"Rin"panggil Oca saat Airin hendak mengambil nasi."Hem"balas Airin cuek, dan mulai menyantap hidangan dihadapannya.
"Lo kuat banget jadi manusia rin."
"Gue kuat karena gue ingat pesan ibu mas Aji, agar selalu ada buat mas Aji, selalu perhatiin mas Aji, dan selalu kuat jika mas Aji melakukan kesalahan."
"Ow ia. Lo belum cerita sama gue loh"tagih Oca.
Airin menghentikan suapannya,"harus banget gue cerita?"
Oca mengangguk dan Airin menarik nafas dalam-dalam,"Semasa mas Aji kecil dia dan sahabatnya punya janji sama Mas Zaki mantan suami Sindi. Saat mereka kecil mas Zaki bilang sama mas Aji, kalau salah satu di antara mereka berdua meninggal. Maka yang masih hidup wajib buat nempati janji tersebut, apapun jenis janji itu. Jadi waktu mas Zaki menghembuskan nafas terakhirnya dia menagih janji mas Aji. Buat menikahi istrinya yaitu Sindi."
Airin menjeda ceritanya sementara Oca mendengar tanpa memotong sedikit pun.
"Dan mas Aji minta izin sama gue. Gue izinkan dia asalkan dia ceraikan gue, tapi mas Aji gak mau kalau gue ceraikan. Kemudian karena gue gak mau mas Aji mengingkari janji maka gue setujui aja asalkan mas Aji dapat berperilaku adil"jelas Airin sembari menerawang memutar masa lalu.
"Tapi lo ada yang merasa menjaganggal dengan semua ini?"tanya Oca yang membuat Airin menggeleng."enggak sih tapi yang gue gak ngerti itu, kenapa mas Aji mudah banget buat dekat sama Sindi."
Oca meneguk air ludahnya,"sejauh ini Aji adil gak sama lo?"mengalihkan pembicaraan.
Airin menyuap nasi,"sejauh ini masih"kata Airin tersenyum kecil.
Oca hanya bisa ber'oh ria saja, kemudian mereka melanjutkan kembali makannya.
*****
Sindi turun dari mobil begitu saja saat mereka telah sampai dirumah Sindi, tanpa menunggu Aji membukakan pintu untuknya.
"Kamu kok gini sih yang?"teriak Aji dari luar. Sindi tak mengubris pertanyaan Aji tersebut.
Aji mengekori Sindi yang sedang berjalan menuju kamar mereka. Sindi duduk dikasur membelakangi Aji yang sedang berdiri di daun pintu.
"Kamu kenapa lagi, sih?"
Sindi tetap saja tidak menjawab pertanyaan Aji. Ia sedang sibuk melepaskan haigh heels nya. Kemudian dia ke kamar mandi dengan pintu yang ditutup sangat kuat.
Aji hanya bisa memijit pelipisnya. Dia bingung apa kemauan istrinya, padahal tadi didalam mobil Aji sama sekali tidak menyebutkan nama Oca ataupun Airin.
Ponsel Aji berdering. Aji mengambil ponselnya yang ada didalam saku. Dia melihat nama Airin tertera disana.
Lantas ia menscrol tombol hijau tersebut."assalammualaikum mas"
"Waalaikumsalam rin, ada apa?"kata Aji duduk diatas kasur.
"Malam ini mas tidur disini,kan?"
Aji tampak berpikir sebentar,"mas eng-"
"Siapa mas?Airin lagi?"tanya Sindi yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan baju yang sudah ia ganti.
Aji menutup ponsel dengan selimut karena takut Airin mendengar ucapan Sindi. Aji menoleh kebelakang,"ia Airin yang"kata Aji pelan dengan tangan tetap menjauhkan ponsel dari dirinya.
"Kamu tau kan aku lagi badmood, kenapa kamu angkat telpon nya?"kata Sindi dengan sedikit nada tinggi.
"Yang pelan kan sedikit suaranya, telpon nya masih tersambung"kata Aji menyuruh Sindi untuk memelankan suaranya, takut-takut nanti Airin denger pula.
"Kenapa sih harus sembunyi-sembunyi. Aku kan istri kamu juga, berhak dong buat ngomong gitu"kata Sindi yang sedang mengeringkan rambutnya semakin kesal.
Sindi mendekat ke Aji,"mana sini ponsel kamu"pinta Sindi merampas ponsel Aji yang tertutupi selimut."halo mba, maaf ya mas Aji malam ini tidur dengan aku"kata Sindi seolah dia tau apa niat Airin menelfon Aji.
"Tapi sin, malam ini mas Aji waktunya tidur sama aku!"
"Mba gak dengar aku bilang apa tadi!"
"Iya mba denger. Tapi kan-"
"Kalau aku bilang enggak, ya tetap enggak mba. Mas Aji itu suami aku juga, berhak dong aku ngatur-ngaturnya"emosi Sindi.
Dari tadi Aji mencoba meraih ponsel nya namun Sindi selalu mencegahnya," kamu kok ngomong gini si Sin?."
Sindi tak menjawab pertanyaan itu dia hanya memutuskan sambungan begitu saja."kok kamu matiin yang?"tanya Aji saat mendengar sambungan terputus.
Sindi memberikan ponsel Aji dengan sedikit melempar keatas kasur."aku mau dirumah ini jangan pernah lagi nyebutin atau bahas tentang Airin, ataupun mengangkat telpon dari Airin."Sindi mulai egois.
Aji membulatkan matanya,"kok kamu gitu, Airin juga istri aku. Dia juga ada hak atas rumah ini"bentak Aji tak mampu dibendung lagi.
Sindi memutar badan nya,"kamu bentak aku mas?"tanya Sindi dengan bentakan pula.
"arrgh terserah kamu lah"kata Aji emosi dan meninggalkan Sindi dikamar.
"MAS KAMU BELUM JAWAB PERTANYAAN AKU YA"teriak Sindi dari dalam kamar.
Aji tak mendengar kan teriakan Sindi, dia memilih pergi dari sana. Ntahlah dia mau kemana yang jelas pikirannya lagi kacau.
"KAMU MAU KEMANA MAS?"teriak Sindi saat melihat mobil Aji meninggalkan perkarangan rumah.
"MASSS"teriak Sindi sekuat-kuatnya, tapi nihil karena mobil Aji sudah pergi menjauh.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Tak Utuh (On going)
ChickLit[Slow update] Takdir Bukanlah Alasan! Perjanjian yang melukai hati seorang wanita malang. Airin, dialah wanita itu! Masalah hidupnya terlalu rumit, menyedihkan dan menjijikan. Berada di tengah kebimbangan. Antara dua pilihan, bertahan atau menyerah...