The Assasin Organization: 14

219 41 24
                                    

The Assasin Organization

Chapter 14: Perubahan

.
.
.

Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Kini, hanya tinggal menghitung hari menuju ujian kelulusan. Dan selama itu pula, Melvin selalu hidup dalam bayang-bayang ketakutan yang tak berujung.

Setiap hari, Melvin selalu mewaspadai semua orang di sekitarnya. Dia takut, terlalu takut dengan orang terdekat dan orang tak dikenal. Sebab, Melvin belajar dari apa yang terjadi sebelumnya. Kalau tidak ada satu orang pun yang bisa dipercaya, termasuk dirinya sendiri.

Karena Melvin pun tidak tahu, apakah dia akan terus bertahan hidup dalam ketakutan, atau justru keluar dari ketakutan itu dengan cara yang tidak disenangi dirinya.

Menghela napas, Melvin mengalihkan pandangan ke arah rumahnya. Dia baru saja pulang sekolah ketika mendapati rumahnya didatangi oleh tamu. Ada sebuah mobil terparkir rapih di garasi rumahnya. Melvin pikir itu mobil Haidar, seperti yang beberapa minggu lalu anak itu pakai untuk mengantar Melvin ke rumah sakit.

Namun ternyata saat didekati, jenis dan model mobilnya berbeda. Dan dengan fakta itu, Melvin langsung saja bergegas masuk ke dalam rumah. Dia takut, sangat takut akan kemungkinan adanya orang asing yang datang ke rumahnya untuk menyakiti Tian.

Sesampainya di depan rumah, Melvin berjengit kaget saat ingin membuka pintu tetapi pintu rumahnya sudah lebih dulu dibuka dari dalam.

"Eh, Kak Melvin."

Muncul Tian dari dalam rumah beserta satu orang dewasa berpakaian santai. Kemeja biru muda dipadukan kaus putih polos dan jeans hitam melekat di tubuh orang dewasa itu.

Melvin mengernyitkan dahi ketika wajah orang itu terasa sangat tidak asing. "Siapa ya?" tanya Melvin ke orang dewasa di belakang Tian.

Tian menoleh ke belakang ketika mendengar pertanyaan Melvin. "Loh, Kak Melvin lupa? Ini Kak Dylan, detektif yang berjanji akan menangkap pelaku pembunuh ibu."

"Hai, Melvin." Dylan tersenyum seraya menyapa Melvin.

Melvin mengangguk sebagai balasan dari sapaan Dylan. "Tian, kalau sudah selesai langsung masuk ke kamarmu, jangan lupa kunci pintu ya," ucap Melvin seraya berlalu pergi ke dalam rumah, bahunya sempat bertabrakan dengan bahu Dylan sampai detektif itu sedikit terhuyung.

"Ada apa dengan kakakmu? Sepertinya dia dalam mood buruk."

Tian memandang punggung Melvin yang kini sudah menghilang di anak tangga menuju lantai dua. Dia tidak begitu memperhatikan ucapan Dylan karena fokusnya hanya tertuju ke Melvin.

Sejujurnya, akhir-akhir ini Tian merasa Melvin sedikit berubah. Kakaknya itu menjadi lebih pendiam dan selalu memastikan rumah terkunci dari dalam. Bahkan Melvin sempat memasang banyak CCTV di setiap sudut rumah sekitar dua hari lalu.

Perubahan sikap itu tentu saja tidak luput dari perhatian Tian. Dan Tian sesungguhnya merasa bahwa kakaknya sedang dalam kondisi yang tidak baik. Tian jadi takut kalau kakaknya menyembunyikan sesuatu.

"Tian? Hei. Kenapa melamun?"

Tepukan di bahunya menyadarkan Tian dari pikirannya tentang Melvin. Anak itu segera menoleh ke Dylan, lalu tersenyum. "Nggak Kak, aku cuma kepikiran belum mengerjakan PR."

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang