"Vino," panggilku ketika membuka pintu.
Hal pertama yang ada di pikiranku adalah, berantakan.
Iya. Ruangan ini sangat berantakan, beberapa kertas terbuang di lantai, begitu juga dengan pensil, penghapus serta penggaris.
Aku pesanaran, bagaimana bisa pemilik unit ini bisa hidup dengan keadaan berantakan seperti ini. Aku meletakkan tas kemudian melangkah menuju dapur.
Keadaanya tidak jauh beda, beberapa cangkir berisi sisa kopi, piring serta bungkus mie instant kesukaannya tergeletak begitu saja di meja.
"Jorok banget." Gumamku kemudian mulai membereskan semua sampah-sampah di ruangan ini.
Setelah selesai membuang dan membersihkan dapur serta ruang tengah, aku memilih untuk kembali ke dapur dan melihat ada bahan apa saja di kulkas. Hanya ada beberapa kotak susu, kopi, kopi, kopi, ayam dan kentang.
Oke. Aku harus kembali mengingatkan lelaki yang sangat menyukai kopi itu, untuk mengurangi konsumsi kopinya.
Aku mengambil kentang juga ayam yang ada di dalam kulkas. Mengambil pisau dan bahan lainnya untuk membuat mashed potato dan roasted chicken.
Beruntung, mama Vino menyediakan beberapa peralatan masak dan aku juga selalu menyiapkan beberapa bumbu di apartemen Vino. Jika sewaktu-waktu jiwa malasnya pergi atau ketika keperduliannya pada kesehatan tumbuh, ia bisa memasak makanan untuk dirinya sendiri daripada membuat mie instant.
Aku baru saja meletakkan mashed potato serta roasted chicken di meja ketika mendengar suara erangan dari kamar Vino.
Aku melangkah menghampiri lelaki yang sedang sibuk merenggangkan ototnya di atas kasur.
Dasar, tukang tidur.
Padahal sudah jam dua sore dan ia baru saja bangun.
"Rise and shine, good morning Mr. Sleepyhead." Sapaku sambil menarik selimut dari tubuhnya.
Ia menghentikan kegiatan merenggangkan ototnya. Berkedip beberapa kali, mengucek matanya sebelum langsung duduk, menatapku lengkap dengan kerutan di dahinya.
"Ini aku udah bangun, atau masih tidur dan lagi mimpi?"
Aku tertawa melihat wajah cengo serta bangun tidurnya, rambutnya yang sedikit gondrong dan berantakan serta mulut menganganya. Gemas sekali manusia ini!
"Kamu udah bangun, kok." Ujarku, "semalem tidur jam berapa? Jam dua sore baru bangun." Aku mengedik ke arah jam dinding.
"Tadi baru bisa tidur waktu setelah subuhan persis." Jawabnya sembari melangkah ke kamar mandi, "kamu sejak kapan di sini?"
Aku bergumam, "Sejak jam satu, mungkin?" Aku mengedikkan bahu, "I dont know."
Ya ampun. Sesibuk apa, sih manusia ini? Kamarnya berantakan sekali. Aku sampai harus berhati-hati untuk melangkah agar tidak menginjak kertas-kertas berisi gambarnya yang tercecer dimana-mana.
"Kamu bisa hidup di tempat seberantakan ini, By?" Sindirku ketika ia keluar dari kamar mandi, "lihat. Kertas, pensil, penghapus dan baju kamu berceceran begini."
Si manusia penghuni kamar itu hanya memamerkan cengirannya sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Nggak sempet beres-beres," jawabnya kemudian langsung memungut satu-persatu kertas berisi gambar desainnya, "aku beresin dulu, deh."
"Nggak usah, aku aja sini."
Ia menggeleng, "Jangan lah, Shan. Kamu itu pacar aku bukan pembantu aku. Lagian, ini berantakan juga gara-gara aku, udah aku aja." Ia mengambil satu-persatu pensilnya yang berserakan kemudian ia masukkan kedalam sebuah kotak, "biar aku beres-beres ini dulu. Kamu tunggu sambil nonton TV aja atau ngasih makan Virgo aja sana."