Gentar

2.4K 78 0
                                    

Senja tiba dengan langit hitam suram. Gumpalan awan mendung terhias di atas. Hempasan angin menggoyah secara paksa dedaunan pohon di tepi jalan,sudah bisa di tebak hujan akan segera mendarat.

Seakan tidak peduli pada mendung,motornya tetap melaju di jalan yang terbilang lenggang. Mungkin pengaruh mendung yang membuat orang orang enggan keluar rumah. Meski kini dirinya berkendara tapi bukan jalan yang menjadi pusat pemikirannya. Gadis yang terlepas dari genggamannyalah yang menguasai pemikiran Cakra.

Rintikan hujan mendarat mulus di tubuhnya. Dengan balutan jaket kebanggannya,Cakra menambah gas pada laju motornya. Rintikan semakin deras berjatuhan tanpa henti,seakan menari bebas di alam terbuka ini.

Di balik helm full face yang melindungi kepalanya,mata tajamnya menangkap objek yang menarik perhatian. Cakra menepi kesebrang jalan,mesin motor dimatikan,ia mulai berjalan mendekat.

Gadis dengan rambut tergerai terus meronta berusaha melepaskan diri. Dua preman membegal gadis itu,mereka mencoba menyeret sang gadis untuk masuk kemobil hitam yang hanya berjarak delapan langkah di depan. Teriakan minta tolong sesaat tertahan karna mulut gadis tersebut di bekap. Sebenarnya kejadian itu cukup menarik perhatian banyak tapi tidak ada orang yang berniat membantu,mungkin karena tidak ingin  berurusan dengan dua preman.

Cakra datang tanpa menunggu detik berganti,tangannya meninju satu preman yang membekap mulut sang gadis. Preman tersebut jatuh tersungkur karna mendapat serangan tiba tiba. Melihat temannya diserang,preman yang satunya mencoba membalas serangan kepada Cakra. Cakra menghindar dari serangan,kini dirinya menghadapi dua preman sekaligus. Bukan masalah besar baginya menghadapi dua preman sialan ini,yang menjadi permasalahan adalah hujan yang kini kian deras. Hujan menghambat pergerakan Cakra untuk menghajar habis habisan preman yang sudah terdesak.

Menit berikutnya kedua preman melarikan diri menggunakan mobil hitam. Mereka kewalahan melawan Cakra. Cakra menatap kepergian mereka dengan puas,pertarungan singkat dimenangkan dirinya.
Cakra melihat sang gadis yang membiarkan dirinya terguyur air hujan,Cakra menatap singkat lalu menarik tangan sang gadis menuju motornya.

_________________________________

Istirahat kedua sudah berlangsung sejak 15 menit yang lalu. Seperti biasa anak anak Meteor menguasai sebagian meja kantin karna jumlah mereka yang terhitung banyak, para inti Meteor juga ada di sana. Mereka sedang menyantap makan siang mereka. Bukan biang onar jika tidak mengundang perhatian. Meski mereka sedang makan,kegaduhan tidak lepas dari mereka. Sendari tadi meja mereka paling gaduh. Otong dan Dimas berebut kerupuk. Sedangkan Feris dan Lare berebut gorengan.

" lo berempat ngga diem gue piting "
Sakti menyelesaikan satu suapan terakhirnya.

"  percuma lo ngomong Sak, mereka kalo urusan makan ngga bisa di rem kelakuannya "
Vian menyedot es jeruk setelah memakan satu mangkuk bakso.

"  biarain,habis ini gue suruh mereka cuci mangkuk bakso bekas anak anak lain makan "
Cakra mendorong mangkuk kosong bekas bakso.

" ngga gitu juga kali "
Feris langsung berhenti menyendok kuah baksonya.

" kita laper bos,habis ngerjain ulangan fisika "
Otong membuka bungkusan kerupuk.

" soal fisika hot banget,nguras energi gue "
Lare mengunyah gorengan di campur kecap.

"  tapi tetep lebih hot Ines dong "
Otong mengcampur kerupuk kedalam kuah bakso.

"  otak lo tong pingin gue cuci biar bersih "
Ucap Feris.

"  mau dicuci pake mesin cuci tercanggih pun ngga akan bisa bersihin kotoran yang udah berkarat di otak nih anak "
Sakti melempar kerupuk kearah Otong.

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang