The Assasin Organization: 08

420 74 19
                                    

The Assasin Organization

Chapter 08: Penyerangan di Jalan

.
.
.

"Kak Dylan, siapa dua anak di depan itu?"

Dylan yang sedang memilah berkas untuk kepentingan interogasi mengangkat kepala, melihat Jefri yang terlihat sangat lelah.

"Objek yang harus aku interogasi."

"Mereka melakukan apa sampai dibawa ke kantor BIN? Bukankah Pak Fakhri tidak pernah mengizinkan kita membawa siapapun ke sini?"

Dylan memandang Jefri dengan pandangan menusuk, seakan mencoba menyadarkan Jefri tentang perbuatannya semalam. "Kamu lupa? Kamu juga membawa tiga anak ke sini semalam. Bahkan tanpa persetujuan Pak Fakhri."

Jefri menggaruk belakang kepala, lantas tertawa kecil. "Ya, aku kan panik hehe."

"Terserah." Dylan membawa beberapa berkas, satu buku tulis kecil, pulpen, dan perekam audio. "Lagi pula, aku menginterogasi mereka atas suruhan Pak Fakhri, karena yah, menurutnya ada yang tidak beres."

"Tidak beres bagaimana?"

Dylan menatap Jefri serius, dia lalu berjalan mendekat. "Ibu mereka mati tertembak tengah malam tadi, dan penembakan terjadi di rumahnya. Pelaku tidak mengambil barang apapun dari sana, juga si pelaku meninggalkan saksi. Menurutmu bagaimana?"

Jefri melotot, dia cukup syok ketika mendengar pernyataan itu. "Apa yang melakukan itu dua organisasi besar yang kita pantau akhir-akhir ini?"

Dylan mengangkat bahu. "Entahlah, pemikiranku tak sampai sana."

"Kenapa begitu, Kak? Bukannya mengherankan kalau seseorang mati tertembak di rumahnya sendiri? Bahkan tidak ada barang yang diambil dan ada saksi. Orang gila macam apa yang melakukan hal seperti itu."

Dylan memiringkan kepala, senyum tipis terbentuk di wajahnya. "Orang gila macam kamu." Setelah itu, Dylan beranjak pergi meninggalkan Jefri yang masih mencoba memproses kalimat Dylan.

Beberapa detik kemudian, Jefri baru sadar maksud dari ucapan Dylan. "YAH! KAK DYLAN!"

___The Assasin Organization___

Dylan mendudukkan diri di depan Melvin dan Tian. Buku catatan kecil serta perekam audio yang sudah menyala di letakkan di depan Melvin dan Tian. Kedua tangan Dylan bertangkup di atas meja, memperhatikan dua bersaudara yang masih diam.

"Boleh saya mulai bertanya?" Dylan menatap serius, pertanyaannya ditujukan untuk Melvin dan Tian.

"Emm, ya."

Kedua bibir Dylan terangkat ke atas, senyum tipis terulas. Dylan mulai membuka buku catatan kecil, membaca pertanyaan yang sudah dia tulis di sana sebelumnya. "Sebelumnya, biar lebih nyaman, saya akan menggunakan bahasa aku-kamu dan kamu bisa panggil saya Kak, tidak keberatan kan?"

Melvin mengangguk.

"Oke. Pertanyaan pertama." Dylan memperbaiki posisi duduk, matanya membaca lamat-lamat kalimat yang tertuang di buku catatan. "Dari informasi yang ada, salah satu dari kalian melihat si pembunuh di depan pintu rumah. Siapa yang melihatnya? Melvin, atau Tian?" Dylan melihat dua anak laki-laki di depannya bergantian sembari menunggu jawaban.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang