Sejak tadi Shani terus mengedarkan pandangannya, mengamati satu persatu orang yang berlalu lalang di depannya. Henri tahu betul siapa orang yang adiknya sedang cari.
"Nggak bakalan ketemu Vino di sini," kata Henri, "ayo, buruan. Krishna udah ngomel,"
Shani menghela napasnya panjang, melangkah mengikuti Henri yang sudah berjalan menghampiri Krishna.
Shani Indira
Kamu nggak pulang ke Jogja hari ini, ya?:(
***
Shani baru saja selesai membantu mama membuat makan malam. Gadis dengan kaus hitam yang rambutnya dicepol asal itu meletakkan ayam goreng buatannya di atas meja.
Henri dan Krishna akhirnya bergabung di meja makan setelah papa memanggil mereka berdua disusul mama yang membawa jus untuk masing-masing orang.
Shani meletakkan sendoknya dengan posisi teebalik, menandakan Ia sudah selesai dengan makan malamnya. Tangannya meraih segelas jus strawberry yang Heni buat untuknya.
"Adek nggak pulang ke Jogja bareng Vino?"
Pertanyaan dari Heni membuat Shani tersedak, gadis itu beralih mengambil air putih yang Krishna sodorkan untuknya.
Setelah batuknya mereda, Shani menoleh kearah mamanya sambil menggeleng.
"Nggak tahu Vino pulang ke Jogja atau nggak,"
"Loh, bukannya kalian-"
"Adek mau pamit ke kamar duluan ya, Pa." Bangun dari duduknya, meletakkan piringnya yang sudah kosong ke bak pencuci piring kemudian langsung melangkah meninggalkan ruang makan.
***
Heni membuka pintu kamar Shani, mendorongnya hingga terbuka lebih lebar.
"Mama boleh masuk?"
Shani terkekeh lantas mengangguk, "boleh lah. Masuk aja, Ma," gadis yang awalnya duduk menghadap meja belajarnya kini sudah beringsut ke kasur, menjadikan paha Heni menjadi bantal untuknya.
"Kenapa belum tidur?" Heni melirik jam yang ada di atas nakas, "udah mau tengah malam loh ini," Heni membelai surai hitam panjang Shani yang tergerai.
"Belum ngantuk aja," ucapnya, "Adek kangen,"
Heni menunduk agar dapat melihat wajah putrinya.
"Kenapa?" Tangan yang awalnya membelai rambut Shani kini berpindah mengusap alis putri kesayangannya, "Adek nggak mau cerita ke Mama, hmm?"
Mata Shani yang awalnya terpejam karena usapan lembut Heni di alisnya perlahan mulai terbuka. Menatap manik mata wanita yang sangat Ia sayangi di dunia ini.
"Ma, Vino marah sama Adek,"
"Karena?"
"Salah adek sih emang. Tapi, aku nggak nyangka kalau Vino semarah dan sekecewa ini sama aku. Satu semester kemarin dia benar-benar nggak pernah hubungin aku. Bahkan dia berhenti bantuin Koko di cafe. Vino menghindar dari adek, Ma."
"Alasan apa yang bikin Vino sampai kayak gitu? Adek ngapain emang?"
Shani menarik napas, menghembuskannya perlahan, "Adek kemarin udah jadian sama Vino,"
"Bagus dong,"
"Nggak bagus, Ma." bantah Shani.
"Loh, kok gitu, kenapa?"
"Mama ingat dengan Gracio?" Heni mengangguk, Shani menarik napas panjang kemudian menceritakan semuanya.
"Adek jahat banget ya, Ma?" Gadis itu bertanya setelah menceritakan semuanya.
