The Assasin Organization: 03

757 108 48
                                    

The Assasin Organization

Chapter 03: Ajakan Menjemput Maut

.
.
.

Serangkaian tes ujian sebelum ujian nasional sudah lewat dua minggu. Siswa tingkat akhir merasakan kebebasan sebelum nantinya akan berkutat kembali dengan ujian nasional.

Masih sekitar empat bulan lagi sebelum ujian nasional. Melvin dan William sedang berada di sebuah mall. Menghabiskan waktu bermain timezone sebelum nantinya sibuk dengan rangkaian ujian lain di sekolah.

"Sudah lelah, Will?" tanya Melvin membuka percakapan. Mereka baru saja selesai bermain basket di timezone.

"Sudah. Ayo pulang. Aku ingin cepat sampai rumah dan tidur." William berjalan mendahului Melvin, mengabaikan teriakan Melvin yang meminta William menunggunya.

"Kenapa malah aku yang ditinggal coba." Melvin mendengus. Kepalanya menoleh ke sisi kanan kiri, memperhatikan beberapa orang yang sibuk berbelanja.

Pandangan Melvin jatuh ke satu keluarga yang tengah menghabiskan waktu bersama di sebuah restoran. Sesekali mereka bercanda dan tertawa, berbagi cerita satu sama lain.

Ada rasa iri di dalam diri Melvin ketika melihat itu. Melvin tahu, dia tidak bisa merasakan kehangatan seperti itu lagi sekarang. Semua sudah berubah. Dunianya telah berganti.

Kebahagiaan yang seharusnya Melvin dapatkan di dalam keluarga sudah tak ada lagi.

Melvin menghembuskan napas. Melihat kebahagiaan di mata orang lain hanya akan menimbulkan rasa iri dengki di dalam hati. Sebab mereka yang memiliki rasa iri beranggapan tak mampu menggapai kebahagiaan seperti yang dirasakan orang lain.

Padahal kalau boleh jujur. Semua orang bisa mendapat kebahagiaan. Hanya saja konteks kebahagiaannya berbeda.

"Melvin, apa yang kamu lakukan di sana? Ayo pulang." William berteriak ketika tak mendapati Melvin di dekatnya.

Perhatian Melvin beralih ke William. Dia baru sadar sudah memperhatikan keluarga bahagia di dalam restoran sana selama beberapa menit.

"Iya, Will." Melvin melangkah terburu-buru ke arah William.

"Kamu kenapa hah?" tanya William.

Melvin menggeleng. "Hanya mengingat sesuatu."

"Kukira kenapa."

"Ayo pulang." Melvin menepuk bahu William, lantas mulai berjalan meninggalkan William.

"Sekarang malah aku yang ditinggal." William berdecak kesal, melangkahkan kaki menyusul Melvin di depan sana.

__The Assasin Organization__

Suasana di luar mall terlihat ramai sekali. Matahari bersinar temaram di ufuk barat, menandakan hari sudah sore.

Melvin tidak tahu kalau ternyata dia dan William menghabiskan waktu sebanyak itu di mal sampai matahari hampir tenggelam di langit sana.

"Kamu langsung pulang kan Vin?" tanya William memastikan. William takut Melvin tidak akan pulang ke rumah, seperti kemarin.

Melvin ternyata malah pergi ke warnet, membantu pemilik warnet menunggui beberapa orang yang masih betah bermain game hingga pagi. Yeah, tidak masalah sih bagi William karena Melvin melakukan hal itu pun dibayar.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang