Rumah

1.1K 79 12
                                    


Cakra mematikan mesin motornya yang ia parkir di garasi rumah. Setelah selesai acara di sekolah ia bergegas mengantar Hellen dan berlalu pulang kerumah, badannya sangat lelah sehingga ia pulang untuk beristirahat memulihkan tenaganya. Meski malas untuk pulang namun Cakra tidak mungkin menginap di rumah temannya ia tidak ingin merepotkan, teman temannya juga pasti sangat kelelahan seharian ini.

Cakra melangkah masuk. Ia mendapati Vina, ibu tirinya yang tengah duduk memangku majalah di pangkuannya. Sungguh nikmat sekali jadi dia, tidak perlu bekerja keras kemewahan datang dengan sendirinya. Di mata Cakra Vina tidak lebih dari pengganggu, seandainya Vina tidak pernah kembali mungkin ibunya masih hidup dan ia yang duduk di sofa mewah dengan secangkir teh dan majalah untuk dibaca bukan Vina.

Cakra berlalu begitu saja tanpa berniat menyapa. Gejolak amarahnya selalu bergemuruh ketika melihat Vina.

Vina teralihkan dari majalah kesehatan yang ia baca saat ketukan sepatu Cakra terdengar.
" udah pulang Cak ? Mandi trus makan malam "
Ucapnya lembut dengan bumbu senyum keibu ibuan.

Cakra tidak merespon, ia terus melangkah bahkan ketukan sepatunya sengaja di hentak keras. Tidak peduli dengan wanita berkepala tiga itu.

Sudah biasa Vina dengan sikap Cakra yang belum bisa menerima keberadaannya di rumah ini, Vina menatap punggung Cakra hingga masuk kekamarnya lalu ia lanjut membaca.

___________________________

" makan yang banyak den "
Bi Inem meletakkan segelas air di samping piring yang berisi santapan makan malam Cakra.

" makasih bi "
Ucap Cakra lembut. Wanita paruh baya tersebut tersenyum lalu kembali ke dapur.

Makan sendiri di meja makan panjang dengan delapan buah kursi adalah hal tragis bagi Cakra. Lelaki itu menatap datar kursi yang kosong di hadapannya, miris sekali nasibnya sebagai anak pengusaha sukses yang bergelimang harta. Jika harta bisa menukar nyawa ibunya pasti Cakra sudah melakukannya sejak dulu, jika harta bisa membeli kebahagiaan maka Cakra  akan senang dengan hal itu, jika harta bisa mengusir jauh kesendirian maka Cakra akan puas dengan harta yang saat ini di miliki keluarganya, jika harta bisa mengembalikan keharmonisan rumah ini maka Cakra sangat berterimakasih dengan harta.

Namun semua itu hanya ilusi kesepian, nyatanya harta bukan segalanya yang bisa menebus nilai kehidupan apa lagi membelinya. Cakra menerima kesendirian dan mencoba terbiasa. Ia tidak ingin keluar dari jalur yang Tuhan berikan untuknya, mungkin ini cara Tuhan mendewasakan dirinya.

Pintu utama dibuka dengan kasar hingga menimbulkan suara keras. Cakra terkejut, spontan ia melihat kearah pintu dan mendapati Ayahnya yang baru pulang kerja. Guntur merenggangkan ikatan dasinya lalu melempar dirinya di atas sofa mewah, wajah kusutnya sangat jelas di mata Cakra.

" bi, bibi ! "
Teriak Guntur menggema keras. Cakra masih berada di meja makan, meski sesekali melirikkan matanya.

Dengan terpogoh pogoh bi Inem menghadap majikannya melewati Cakra begitu saja.
" iya tuan "
Suara paraunya tertahan.

" kopi bi ! "
Perintahnya tanpa menatap wajah bi Inem bahkan saat meminta secangkir kopi terselip nada meremehkan.

Bi Inem langsung memenuhi perintah majikannya itu. Cakra melihat gerakkan bi Inem yang tidak selincah dulu, sedikit iba namun Cakra tidak bisa berbuat apa apa karena selama ini ayahnya yang menggaji bi Inem.

" silahkan tuan "
Bi Inem menyerahkan secangkir kopi panas lalu segera disambar tangan Guntur dan diminumnya kopi tersebut.

Satu tegukan tertahan di tenggorokan kepala keluarga itu tidak seperti biasanya, Guntur melempar gelas berisi kopi yang masih mengepulkan asap dengan mata nyalangnya. Gelas tersebut pecah sempurna di lantai berukuran besar itu menjadi kepingan kecil, bercak kopi bercecer menodai lantai. Bi Inem dan Cakra sama terkejutnya karena suara keras gelas yang mendarat kasar, pembantu rumah tangga itu memegang dada spontan karena terkejut. Bi Inem yang hendak kembali kedapur kini terpaku disana karena sadar dirinya sudah melakukan kesalahan.

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang