Dendam

3.2K 100 0
                                    


Rumah berlantai 3 berkesan mewah, balaman depan yang luas berhias tanaman beserta bunga dengan arsitektur bangunan yang bernilai seni. Malam ini kediaman keluarga Mahendra terlihat sepi, pintu kayu bercat coklat yang tertutup.

Sebuah motor sprot memasuki area halaman depan setelah mematikan mesin sang pengemudi melepas helm dan berjalan membuka pintu utama. Leo Pranata melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju kamarnya, melempar sembarang tubuhnya diatas tempat tidur dan menatap langit langit kamar bercat putih polos.
  
Luka lebam yang dibiarkan tanpa berniat diobati tidak peduli pada kondisinya saat ini. Dirinya lelah. Lelah dengan semua skenario hidupnya yang dominan pahit. Kepahitan yang Leo terima sejak dalam kandungan ibunya memang dunia ini keras tapi bukankah semua ini terlalu keras untuk Leo. Sekalipun Leo laki laki yang tangguh ada saatnya dia merasa lelah karna ketidakadilan yang diterimanya bukan.

Berpura pura kuat, tangguh, dan baik baik saja adalah hal yang paling menyakitkan.
Membohongi diri sendiri dan orang sekitarnya adalah cara Leo untuk menyembunyikan semua goresan luka yang menyayat. Mungkin kebanyakan orang mengenal seorang Leo Pranata sebagai laki laki tak berhati, kejam, kasar,  bengis, egois dan seenaknya sendiri tapi percayalah semua itu hanya topeng. Pada dasarnya Leo memiliki hati yang penuh akan luka.

Leo butuh orang yang mampu.menyembuhkan semua luka hatinya dan memberi rasa manis diatas skenario hidupnya.

******

Guntur Mahendra memasuki rumah mewahnya beriringan dengan wanita yang berperan sebagai istrinya. Ya, Vina kekasihnya dulu kini sah menjadi istri pengusaha kaya Guntur Mahendra.Mereka bersatu dalam ikatan suci pernikahan, memutuskan menikah tanpa persetujuan dari kedua anaknya.

Cakra dan Leo menentang keras pernikahan itu. Seakan tidak peduli dengan pendapat kedua putranya Guntur kekeh melaksanakan pernikahannya dengan Vina, hal ini membuat Cakra uring-uringan dengan keputusan ayahnya. Sampai kapanpun Cakra tidak akan bisa menerima kehadiran Vina, Cakra membenci wanita itu tidak peduli bahwa sekarang Vina sah menjadi istri ayahnya.

Tinggal dalam satu rumah dengan Vina adalah hal yang membuat Cakra selalu naik darah. Sebisa mungkin ia akan menghindar bukannya Cakra tak menghormati posisi Vina hanya saja Cakra pikir menghindar dari istri ayahnya adalah hal yang baik.

Setiap kali melihat wajah Vina, Cakra selalu teringat mendiang ibunya. Setelah Guntur memutuskan menikah dengan Vina hubungan dirinya dan Guntur merenggang. Tidak ada lagi obrolan diantara mereka, bahkan Cakra enggan pulang kerumah. Dirinya selalu menginap dirumah temannya, jika tidak rumah Sakti pasti Vian.

Cakra benci pada ayahnya, ayahnya terlalu sibuk pada pekerjaan dan istri barunya. Cakra merasa diabaikan, tidak ada lagi sosok Guntur yang selalu mengerti kemauannya. Kini dimata Cakra hanya ada sosok ayah yang kasar dan acuh pada anaknya.

Malam ini Cakra pulang kerumah. Tidak ada yang menyambut  kepulangannya padahal hampir tiga hari Cakra tidak pulang. Hal ini sudah biasa bagi cowok itu,diabaikan seperti dirinya tidak penting.

" dari mana saja kamu?" tanya Guntur tanpa menatap anaknya, matanya tetap fokus pada selembar koran ditangannya.

Cakra yang ditanya berhenti sejenak,dengan tangan kiri yang menenteng jaket kebanggaanya. Tidak berniat menjawab Cakra melajutkan langkahnya.

"ditanya orang tua itu jawab!.dimana sopan santun kamu?!" Guntur meletakkan koran yang dipegangnya mulai emosi karna sikap Cakra padanya.

" udah, mungkin Cakra cape " Suara lembut Bina meredakan emosi Guntur.

Vina meletakkan segelas kopi dihadapan suaminya sedangkan Cakra tidak memperdulikan suami istri dihadapannya itu dan terus melangkah menuju kamarnya.

********

 
Denting jam  menunjukan pukul  22.00
Malam semakin dingin dengan langit yang berawan. Cakra dan Leo berada dalam area yang sama, keduanya sudah siap melanjutkan pertarungan yang terjeda sepulang sekolah. Hanya ada mereka berdua di halaman belakang rumah.

Guntur dan Vina pergi ke acara bisnis dan di rumah hanya ada Cakra, Leo dan bi inem. Bi inem sibuk dengan urusan dapurnya sampai tak menyadari yang terjadi di halaman belakang rumah.

Angin menghempas kedua lelaki  yang saat ini saling tatap. Dendam yang tersorotkan dari tatapan mereka yang mengakar. Sekalipun mereka saudara dan satu atap tidak pernah ada obrolan diantara mereka, tidak ada acara makan diatas meja yang sama keduanya lebih memilih makan diluar. Tidak pernah ada acara keluarga pada umumnya. Mereka berdua beranggapan hanya sebatas orang asing yang bernaung dalam satu naungan.

" gue kira lo pura pura lupa karna takut nglawan gue" Leo meremehkan Cakra.

" ngga ada di kamus hidup gue kalo gue takut sama anak ingusan kaya lo! " Cakra balik meremehkan Leo.

"haaha! anak ingusan yang sebentar lagi akan nghabisin lo malam ini, right?!" Leo terlalu yakin bahwa malam ini dirinya mampu mengalahkan Cakra.

" cuhhh! percaya diri lo terlalu tinggi" Cakra dengan suara dinginnya.

" percaya diri lebih baik dibanding pengecut kaya lo!" Nada suara Leo yang naik beberapa oktaf.

" cowo kaya lo ngga berhak
ngremehin gue, tanpa tanggung jawab bokap gue apa kabar nasib lo sama nyokap lo?" Cakra bermain main dengan emosi Leo.

" ngga usah bawa bawa nyokap gue ini urusan lo.sama gue, anjing!" Leo marah ibunya diseret dalam masalah antara dirinya dan Cakra.

" lupa lo?! Lo dulu yang mulai, kemarin lo nglibatin Hellen bego!" Ucap Cakra dengan nada suara yang keras.

"banyak cingcong lo!" Ucap Leoelanyangkan satu pukulan tapi pukulannya meleset

" anjing!" umpat Leo.

" inget kata kata gue, gue ngga akan mulai kalo ngga ke usik dan sekarang lo ngusik ketenangan gue. Gue pastiin lo nyesel udah ngusik ketenangan gue!" tegas Cakra.

Pukulan bertubi tubi terus terluncurkan dari keduanya, Cakra semakin brutal menghajar Leo. Tidak memberi lawannya kesempatan untuk membalas pukulan, Leo tersungkur akibat pukulan keras dari Cakra.

Memanfaatkan kesempatan, Leo bangkit dan membalas Cakra dengan pukulan di wajah dan tendangan. Keduanya semakin brutal, sudah tidak terkendali lagi. Saling memukul dan menendang, sesekali berhenti sejenak untuk mengambil nafas dan mengatur gejolak emosi yang memburu.

Keringat menetes dari dahi, badan  teramat lelah. Kondisi fisik yang sudah berada pada batasannya, keduanya terkapar dilantai dengan nafas yang masih memburu. Luka yang semakin terasa perih saja.
     
SEIMBANG, tidak ada yang keluar sebagai pemenang. Secara kemampuan yang hampir sama bahkan bisa dibilang mereka adalah cerminan dari keduannya.
Memiliki sifat yang sama. Sama sama brutal, egois, dingin, kasar, kejam, bengis,dan seenaknya sendiri.

Sama sama berkedudukan leader di geng besar yang ditakuti, sama sama jadi idaman kaum hawa karna ketampananya. Dan sekali lagi sama, sama sama korban masa lalu kelakuan bejat orang tuanya.


















Maaf kalo banya typo,maklumi ya....jangan lupa vote and comment.
Bantu di cerita pertama ya...😊😂

Dapet salam dari si ganteng Leo....❤😍

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang