5. Airin Arasya

542 26 0
                                    

"Baru saja kau buat aku melayang, tetapi didetik kemudian kau juga yang membuat ku terjatuh kembali"
"Airin Arasya"

ooOO*****OOoo

Aku mencoba membuka mataku. Tangan kananku terasa berat. Aku coba untuk menggerakkannya, nihil sama saja. Seperti ada yang menggenggamnya. Ku mulai melihat.

Deg. Ternyata mas Aji. Jadi dia menemaniku?. Kucoba menarik tanganku perlahan, agar gerakan ku tak mengusik tidur nyenyak mas Aji.

Setelah tanganku bebas. Ku usap lembut rambut mas Aji. Seketika air mataku jatuh."maafkan Airin mas, maafkan Airin yang tidak bisa menjaga anak kita hiks hiks"gumamku dalam tangis.

Kulihat wajah mas Aji sangat kelelahan."maafkan Airin yang egois mas, maafkan. Jika mas tau Airin tidak bisa lagi memberikan mas keturunan hiks hiks pasti mas membenci Airin dan akan meninggalkan Airin "kataku penuh sesal. Aku perempuan yang tak berguna. Memberikan keturunan saja untuk mas Aji tidak bisa. Aku perempuan yang banyak kekurangan.

Aku masih mengusap lembut rambut mas Aji. Teringat kejadian tadi. Membuat aku merasa bersalah. Bagaimana tidak seorang istri membentak suaminya dan mengusirnya. Maafkan hambamu ini ya rabb.

Aku terbangun dari pingsan ku. Hal pertama yang aku lihat adalah ruangan yang sangat asing bagiku dan bau obat dimana-mana."Tempat apa ini"batinku.

Bunyi alat detak jantung.Apakah ini rumah sakit. Ku lihat wanita tua yang sedang tertidur diatas sofa dalam kamar inap ku. Dia terlihat sangat lelah.

Aku mencoba mengubah posisiku menjadi duduk bersender.
"Aaaawwh"aku meringis karena merasakan sakit di kepala dan perutku. Sangat sakit. Karena ulah suaraku, aku tidak sengaja mengusik tidur nyenyaknya bi Ayum.

"Eeh non udah sadar" kata bi Ayum bahagia dan langsung berdiri melihatku telah sadar. Emang sudah berapa lama aku pingasan sampai-sampai bi Ayum sebahagia ini.

"Bi Airin kenapa?, mengapa Airin bisa disini?"tanyaku penasaran mengapa aku ada disini.

"Mm non tadi bibi temukan pingsan didalam kamar mandi dan bibi kawatir langsung saja membawa non kerumah sakit dibantu adit dan kawan-kawan nya"terang bi Ayum yang mengingatkanku kejadian itu. Iya aku ingat aku terpeleset dikamar mandi.

"Terus bagaimana kondisi Airin bi?"tanyaku lagi menanyakan bagaimana kondisi ku, untung-untung bayi dalam kandunganku tidak apa-apa.

"Non baik-baik saja, tta-tapi non mengalami keguguran"kata bi Ayum yang dapat kulihat raut wajahnya sedih dan mulai memeluku sangat erat.

Refleks aku memegang perutku, anak ku tidak ada lagi disana?.

"Gak, gaaak mungkin kan bi, anak Airin masih ada. Bibi bohong kaan" teriaku sangat keras. Aku merasa terpukul mendengar perkataan bi Ayum bahwa aku mengalami keguguran. Ya Allah anak yang selama ini aku nanti-nantikan sekarang kau ambil kembali, baru beberapa minggu aku merasa bahagia dia ada didalam rahimku. Sekarang dia telah tiada.

"Bi jawab bi, hiks hiks anak Airin masih ada kan bi hiks hiks" tanyaku lagi karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari bi Ayum. Bi Ayum hanya menangis dan memeluku sangat erat mencoba memberiku dukungan yang kuat agar aku mengikhlaskan semuanya. Sekarang aku gagal menjadi ibu.

Suara pintu terbuka mengagetkan aku dan bi Ayum. Seketika kulihat Mas Aji sudah berdiri di ambang pintu, lantas aku membuang muka. Ntah aku merasa tak pantas saja jika mas Aji melihat wajah seorang wanita yang gagal dalam menjaga calon bayinya.

Jodoh Tak Utuh (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang