Buntu

2.8K 89 0
                                    

  

"siapa yang berani ngambil bakso gue?! Ngaku lo pada!" Dimas uring uringan pasalnya bulatan bakso yang tadinya tujuh sekarang tinggal lima biji.

" tuh pelakunya" jari telunjuk Feris mengarah pada Ptong yang baru saja tiba membawa segelas es teh.

" apa lo nunjuk nunjuk gue?!" Otong tidak terima. Dirinya baru saja tiba tapi di fitnah ngambil bulatan bakso milik Dimas.

" lo yang ngambil bakso gue kan?" Dimas berbicara dengan mulut setengah mengunyah.

" songong nih anak, Eeehh dodol! gue mampu kali beli bakso sendiri" Otong berdecak kesal.

" bakso aja loe ributin, dasar curut" celetuk Lare, beranjak dari duduknya.

" kaya anak kecil lo" Cakra duduk dengan satu kaki naik ke atas kursi yang di duduki.

" yeee! abang Otong kan korban disini,kenapa ikut di aniaya?" Otong duduk,bersuara meminta keadilan.

" korban janji mu!" Vian menonyor kepala otong dari belakang. Xirinya baru datang bersama Sakti.

" kampret lo! dateng dateng pake nonyor kepala gue segala" Otong mengusap usap kepala bagian belakang.

"anak mamih lo baru di gituin, gimana nanti kalo lo di kepung sama musuh tong?" Sakti  menyerobot es teh yang ada dimeja.

" nangis lah" Feris  dengan tawa khasnya,menertawai otong.

" anjing lo!" Otong memanyunkan bibirnya, kesal.

" dari mana aja lo berdua?" tanya Cakra pada Sakti dan Vian.

" biasa bro, orang penting banyak urusan" 
Ketujuhnya asyik dikantin. Menghabiskan waktu istirahat. Ponsel miliknya bergetar membuat lelaki berjangkun itu merogoh saku celana abu abu. Cakra membaca satu pesan yang tidak diketahui asal pengirimnya. Ponselnya tergenggam memperlihatkan ketidak nyamanan,sorotan matanya kini menajam. Cakra meraih gelas di hadapannya, meminum habis.

" kenapa lo?" tanya Sakti. Penasaran apa isi pesan tersebut yang lainnya diam sama penasarannya dengan sakti. Mereka kompak menunggu jawaban dari rasa penasarannya.

" anak Aligator nantangin kita sepulang sekolah"

***

Berulang kali  Vera mencoba membangunkan Hellen yang tertidur pulas saat jam pelajaran. Tidak terpengaruh dengan senggolan tangan Vera padahal sejak jam istirahat tadi Hellen tertidur. Bu Indah yang sedang menerangkan materi  menyadari ulah Hellen yang tidur di jam pelajaran. Tatapan mata seisi ruangan mengikuti langkah bu Indah mendekat ke meja Hellen.

Tangan bu Indah menggoyang goyangkan tubuh Hellen dengan halus dan sabar. Lama. Hellen terlalu susah untuk dibangunkan dengan cara halus. Geram dengan suara lantangnya guru mapel B.Indonesia itu berteriak memanggil nama lengkap Hellen hingga Hellen tersentak kaget. Berteriak adalah cara ampuh untuk membangunkan murid yang tidur di jam perlajaran.

Bu indah meletakkan kedua tangannya di pinggang bagian samping. Marah. Mungkin guru itu merasa tidak di hargai.
Setengah sadar Hellen mengucek bola matanya malu setengah mati, tertawa renyah. Sadar dirinya membuat kesalahan saat wajah galak bu Indah di depan mata.
Bola mata guru itu membulat sempurna Hellen tau ia dalam masalah.

" bawa kursi itu ke gudang sebagai hukuman!" lantang Bu Indah menunjuk kursi yang sudah rusak di pojokan kelas. Harusnya yang mengurus hal semacam itu adalah siswa yang kebagian piket hari ini

" tapi bu---"

" ngga ada tapi tapi'an!" mengdengar itu Hellen pasrah. Toh ini juga kesalahannya. Hellen keluar kelas membawa kursi yang rusak dengan malas. Tatapan menusuk bu Indah masih saja mengawasinya.

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang