The Assasin Organization
Chapter 26: Bergabung
.
.
.
Melvin membuka mata saat bahu bagian atasnya terasa perih. Entah apa yang terjadi sebelumnya, Melvin tak ingat apapun. Otaknya belum bisa bekerja memproses ingatan yang terjadi sebelum dia berada di ruangan gelap ini.Ya, ruangan gelap tanpa lampu. Hanya ada cahaya bulan yang menerobos masuk dari tiga ventilasi udara di dinding samping, terletak dekat dengan atap ruangan.
Tangan dan kaki Melvin terikat pada bangku yang didudukinya, mereka seakan tak mau Melvin kabur begitu saja. Jadi mereka mengikat Melvin supaya laki-laki itu tetap aman.
Melvin mulai mencoba menyesuaikan penglihatannya di tengah kegelapan. Berusaha mencari tahu di manakah dia berada saat ini. Namun, sekeras apapun Melvin berusaha, cahaya bulan dari tiga ventilasi di atas sana tak membantunya sama sekali. Kegelapan tetap menelan cahaya yang masuk ke ruangan itu.
"Hei, kamu sudah sadar?" Terdengar sebuah suara di tengah gelapnya ruangan.
Melvin memfokuskan penglihatan kembali, berusaha melihat siapa yang berbicara padanya. "Siapa?"
Yang tadi berbicara tiba-tiba saja berdiri di depan Melvin, mengarahkan senter kecil ke wajah Melvin.
Melvin refleks memejamkan mata, menghalau cahaya masuk ke retinanya.
Cahaya dari senter kecil benar-benar menyilaukan sampai Melvin tidak bisa melihat karena silau.
Orang di depannya menyadari itu sehingga dia menurunkan senter ke bawah, mengarahkan cahaya ke sisi ruangan gelap. Dengan bekal cahaya kecil dari senter, Melvin akhirnya bisa melihat siapa yang berdiri di depannya.
Melvin mengernyit, dia ingat pernah melihat orang di depannya waktu dirinya diculik dan dipaksa membuat perjanjian dengan Master J, tapi dia lupa nama orang itu.
"Kamu lupa padaku?" Orang di depannya tersenyum. "Aku Ferris, kita sudah pernah bertemu kan?"
Melvin mengangguk, kernyitan di dahinya hilang seketika. Dia ingat sekarang nama orang di depannya, Ferris.
"Kenapa bahuku sakit?" tanya Melvin. Tidak tahu kenapa, Melvin merasa Ferris sedikit berbeda dengan orang lain yang berada di The Future. Melvin pikir, Ferris sedikit baik pada orang lain. Tapi entahlah, tidak ada yang bisa Melvin percaya di sini.
"Oh itu. Kamu habis ditato, sudah pasti sakit," jawab Ferris santai.
"Tato?" Nada bicara Melvin sedikit naik, efek terkejut dengan jawaban Ferris.
Ferris mengangguk. "Ya, tato. Itu sebagai tanda bahwa kamu sudah bergabung dengan kami, Melvin."
"Tidak." Melvin menggelengkan kepala. "Aku tidak pernah setuju untuk bergabung. Kenapa mereka begitu memaksa sih?" Kesal. Jujur saja, Melvin tidak bisa untuk tak kesal dengan orang-orang di The Future yang seakan memaksanya bergabung padahal Melvin tak ingin.
Ferris terkekeh kecil. Tawa itu sedikit berbeda dari tawa kebanyakan anggota The Future yang menakutkan. Tawa Ferris lebih terdengar seperti orang yang memiliki kekecewaan besar di hatinya.
"Kamu tahu? Aku juga tidak pernah setuju bergabung dengan mereka." Ferris tiba-tiba saja memulai cerita.
Melvin yang mendengar itu mendongakkan kepala, mencoba membaca raut wajah Ferris.
"Mereka itu penuh paksaan. Tapi, kamu tahu tidak? Mereka tak akan memaksa mengejar sesuatu yang memang bukan milik mereka."
Melvin sungguh tak mengerti dengan cerita Ferris. Apa yang dimaksud oleh laki-laki itu belum bisa Melvin tangkap.
"Singkat saja. Kita ini sudah menjadi milik mereka sejak awal, jadi mereka akan terus mengejar dan memaksa kita. Sampai kita mau bergabung dengan mereka. Kita di sini adalah aku dan kamu." Ferris menunjuk dirinya sendiri, lalu menunjuk Melvin.
"Hah?" Melvin semakin tak mengerti. Apa maksud Ferris? Kenapa dia bilang Melvin milik mereka? Gila! Tentu saja itu salah. Melvin tak terima. "Apa maksudmu aku milik mereka? Itu tidak benar. Aku hanyalah milik diriku sendiri!"
Ferris mengangguk. "Ya, kamu adalah milik dirimu sendiri, tapi itu sebelum kamu menjadi milik mereka Melvin."
"Tunggu! Aku tidak mengerti. Mengapa aku bisa menjadi milik mereka? Aku bahkan tidak mengenal mere—"
"Kamu memang tidak mengenal mereka, tapi mereka mengenalmu," potong Ferris.
"Apa!" Lagi-lagi, Melvin dibuat bingung dengan kalimat yang keluar dari bibir Ferris. "Bisa jelaskan padaku alasannya? Bagaimana mereka mengenalku, tahu tentangku dan keluargaku? Bahkan mereka bisa dengan mudah menerobos masuk rumahku."
Ferris tersenyum menepuk bahu Melvin. "Kamu akan tahu kalau sudah bertemu dengan orang yang membuatmu menjadi milik mereka."
"Hah?" Melvin menampakkan raut wajah bingung. Masih banyak tanya di kepalanya.
"Siapa? Kamu tahu?"
Ferris mengangkat bahu. "Tidak tahu juga sih, tapi sepertinya kita sama. Dipaksa bergabung dengan mereka atas kehendak seseorang. Seseorang yang membuat kita menjadi milik mereka."
Pikiran Melvin kembali dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Sehari saja, Melvin merasa otaknya tak bisa tidak bekerja. Sebab, pasti selalu ada saja hal yang membuat Melvin berpikir keras sampai tak bisa mengistirahatkan otaknya.
"Ahh sudahlah, aku semakin membuatmu bingung." Ferris tertawa, sejak tadi dia bisa melihat dengan jelas wajah bingung Melvin, dan menurutnya itu sedikit lucu. "Kamu akan tahu sendiri jawabannya nanti, saat kamu pergi ke markas The Future dan bertemu langsung dengan orang yang membuatmu ada di sini."
Ferris hendak berbalik pergi ketika Melvin berteriak menghentikan langkahnya.
"Ferris! Tidak bisakah aku pergi menemui adikku sekarang? Aku ingin bertemu dengannya. Dia pasti mencemaskanku."
Hembusan napas pelan terdengar. "Maafkan aku, Melvin. Aku tidak bisa membantu untuk itu. Karena dibalik tato di bahumu, ada sebuah chip yang berfungsi sebagai alat pelacak. Jadi, kalau kamu pergi menemui adikmu, mereka akan melacak keberadaanmu. Bisa saja tindakanmu ingin bertemu adikmu itu, malah membuatnya berada dalam bahaya."
"A-apa? Chip?" Melvin menengokkan kepala ke bahu bagian kanan yang memang terasa perih. Melvin tidak bisa melihat apapun karena gelap dan bajunya menutup seluruh bagian tato. "Kenapa mereka melakukan itu?"
"Karena mereka tak ingin kehilangan apa yang sudah menjadi milik mereka." Ferris menjentikkan jari. "Sudah ya, istirahat saja. Aku tidak punya kekuasaan untuk melepaskanmu, jadi aku hanya bisa menemanimu mengobrol sebentar. Kuharap kamu bisa tidur dalam posisi duduk, karena besok pagi, kita akan terbang ke Perancis, markas besar The Future."
Melvin harap, dia salah mendengar kata-kata Ferris tentang pergi ke Perancis, tapi ternyata hal itu benar adanya karena ketika pagi menjelang, Melvin langsung dibawa pergi dari ruangan gelap semalam yang ternyata adalah sebuah pabrik tak terpakai.
Dari sana, Melvin dituntun memasuki mobil van hitam. Melvin bisa lihat di dalam mobil itu ada Ferris dan beberapa orang lain bermasker hitam yang tak Melvin tahu, serta Jay.
Ah, Melvin ingat. Dia belum membuat perhitungan dengan anak itu. Tetapi tiba-tiba Melvin menghentikan pemikiran tentang membuat perhitungan saat ingatan di mana Cliff memberitahu tentang salah satu temannya adalah Master J.
Apakah mungkin, Master J itu adalah Jaya? Kemungkinan besar seperti itu kan? Dan semua petunjuk yang Melvin terima dari Cliff serta Naina mengarah pada Jaya.
Fakta bahwa Jaya bagian dari The Future semakin menguatkan pendapat Melvin bahwa Master J, benar-benar Jaya.
___The Assasin Organization___
.
.
.To Be Continue
Jangan lupa dukungannya semua ^^
7 chapter menuju ending hehehehe🤭🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
The Assasin Organization | SKZ ✔
Fanfiction||Spin off Dark Web [COMPLETED] Apa kamu pernah berpikir kalau orang terdekatmu bisa saja tidak seperti orang yang kamu kenal selama ini? Siapa yang tahu jika dia ternyata bukanlah orang biasa yang hidup dengan tujuan untuk mencapai mimpi. Dunia ini...