The Assasin Organization: 01

2.2K 188 39
                                    

The Assasin Organization

Chapter 01: Ledakan Bom

.
.
.

Boom.

Suara ledakan bom terdengar memekakkan telinga. Membuyarkan suasana hening di salah satu perumahan di pinggir kota Toronto, Kanada.

Malam. Gelap. Hening. Seketika semua pemandangan itu berubah menjadi penuh kebisingan. Lampu setiap rumah menyala terang. Orang-orang bergegas keluar untuk melihat apa yang baru saja terjadi.

Teriakan syok, suara orang ingin muntah, semua tersaji hanya dalam beberapa menit.

Penghuni komplek perumahan berbondong-bondong menuju tempat terjadinya ledakan bom. Mengesampingkan fakta kalau bisa saja ada bom lain di tempat kejadian.

Tidak ada yang peduli keselamatan, mereka terlalu dibutakan oleh rasa penasaran. Memang, setiap manusia selalu bisa dikendalikan oleh rasa penasaran. Tak peduli keadaan yang akan dilalui sangatlah sulit.

Mobil polisi dan sirine ambulan terdengar beberapa menit kemudian. Orang yang berkerumun mulai membelah, mempersilahkan tim forensik dan polisi memasuki tempat kejadian perkara.

Garis kuning mulai dipasang di sekeliling area tempat bom meledak.

Beberapa orang mundur saat mereka menyadari kalau ada sesuatu di atas aspal jalanan tempat bom meledak. Sesuatu yang terasa lengket, menempel di alas sendal mereka.

Saat itu mereka baru tahu, kalau ledakan bom tadi bukan hanya ledakan bom biasa, tapi juga ledakan bom untuk membunuh seseorang.

Kepanikan terjadi, semua orang mulai mundur, menjauh dari garis polisi. Namun ada juga beberapa orang yang masih penasaran, bertahan di barisan terdepan untuk tahu apa hasil investigasi polisi.

Di tengah keramaian itu, ada seorang laki-laki berdiri tak jauh dari tempat kejadian. Laki-laki itu tak sedikitpun mendekat ke arah garis polisi. Dia memilih berdiam diri di belakang kerumunan orang. Dengan topi hitam di kepala dan masker menutupi wajah.

Tidak ada orang yang curiga kepadanya sebab laki-laki itu tidak menunjukan tindakan yang bisa dicurigai. Dia hanya berdiri diam. Matanya sesekali melihat ke arah polisi dan tim forensik yang sibuk di kejauhan sana.

Pandangan laki-laki itu teralih ke arah lain ketika ada dua orang pemuda berjalan menjauhi kerumunan. Pemuda yang satu terlihat lemah, sedang pemuda yang lain membantu pemuda yang lemah berjalan.

"Haden, aku tahu itu perbuatan siapa. Perasaanku sudah tak enak saat Jenaro bilang kalau Kak Jefri dan Kak Jovin akan mengejar Culture dan Tuan Zhang ke negara yang sama seperti kita berada sekarang."

Terdengar pembicaraan samar dari dua pemuda yang kini sudah duduk di trotoar jalan.

"Jangan dipikirkan, Jum. Kamu tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak."

"Bagaimana kalau mereka ternyata mencariku?" Pemuda yang satu terlihat ketakutan. "Culture tidak akan melepaskan seseorang yang mengkhianati mereka dengan mudah. Aku pasti akan dibunuh oleh mereka."

Dahi si laki-laki yang berdiri jauh dari kerumunan orang mengernyit. Tidak mengerti dengan pembicaraan dua pemuda di trotoar jalan.

Apa yang salah satu pemuda itu maksud? Kenapa dia membicarakan Culture?

Kepala si laki-laki menggeleng. Tidak. Dia sangat tahu apa itu Culture. Culture adalah organisasi di dalam dark web yang memiliki tugas kurang lebih sama seperti organisasi lainnya. Tapi pemuda itu harus tahu, peristiwa bom ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Culture.

Pendapat pemuda itu salah. Bom yang baru saja meledak bukan ulah Culture. Melainkan ulah seseorang yang berasal dari organisasi lain, organisasi yang lebih kuat dari Culture. Organisasi dimana tempat si laki-laki bekerja.

Helaan napas terdengar rendah, si laki-laki mengalihkan pandangan ke arah lain ketika dua pemuda di trotoar tadi sudah pulang.

Di arah berbeda, dia mendapati sosok pemuda lain yang tengah menerobos kerumunan. Terlihat seperti orang kebingungan mencari sesuatu.

Mata si laki-laki mengernyit, dia seperti pernah melihat orang yang tengah menerobos kerumunan itu.

Tak berapa lama, pemuda yang tadi menerobos kerumunan keluar dari kumpulan orang di dekat garis polisi dengan sedikit sempoyongan.

Huek.

Pemuda itu muntah di pinggir jalan, dan detik berikutnya si pemuda jatuh kehilangan kesadaran.

Tidak ada tanda-tanda si laki-laki akan menolong pemuda yang pingsan di pinggir jalan sana. Dia lebih memilih diam memperhatikan seorang polisi yang menyuruh kerumunan orang untuk bubar, menyerahkan semua penyidikan ke polisi dan tim forensik.

Beberapa orang mulai pergi meninggalkan tempat ledakan bom. Garis kuning polisi mulai terlihat jelas dari tempat si laki-laki berdiri.

Topi yang sejak awal dia pakai di kepala dicopot begitu saja. Masker di wajah juga dia lepas, memperlihatkan wajah putih mulus tanpa cela dengan bibir berwarna pink cerah.

Rambut di kepala dia acak sedikit, sengaja agar berantakan.

Dengan suara pelan, laki-laki itu berucap, "Kamu mengambil keputusan yang salah. Sejak awal, semua sudah sulit, tapi kamu membuatnya jadi makin sulit."

Laki-laki itu berbalik, melangkah pelan meninggalkan tempat kejadian dimana bom meledak.

"Maaf, aku tidak bisa mencegahmu. Tapi aku akan terus melanjutkan apa yang sudah kita mulai."

Suasana ramai di tempat ledakan bom perlahan menghilang ketika laki-laki tadi terus berjalan menjauh.

Semua ini hanya permulaan baginya, tidak ada yang akan berakhir hanya karena seseorang mati.

Satu nyawa tidak akan berarti di dalam pertempuran tak berujung. Melihat seseorang mati adalah hal lumrah. Membunuh bukan lagi hal tabu. Setiap kejahatan menjadi sesuatu yang biasa.

Itulah dark web, tempat menakutkan yang tak mengenal rasa iba.

___The Assasin Organization__

To Be Continue

.
.
.

Bacanya pelan-pelan. Biar ngerti alur cerita ini.

Kalo yang baca Dark Web 2 pasti tahu chapter awal ini.😂😂😂

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang