Buket Bunga

1.4K 87 9
                                    

Mentari sudah menyongsong naik. Hari ini upacara bendera rutinan akan segera di laksanakan. Pak Untung dengan pengeras suara memberi intruksi pada semua siswa/i untuk segera menempatkan diri di lapangan utama. 

Ketujuh biang onar berjalan santai meski guru berkumis di depan sana terus memanggil nama mereka.
"  Tuh guru masih pagi berisik banget ! "
Cetus Otong yang tengah sibuk berkutat dengan dasinya.

Dimas dan Feris berada di belakang. Sesekali mereka menggoda adik kelas yang sudah berbaris rapih.
"  Adik kelas aja songong ! "
Kesal Dimas ketika diabaikan oleh adik kelas.

Feris melihat searah dengan Dimas. Di mana gadis berkulit putih tengah berdiri dengan ketinggian rok di atas lutut.
"  Cewe masih banyak, ngga usah ngurusin yang songong ! "
Ucapnya biasa.

Sakti yang berada satu langkah di depan keduanya tidak sengaja mendengar.
"  Cewe mulu lo ! "
Katanya. Ia menyusul Vian dan Cakra yang sudah jauh di depan.

Ketujuhnya memakai atribut lengkap membuatnya terlihat semakin gagah. Mereka berbaris sesuai kelas mereka.
"  Cepet woy ! Panas nih panas ! "
Teriak Lare. Ia meneduh di pohon yang besarnya sama dengan tubuhnya.

"  Haridang ! "
Tambah Feris dengan suara lantangnya. Ketujuh biang onar ini paling heboh, bahkan tidak jarang mendapat tatapan dari siswa yang lain.

"  Cemen lo, panas bentar aja ngeluh, ngaku cowo tapi sifat cewe "
Celetuk Sakti. Semua sudah masuk dalam barisan.

" Skincare gue mahal, nanti kulit gue kebakar ! "
Balas Lare.

Cakra yang berdiri dengan tangan di saku hanya diam.
"  Masih mahalan punya Vian sama Cakra, punya lo lewat "
Ujar Dimas.

Vian hanya merilikkan mata ketika mendengar namanya disebut.
"  Lo pada bisa diem ngga sih, berisik ! "
Ucap Vian.

Cakra memutar topinya kebelakang. Bukan topi berlogo sekolah melainkan topi berwarna hitam pekat nan polos.
" Bolos aja kuy, lama bener "
Ajak Otong. Ia berdiri tepat di samping Cakra.

"  Ngga ! "
Tolak Cakra.

Sakti memicingkan matanya.
" Biasanya juga lo yang ngajak mbolos "
Ujarnya.

"  Tobat lo ? "
Tanya Feris. Cakra diam tidak menanggapi.

Semua sudah berkumpul menjadi satu di lapangan. Mulai dari bapak ibu dan siswa serta staf karyawan tata usaha. Anak didik kelas X hingga XII berbaris dalam satu deret, mereka hanya di beri sekat satu lengan. Pasukan yang bertugas melaksanakan tugasnya dengan hikmat namun tidak dengan para peserta upacara. Semakin siang siswa semakin berisik. Ada yang mengeluh kepanasan ada juga yang mengeluh kelamaan. Pembina melantunkan amanat panjangnya tanpa ragu. Diawali dengan pembukaan yang berupa salam dan sapaan. Baru pembukaan amanat siswa sudah mulai gaduh tidak terkondisikan.

Cika mengibaskan kipas listrik berwarna biru langitnya. Keringatnya menetes dari dahi.
" Sumpah panas banget "
Keluhnya menatap keatas. Berharap upacara ini cepat berlalu.

Angel yang berdiri di samping gadis rempong itu juga ikut   ikutan rempong.
" Gerah ! Lama banget sih, kaki gue udah semutan nih "
Keluh Angel tidak kalah dari Cika.

" Berisik ! "
Bentak Vera. Cuaca yang cukup terik membuat Vera mudah emosi.

"  panas tau panas ! "
Cika memonyongkan bibir merah mudanya. Hellen hanya menggeleng heran.

" Bibirnya biasa aja ! "
Kesal Angel melihat tingkah Cika.

"  Pura pura sakit yuk, biar bisa ngadem di UKS "
Ajak Cika. Otaknya sudah mulai cair saking panasnya.

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang