Segaris

1.1K 80 25
                                    


Pernahkah kalian merasa asing dengan hati kalian sendiri ?

Seperti itulah kabar Cakra sekarang ini. Lelaki ini tidak mau gegabah dalam menarik kesimpulan atas kejadian semalam namun tetap saja hatinya dirundung kepiluan.
Nafasnya terhembus berat sejak kemarin begitupun dengan pemikirannya yang terus berkecambuk resah. Antara gadisnya dan saudaranya, entah siapa yang harus Cakra bela.

Hatinya marah tersengat rasa cemburu. Sejenak ia teringat akan benang merahnya yang kembali bersenggolan dengan benang merah Leo. Benarkah mereka ditakdirkan hidup berdampingan. Benarkah hidup mereka akan terus berkaitan.
Gen yang sama mengalir di tubuh mereka membuat Cakra sedikit tidak tega jika terus berselisih dengan saudara tirinya itu. Benar kata Sakti, mungkin di masa yang akan datang nanti mereka akan saling membutuhkan sebagai saudara. Jika saja Leo berasal dari luar Cakra tidak akan segan untuk bersaing namun ini hal yang berbeda, mereka masih terikat tali saudara.

Lelaki ini tidur di pojok kelas, menutup wajahnya dengan buku yang mungkin itu milik Sakti. Tidurnya tenang tidak terganggu suasana kelas yang gaduh. Terlelap sunyi seakan semuanya dalam keadaan baik.

" Cakra lo molor mulu ngga bosen ? Bangun lo! Sekolah molor percuma lo bayar mahal "
Sakti berteriak keras menggoyangkan tubuh Cakra. Ia dan yang lain baru tiba dari kantin.

Otong selebrasi menggunakan meja, tangannya menabuh kuat.
" bangun woy ! "
Ucapnya tidak kalah lantang dari Sakti.

" nekat banget lo berdua ganggu macan lagi molor, di amuk baru tau rasa lo "
Ucap Feris menikmati permen milkita. Mereka semua berada di satu meja yang bangkunya sengaja mereka ambil dari meja lain. 

" di cakar mampus lo "
Tambah Dimas.

Lare dan Vian diam menyimak keduanya sibuk bermain game.

" berisik anjing ! "
Ucap Cakra dari balik buku masih pada posisi tiduran di bangku yang ia jejer.

" hidup lo isinya tidur, molor, sama merem "
Ujar Sakti.

"  sama semua "
Cetus Dimas.

" gue aduin ke bu wahyu lo Cak tidur di kelas "
Ucap Sakti. Pasti seru jika Cakra di marahi guru killer tersebut.

Cakra membenarkan posisinya, duduk seperti yang lain. Ia menimpuk Sakti dengan buku yang tadi ia gunakan.
" ngadu sana lo, pulang lewat mana lo hah ? "
Cakra menantang.

" sembarangan nimpuk lo "
Sakti memasang wajah kesal.

" ayo kita baku hantam "
Otong dengan senyum jahatnya menatap Cakra dan Sakti.

" sana lo baku hantam sama tembok, ngga usah
ngajak ngajak "
Tukas Dimas.

" bukan baku hantam namanya tapi bunuh diri "
Kata Feris.

" bro gue lagi usaha buka lowongan pacar, lo semua ramein ya, bantu gue "
Seru Otong memanjat meja berkoar di dalam kelas.

" ogah "
Kata Lare tidak mengindahkan keinginan Otong.

" buka biro jodoh sekalian Tong "
Tukas Dimas.

" jiwa jones lo
meronta meronta "
Ucap Feris mengundang tawa receh meraka.

" ngga guna lo sebagai teman "
Cetus Otong sudah turun dari meja.

" tai lo "
Kata Lare.

" berisik lo pada, pingin tidur tenang aja susah "
Ujar Cakra, wajahnya lesu dengan tatapan sayu.

" sono di kuburan, gue jamin tidur lo tenang "
Sakti sembarangan.

" parah lo Sak, doain Cakra cepet wafat, jenis temen bangsat "
Feris dengan mulut penuh jajan yang ia beli di kantin.

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang