Prolog

1.7K 63 1
                                    


" Masalalu mengajarkan kita
bagaimana menjalani hari
esok dengan lebih
baik, "

~F.A~


.

.

.

***

Suasana pemakaman terasa sangat hening dan sunyi. Daun dan bunga kamboja berguguran di atas tanah pemakaman.

Sesosok perempuan dengan pakaian serba hitam bersimpuh di samping makam yang terlihat terurus. Dia mengelus batu marmer bertuliskan nama,

Zayn Malik Maulana

Perempuan itu bernama Hanafa Humaira Rasyid. Dokter ahli bedah berusia 24 tahun. Dan makam yang ia kunjungi adalah makam mantan tunangannya, yang harusnya menjadi suaminya sekarang. Namun, na'as Zayn justru lebih dahulu dipanggil Sang Pencipta tepat seminggu sebelum pernikahan mereka dilangsungkan. Ya, miris memang. Dan kenangan pahit itu pun masih lekat dalam ingatan Hanafa.

" Assalamu'alaikum, mas Zayn. Maaf aku baru bisa datang sekarang. Mas baik-baik aja, kan? Insya Allah, aku sudah ikhlas melepas kamu, mas. Doakan agar aku bisa melanjutkan hidupku, " ucap Hanafa terdengar seperti lirihan.

Bayangan akan kenangan kejadian tragis 2 tahun silam kembali terputar bagai kaset rusak di pikirannya. Lukanya memang sudah sembuh. Namun bekasnya akan tetap ada. Itulah sebabnya selama 2 tahun belakangan ini, Hanafa tidak memiliki keberanian untuk datang ke tempat peristirahatan dari mantan tunangannya itu.

Hanafa mengusap pipinya yang dibasahi air mata. Sekarang ia jauh lebih lega setelah datang ke sana. Kali ini dia sudah benar-benar siap untuk melanjutkan hidupnya.

Perempuan itu menoleh ke arah lain, untuk menenangkan perasaannya sejenak. Tanpa sengaja ujung matanya menangkap sesosok laki-laki berdiri di samping sebuah makam yang tak jauh dari tempatnya. Lelaki berkemeja hitam itu, menaruh sebuket bunga mawar merah yang dibawanya di depan batu nisan makam. Meski samar-samar, Hanafa masih bisa melihat wajah laki-laki itu yang nampak murung.

" Hana, ayo kita pulang. Sudah sore, " ujar wanita yang masih nampak awet muda diusianya yang memasuki kepala empat.

Hanafa pun sontak menoleh, dan mengangguk pelan diselingi senyuman tipis pada wanita yang merupakan ibunya.

Hanafa lalu segera beranjak menghampiri ibunya setelah memanjatkan do'a sekaligus salam perpisahan untuk sosok yang terkubur di bawah makam itu.

" Ayo, " ajak ibunya, menggandeng Hanafa melangkah menuju mobil mereka.

Hanafa mengikuti langkah ibunya menuju mobil sedan hitam yang terparkir di depan makam. Hanafa menghentikan tarikannya pada pintu mobil, kembali menoleh ke arah laki-laki tadi berdiri. Sayangnya, sosoknya sudah lenyap entah ke mana? Terbesit rasa penasaran di sudut hati perempuan itu. Bayangan luka yang tersirat dari rawut wajah lelaki itu menemani perjalanannya pulang. Luka itu jugalah yang dirasakannya dua tahun lalu, bahkan hingga saat ini.

" Astaghfirullahalladzim!, " ucapnya setelah sadar akan pikirannya.

Hanafa segera mengenyah- kan bayangan akan laki-laki itu. Untuk apa ia memikirkan laki-laki yang bukan mahramnya. Toh, dia juga tidak akan bertemu lagi dengan laki-laki itu.

Namun, tidak ada yang bisa menebak takdir dari Allah, bukan? Apa yang mustahil bagi kita, akan menjadi mungkin jika Allah meridoinya. Karena manusia hanya bisa merencanakan, tapi Allah lah yang menentukannya.

-To Be Continue-

.

.

.


Assalamu'alaikum!🙏

Salken dari Author!🙋‍♀

Btw, ini cerita pertama aku lho. Jadi maaf aja kalau ceritanya agak gaje dan banyak yang typo.

Maklumlah, Author juga masih belajar.

Semoga kalian bisa enjoy sama ceritanya.

Jangan lupa vote and comment, ya! Supaya Author juga makin semangat buat nulisnya.

Wassalamu'alaikum!







Takdir Cinta HanafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang