24 : The Truth

3.8K 207 1
                                    

Jack mendekati Elinna yang berada di antara rak buku. Dia mendekati telinga Elinna lalu membisik sesuatu.

" Hi babe. "

Pantas Elinna menoleh lalu tersenyum.

" Hi. Lama tak nampak. " katanya.

" Lately ni aku busy sikit. " balas Jack

" Mana yang lain? Felix? Ben? " soal Elinna.

Jack mengetap gigi menahan geram.

" Tak tau. " balas Jack dingin.

" Aku ada something nak tanya. " Elinna menarik lengan Jack keluar dari library.

" Nak tanya apa? "

Elinna diam. Dia teragak-agak untuk bertanya. Tapi sampai bila?

" El? Kau okey tak ni? Kau nak tanya apa sebenarnya? " Jack memandang tepat kearah anak mata Elinna.

Anak mata itu. Sama seperti Arisa.

" Siapa Arisa? "

Jack terdiam lalu dia memandang kearah lain.

" Banyak kali juga aku dengan kawan-kawan mention pasal Arisa. Siapa dia? Tak nak kenalkan aku dengan dia ke? " kata Elinna.

" Aku tak ready lagi nak bagitau kau. Aku harap kau faham. " Jack terus meninggalkan Elinna.

Ben berjalan pantas mengekori seseorang. Matanya tajam memandang gerak-geri figura dihadapannya.

" Kita bongkarkan malam ni jugak. " Omel dia sendirian.

Sampai saja di lorong yang sempit dan sunyi, dengan pantas dia menekup mulut seseorang lalu ditarik sampai ke rumah Ben.

Pisau ditangan di letak betul-betul dileher itu.

" Diam! "

" Kau siapa?! " jeritnya.

Ben membuka topi dan mask yang dipakai.

" Kenal aku? Elinna Rose? Or nama sebenar kau Arisa Ridrose? " kata Ben sinis.

" Apa maksud kau? " Elinna memandang Ben tajam.

" Jangan nak pura-pura Arisa. Aku tau semuanya. " Ben gelak sinis.

Elinna seakan blur.

" Kau ingat aku lagi Arisa? " soal Ben.

" Mungkin kau hilang ingatan. Tapi tak mungkin kau tak ingat aku kan? " Ben mencengkam rahang Elinna.

" Siapa Arisa?! " Jeritnya kuat.

Ben melepaskan cengkamannya lalu menolak Elinna jatuh melutut ke lantai.

" 4 tahun lepas...aku bunuh kau. Dan kau muncul semula sebagai Elinna Rose. "

Elinna terduduk.

" Aku cuba untuk bunuh kau supaya kau tak hancurkan plan aku. " sambung Ben.

" Lepas seminggu kau koma, aku dapat berita yang kau dah mati. Masa tu aku happy. Aku happy sebab tak ada orang yang akan halang plan aku. "

" Tiba-tiba setahun kemudian, muncul seorang perempuan. Seiras dengan Arisa. Dia.. Elinna Rose. "

" Hari-hari aku berusaha. Aku cari tau tentang kau. Tapi satu pun aku tak dapat. Latar belakang kau di jaga rapi supaya takde sorang pun tau yang Elinna Rose ni sebenarnya Arisa Ridrose. "

" Karl, orang yang memalsukan kematian kau. "

" Kau nak tau kenapa dia protect kau? " soal Ben.

Elinna mengangkat wajahnya dan memandang wajah Ben.

" Sebab dia tau yang aku takkan lepaskan kau. "

Elinna bangun dan mendekati Ben lalu tersenyum sinis.

" Terima kasih atas pengakuan kau ." katanya seakan berbisik.

" Kau baik. Baik sangat.Tapi disebabkan kau tamak, sifat kejam menguasai diri kau. "

" Tapi aku respect kau. Kau bersusah payah cari kebenaran. Walaupun kebenaran tu tak seratus peratus betul."

" Tapi ada satu kebenaran yang belum terungkap. " bisik Elinna ditelinga Ben.

" Aku rasa kau tau yang Arisa dari kecil tinggal di rumah anak yatim dan kemudian di asuh oleh keluarga Ridrose. " jelas Elinna.

" Aku tau. Tapi apa kena mengena? " kata Ben.

" Dia ada kembar. Kembar Arisa diambil dan dijaga oleh keluaraga Rose. Mereka terpisah sejak kecil. Lepas berumur 16 tahun mereka bertemu semula. "

Elinna membongkarkan segalanya.

Tangan Elinna melingkari leher Ben. Wajahnya dirapatkan dan hidung mereka berlaga.

" Aku.. Elinna Rose, kembar Arisa Ridrose. Dan aku disini untuk balas dendam. " ujarnya.

Terbutang mata Ben.

" Dah cukup banyak rasanya maklumat yang aku bagi. "

" Now. " bisik Elinna.

Beberapa saat kemudian, pintu rumah Ben dirempuh oleh pihak polis.

" Jangan bergerak! " jerit salah seorang pegawai polis.

" Sial! Kau perangkap aku! " amuk Ben lalu cuba untuk melarikan diri.

Bamm!!

Ben jatuh tersungkur. Darah di dadanya membuak keluar.

Elinna keluar meninggalkan tempat kejadian. Dia menoleh ke kanan. Kawan-kawannya juga berada disitu.

" Tugas aku dah selesai. Kakak mesti gembira dekat sana. " kata Elinna dengan air mata yang bertakung.

Dia memandang satu-persatu kawan-kawannya.

" Korang mesti tak sangka kan? " kata Elinna.

Tiara mendekati Elinna lalu tubuh itu dipeluk.

" Ris mesti bangga dengan kau. " katanya lalu mengusap lembut tubuh Elinna.

" I hope so..." Elinna tertawa kecil lalu air matanya lebat membasahi pipi.

Writing by Cikl0li
20 March 2020

PROTECT HER Where stories live. Discover now