The Assasin Organization: 31

169 38 8
                                    

The Assasin Organization

Chapter 31: Menyerah Atau Menerima

.
.
.

Tidak terasa, hari ini tepat dua tahun Melvin berada di Kanada. Dengan segala tugas yang memusingkan, Melvin sanggup melalui hari demi hari di sini. Dia juga menyempatkan diri mengontrol William di tengah kesibukkan.

Hari ini, Melvin kebetulan dapat tugas untuk membeli barang dari salah satu organisasi dark web lain. Kalau tidak salah, nama organisasi itu Blackbox. Organisasi yang dipimpin oleh Tuan Zhang. Setidaknya itu informasi yang Melvin tahu.

"Kamu mau berangkat?" tanya Ferris, menghentikan gerakan Melvin yang tengah memasang tali sepatu.

"Iya, kenapa?"

"Hati-hati ya. Jangan sampai ketangkap."

Melvin tertawa. Selesai mengikat tali sepatu, dia bangkit berdiri. Memakai masker, lalu membenarkan letak tudung kepala. Tak lupa topi dia pakai di kepala, menutup seluruh wajahnya sebaik mungkin untuk melindungi identitasnya.

"Aku pergi," pamit Melvin ke Ferris yang merespon dengan mengacungkan ibu jari.

Selama perjalanan menuju tempat jual beli, Melvin terus menunduk, tidak membiarkan orang lain melihat matanya. Sebab Melvin belajar banyak dari apa yang pernah dia alami. Hanya lewat tatapan mata, dia bisa mengenali Jovin, Jaya, dan Naina sebagai orang tak asing. Ternyata perasaannya waktu masih dikejar mereka benar.

Untuk itulah, Melvin menyembunyikan sebaik mungkin tatapan mata dari orang lain.

Saat sampai di tempat jual beli, Melvin menunggu di dalam ruangan tak terpakai. Sebelumnya sudah terjadi perjanjian untuk melalukan transaksi di sana.

Kali ini, barang yang dibeli oleh Blackbox adalah senjata buatan terbaru The Future. Yeah, The Future memang memproduksi senjata sendiri. Jenisnya pun ada banyak, kalau senjata yang akan dibeli sekarang ini adalah senjata model terbaru, chip kecil dengan tombol merah.

Itu bukan senjata biasa, karena setelah diaktifkan dan ditekan tombol merahnya, maka senjata itu akan meledak, menghancurkan radius satu meter, seperti bom.

Namun senjata itu bisa juga dikendalikan lewat ponsel. Selain menekan tombol merah di chip langsung, ada juga tombol merah lain di dalam aplikasi ponsel, fungsinya untuk meledakkan dari jarak jauh.

Beberapa menit menunggu, akhirnya orang suruhan dari Blackbox datang.

Melvin mengangkat wajah, tidak sengaja matanya beradu tatap dengan orang di depan.

"Loh! Melvin?"

Oh tidak! Ini bahaya! Orang di depannya adalah Lian, sahabatnya.

Melvin masih ingat kalau Lian pernah bilang laki-laki itu bagian dari dark web juga, tapi Melvin tidak pernah tahu bahwa dia adalah anggota di Blackbox. Astaga! Gawat kalau begini jadinya.

"Ini barangnya, uang sudah ditransfer kan? Saya pergi."

Biasanya, Melvin tidak pernah banyak bicara saat melakukan transaksi. Atau paling tidak, Melvin hanya akan diam saja tanpa berbicara. Namun kali ini berbeda, orang di depannya sangat dia kenal, dan Melvin ingin segera cepat pergi sehingga dia berbicara.

Tidak menunggu jawaban, Melvin segera menuju pintu keluar.

"Melvin!" Lian berseru, menghentikan langkah Melvin tepat di belakang pintu keluar.

Perlahan, Lian berjalan menghampiri temannya. Dia tidak menduga pertemuan ini. Dia pikir tadi dia salah mengenali orang, tapi begitu mendengar suara dan melihat gelagat mencurigakan dari sosok berpakaian hitam yang baru saja menyerahkan barang pembelian membuatnya yakin, bahwa dia tak salah orang.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang