberapa hari sampai grand opening Yo Jo Cafe ini, semoga kita bisa pertahanin kualitas hari ini, kalau bisa ditingkatin lagi. Yaudah, itu aja yang mau gue sampein, kalian boleh siap-siap pulang." Tukas Henri diakhiri dengan tersenyum.
