Hidup

996 71 19
                                    


" harusnya lo tau, lo siapa Cakra siapa ?! Buka mata lo, lo sama sekali ngga pantes buat dia ! Kalo ngga bisa bahagiain
jangan nyusahin ! "
Ucap Lolyta menusuk pada Hellen. Saat ini mereka berada di ruang kosong paling ujung. Cukup jauh dari ruangan yang lain. Gadis ambisius itu menyeret paksa Hellen untuk menurut.

" jangan jadi beban buat dia, jauh sebelum lo kembali Cakra bahagia sama gue, banyak waktu yang gue lalui bareng dia, dan selama itu Cakra seneng
dia ngga terbebani "
Ucapnya lagi penuh kebohongan. Hellen diam berpikir, ia meremas ujung rok span di bawah sana. Hatinya serasa tertusuk belati mendapati kenyataan tersebut, hanya beban yang memberatkan Cakra dalam setiap langkahnya. Seburuk itukah posisi Hellen.

Apa benar dirinya hanya beban dalam hidup Cakra ?

" urusan lo apa kalo Cakra deket sama gue ? Siapa lo di
hidup Cakra ? "
Sarkas Hellen membuat Lolyta menatapnya marah. Hellen tidak bisa tinggal diam saat Lolyta terus menyerangnya, ini semua sudah lebih dari cukup. Meski terpukul namun Hellen berusaha tegar. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Lolyta.

Lolyta menghujat Hellen dengan  tawa kerasnya. Gadis itu terbahak gila.
" jelas jadi urusan gue, semua tentang Cakra itu urusan gue, dan sekarang lo harus gue urus biar jauh dari Cakra "
Ucapnya penuh penekanan. Tatapan benci tersorot di kedua bola mata Lolyta. Sungguh Lolyta sangat membenci gadis ini.

" ngga gini caranya kalo lo suka sama seseorang, ada banyak cara yang jauh lebih baik dari ini "
Ucap Hellen menatap manik mata Lolyta. Tatapannya menghakimi sikap Lolyta yang jelas keliru.

" ngga usah nasehatin gue "
Tukas Lolyta menangkas tatapan Hellen. Lolyta tidak meminta penilaian orang tentang dirinya, ia hanya tau apa yang ia inginkan tidak peduli tanggapan orang lain.

" gue pasti singkirin lo ! "
Lanjut Lolyta berlalu menyenggol kasar bahu Hellen lalu pergi.

_________________________________

" jangan cari cari gue lagi lo, temen brengsek emang lo "
Lantang Otong, lelaki itu marah karena ulah Dimas.

" darah tinggi lo marah
marah mulu "
Tukas Cakra menyesap sebatang rokok.

" biarin Cak, mau dia mati juga kita ngga rugi "
Ucap Sakti enteng.

" emang brengsek ! "
Emosi Otong meluap. Semburat urat di wajahnya terlihat memerah meski samar.

" lo yang brengsek, gue cuma minta sedikit es tapi lo
hebohnya kelewat "
Dimas menatap ogah pada Otong, mereka berdua sempat beradu mulut karena Dimas menghabiskan setengah es milik Otong.

" dasar pelit "
Sumbang Feris.

" diem lo, ngga usah
ikut nimbrung "
Ucap Otong.

" dih galak banget lo
kaya guguk "
Ucap Feris.

" lo ngatain gue anjing ? "
Otong melototkan matanya, terpancing emosi.

" gue bilang guguk Tong
bukan anjing "
Feris mengoreksi dengan ekspresi puas. Lelaki itu sengaja memancing Otong.

" ngeles aja terus sampe bu Wahyu jadi kepsek "
Ucap Sakti asal.

" ngga sudi gue, bisa gila masal kalo bu Wahyu jadi kepsek, jadi BK aja udah ribet "
Omel Lare, ingat sekali dia saat kena hukuman karena terlambat. Kesembur omelan panjang lebar dari bu wahyu yang selalu berujung hukuman.

" hobi banget tuh guru hukum muridnya "
Cetus Feris, dirinya dan inti Meteor yang lain sering menjadi langganan entah itu omelan maupun hukuman.

" dikit dikit marah dikit dikit hukuman, bosen gue, sekali kali kasih uang jajan kek, di sanjung kek, di sayang kek, dibelai kek, gue juga mau  "
Ucap Otong disertai tawa kecil nakal.

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang