The Assasin Organization: 12

231 43 16
                                    

The Assasin Organization

Chapter 12: Jovanka

.
.
.

Melvin menyusuri trotoar jalan menuju rumahnya. Sore hari setelah memastikan ke Naina kalau Melvin memilih untuk pulang, Melvin segera saja menyiapkan diri. Dia merasa tak enak jika harus berlama-lama berada di apartemen Naina. Lagi pula, Melvin masih memiliki banyak hal yang harus dilakukan.

Salah satunya adalah mengecek keadaan Tian di rumah. Apakah anak itu baik-baik saja atau tidak. Sebab Melvin tidak pulang ke rumah selama sehari penuh kemarin.

Melvin berjalan perlahan sembari sesekali meringis menahan rasa sakit. Ah, dia lupa kalau dirinya baru saja terluka. Seharusnya Melvin tidak boleh banyak bergerak dulu untuk memulihkan diri. Namun Melvin tidak bisa lagi berdiam di dalam apartemen Naina, Melvin harus pulang dan bertemu dengan adiknya.

Sepanjang jalan, Melvin bisa merasakan lukanya terasa kian nyeri. Dia bahkan sedikit menekan luka yang belum mengering sepenuhnya. Naina bilang padanya, Melvin sempat mendapat beberapa jahitan di pinggangnya dari dokter pribadi Naina.

Tetapi di atas semua yang sudah terjadi, Melvin merasa ada yang tidak beres. Dia baru ingat kalau selama dia terluka, dirinya tak pernah berakhir di rumah sakit. Malah, Melvin selalu berakhir di apartemen orang lain. Mengapa harus seperti itu? Bukankah seseorang yang terluka harus dibawa ke rumah sakit secepatnya? Mengapa saat Kris dan Naina menolongnya, mereka malah membawa Melvin ke apartemen?

Ini aneh. Sungguh. Melvin tak bisa memikirkan semua itu dengan kemungkinan yang muncul dalam kepalanya. Sebab Melvin tak ingin menuduh orang lain macam-macam, pengecualian untuk William yang sudah membuatnya kecewa.

Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh dari depan komplek perumahan ke rumahnya, Melvin sampai juga ke tempat tujuan. Dia membuka gerbang rumah perlahan, memasuki halaman rumah yang terlihat sedikit tak terawat. Banyak daun mangga kering yang jatuh di sana.

Melihat ke arah pohon mangga, Melvin jadi ingat kembali ibunya yang sudah meninggal. Muncul setitik rasa rindu akan kasih sayang ibunya, yang membuat Melvin kadang tak bisa tidur di malam hari.

"Bu, Melvin rindu." Ucapan rindu itu tentunya dia ucapkan setulus hati. Bagaimanapun, Melvin masih butuh kasih sayang dari ibunya.

"Kak Melvin?" Panggilan dari arah pintu rumah membuyarkan bayangan Melvin tentang ibunya.

Bisa Melvin lihat, Tian berjalan mendekatinya dengan raut wajah khawatir yang kentara. "Kak Melvin!"

Tanpa Melvin duga, Tian memeluk tubuhnya erat disertai isak tangis yang terdengar. "Kak Melvin kemana aja? Hiks."

Melvin sedikit merintih saat lukanya tak sengaja terkena tekanan akibat pelukan Tian.

Tian yang mendengar rintihan Melvin segera menjauh, matanya memperhatikan wajah Melvin yang terlihat seperti orang tengah menahan sakit. "Kak Melvin kenapa?"

Pertanyaan itu segera mendapat jawaban berupa gelengan kepala dari Melvin. Dia tak mau membuat Tian khawatir, jadi dia tidak ingin bilang. Namun hal itu rasanya tak bisa disembunyikan lebih lama ketika nyeri di perutnya semakin menjadi.

"Akhh." Melvin meraba sekitar area lukanya. Dia bisa merasakan pinggangnya sedikit basah. Tunggu, apa jahitannya terbuka? Melvin bertanya sendiri dalam hati.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang