EKSTRA PART 2 : Dibalik Diam

74 10 2
                                    

Dari sekian banyak luka mengapa harus luka ini. Dari sekian banyak wanita mengapa harus Hellen. Bisakah sekali saja dunia adil padanya. Bisakah sekali saja dunia membiarkan ia menjalani hidupnya tanpa campuran Cakra. Sejak dulu, bahkan jauh sebelum ia lahir entah karena memang sudah takdir atau apa hidupnya selalu berkaitan erat dengan Cakra. Tidak jauh jauh dari sosok yang teramat ia benci. Sekali saja, Leo tidak meminta banyak kali ini saja biarkan Hellen jatuh padanya. Biarkan kali ini Leo yang menang.

Namun rasanya susah. Dunia benar benar hobi melihatnya hancur. Tidakkah cukup dulu. Sial, Leo benar benar merasa hancur sekarang. Bukan hanya karena perkara Hellen saja namun tiba tiba Leo merasa hidupnya memang payah. Jika diingat bagaimana asalnya pun sudah jelas, ia anak di luar nikah. Dia ada karena kesalahan. Brengsek. Mengapa dulu Vina tidak melenyapkannya saja, mengapa Vina memilih melahirkannya, jauh dari rasa syukur Leo bisa di katakan lebih memilih mati tidak di lahirkan lagi pula apa yang bisa ia syukuri dari konsep absurd hidupnya. Tidak ada.

Cowok yang sejak sejam lalu berdiri di balkon kamar itu kian mengganti arah pandangnya kebawah, dimana bisa ia lihat saudara tirinya baru tiba dengan suara khas motor bising yang di tumpangi dua orang. Leo bisa tau tanpa menunggu mereka membuka helm, itu Cakra dan Sakti dengan seragam sekolah masih menempel di tubuh. Leo menyesap dalam rokoknya sembari menatap intens dua pemuda itu, Leo memperhatikan mereka penuh penilaian. Jika di pikir Cakra memang lebih beruntung dari segi manapun di banding dirinya. Iya, Leo iri dengan saudara tirinya itu.
Ia benci mengakuinya namun itu yang ia rasa. Setiap kali ia menyangkal nyatanya itu fakta yang akurat.

Ekor matanya terus membidik dua pemuda itu hingga hilang, mugkin Cakra dan Sakti sudah masuk. Sekali lagi ia menyesap dalam rokoknya sembari berpikir apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Haruskah ia bertahan menunggu sembuh atau pergi dengan kegilaan sakit hatinya. Tidak, Leo tidak alay. Kalian tidak tau saja bagaimana perihnya kehilangan sosok Hellen bagi Leo yang pergi sebelum sempat Leo miliki.

Singkatnya seperti ini, hitam pekat itu baru saja mendapat warna namun kembali pekat bahkan jauh lebih pekat dari sebelumnya. Warna itu hilang cepat, pergi dan mungkin tidak sudi kembali mewarnai. Ironis bukan.

Tapi ini Leo Pranata, leader Aligator tidak mungkin jika dirinya terlena lama. Ia harus cepat bangkit dan sembuh dari patah hatinya. Tapi apa benar ia patah hati, bukankah sejak awal dimatanya Hellen hanya sebuah alat lalu bagaimana sekarang ia bisa menanggung hal demikian. Lucu sekali bila dipikir, ia terjebak karena permainannya sendiri bila Ando dan Fatur mengetahui hal ini pastinya mereka akan ngakak habis. Kedua temannya itu pasti akan habis habisan mengledeknya, tertawa kaku tanpa takut di amuk. Leo baru ingat, bahwa yang sekarang ia alami sedikit mengubah dirinya. Benar, berhubungan dengan Hellen membuatnya melenceng. Ia jadi perasa padahal dulu dirinya adalah orang dengan pikiran kritis. Sialnya Leo terbuai.

Benteng kokoh yang terkenal garang justru meluluh ketika tersentuh, tidak ia sangka serapuh itu ia ketika mendapat warna dari Hellen. Lebih parahnya ia kembali kalah dari Cakra, cowok yang mungkin saja akan pergi sebentar lagi sebab memang begitu tabiat Cakra. Jangan kalian pikir Leo tidak tau kebiasaan saudara tirinya itu, Leo tau setiap Cakra pulang itu karena mengambil barangnya yang tertinggal atau hanya sekedar mandi dan berganti baju selebihnya Cakra keluar keluyuran.

Dirinya dan Cakra itu memang tidak jauh berbeda, mereka menanggung luka yang sama hanya saja mereka enggan mengakui jika mereka sama menderitanya. Ego mereka besar.

Sedangkan di sudut kamar, Sakti tengah asik merebahkan diri dengan leluasa di kasur. Bebas sekali cowok itu seolah itu memang kasur miliknya. Sesekali ia berbalas pesan dengan Otong, mengetik dengan ekspresi wajah yang bisa di katakan sangat menggangu mata Cakra.

" Najis" celetuk Cakra, ia baru saja selesai mandi.

Sakti acuh, ia justru berganti posisi semakin menguasai ranjang tersebut. Rasanya enak sekali tubuhnya merebah di sini setelah hampir satu hari duduk di kursi tak empuk di sekolah.

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang