Korban Bucin

1.7K 85 16
                                    

Setelah mengantar Hellen, Cakra kembali ke warung mang Hidun. Sudah bisa di tebak dari raut wajahnya yang kusut pasti hatinya sedang dalam mode buruk. Cakra murung karena Hellen. Sakti dan yang lainnya yang tengah asyik bergitar sedikit terkekeh melihat Cakra saat ini. Sepertinya Hellen berhasil mengendalikan mood Cakra.

"  Gimana bucin lo ? Gue tebak  ngga berbuah manis "
Celetuk Vian. Tebakan yang benar.

" Tadi lo cabut semangat banget pulangnya loyo, ngga berhasil ya Cak ? "
Tanya Sakti. Yang lain ikut memandang heran.

Cakra mendengus kesal.
"  Berisik lo berdua, pingin gue bungkem tuh mulut, hah ? "
Omel Cakra. Telinganya panas mendengar suara Vian dan Sakti.

" Gue nanya baik baik kali, korban bucin lo ! "
Ujar Sakti.

" Santai boss ! Cerita coba kenapa ? Babang Otong siap jadi pendengar setia  "
Otong menepuk punggung Cakra. Menenangkan.

Cakra melempar jaketnya kewajah Otong.
"  BERISIK LO !!! "
Bentak Cakra membuat Otong kaget.

Otong meremas jaket Cakra dan melemparnya ke wajah Dimas.
"  Gini nih kelakuan orang gagal bucin. Sensitif, marah marah ngga jelas. Gue juga yang kena "
Otong menyabarkan dirinya sendiri.

Dimas melempar kembali jaket Cakra ke wajah Otong.
"  eehh Blotong ! Maksud lo apa lempar nih jaket ke gue ? Ngajak ribut lo ? "
Ujar Dimas.

Otong menggulung lengan seragamnya. Emosi.
"  Ayo ! Lo jual gue beli, Sekalipun lo jual tanpa diskon gue borong "
Ucap Otong berkacak pinggang.

"  Lo berdua lempar lempar jaket gue, bosen nafas lo ? "
Cakra tidak terima jaketnya di lempar kesana kesini.

"  Lah kan tadi lo duluan yang lempar tuh jaket Cak, kita kan cuma ngikutin lo "
Kata Dimas. Tidak mau mengalah.

Sakti bertepuk tangan. Meramaikan suasana.
" Ayo hajar Cak ! Jaket lo seenaknya di lempar lempar. Jaket malah woy ! "
Sakti mengompori. Kapan lagi melihat Dimas dan Otong di hajar habis oleh Cakra.

Otong  menatap sinis kearah Sakti.
"  Kompor lo Sak ! "
Ucap Otong.

Lare bersorak. Menghentakkan  kakinya bersemangat seolah tidak sabar melihat dua curut itu dihajar.
"  Gue dukung lo Cak ! Jangan kasih ampun ! lampiaskan emosi terpendam lo ke dua curut itu "
Kata Lare tidak berkeperitemanan.

"  Gue ikhlas Cak, mau lo tendang, mau lo jotos, mau lo cincang sekalipun gue relain tuh dua curut buat lo "
Feris panjang lebar. Tidak melas dengan nasib dua temannya.

Vian hanya menggeleng heran. Otak teman temannya kejam semua.
" Lo semua kaya bocah "

Dimas dan Otong tidak kalah emosinya. Sorakkan teman temannya yang seakan mendukung Cakra membakar emosi mereka.
" Ayo maju ! Ngga takut gue ! "
Otong berancang ancang.

"  One by one "
Celetuk Dimas. Emosinya memuncak.

Cakra menatap remeh Otong dan Dimas. Mereka bertiga membundar.
"  Oke ! Kalo lo mau habis di tangan gue, dengan senang hati "
Cakra menyeringai. Ketiganya berancang ancang ala mereka.

Sakti, Lare, dan Feris malah duduk menonton. Mereka mulai tertawa. Hiburan gratis.
"  Taruhan kuy, gue pilih Cakra setarus persen "
Ujar Feris jahil.

Sakti mengangguk setuju.
"  Gue pilih dua curut, kali aja lagi beruntung mereka menang ngeroyok Cakra "
Ucap Sakti. Tidak mau melewatkan keseruan sore ini.

"  Gue pilih Cakra, liat aja ancang ancang dua curut yang kaya banci gitu gimana mau menang "
Kata Lare tidak yakin pada Dimas dan Otong.

"  Ok, yang kalah bakal traktir ke club minggu nanti "
Feris yakin Lare akan kalah taruhan. Lumayankan malem minggu nanti ke club gratis.

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang