The Assasin Organization: 04

555 95 19
                                    

The Assasin Organization

Chapter 04: Keluarga Melvin

.
.
.

Sudah lewat seminggu sejak peristiwa bom di mall terjadi. Kristaf yang bilang akan memberitahu Melvin dan William tentang cara kerjanya agar Melvin serta William bisa melindungi diri pun tak ada kabar lagi. Kristaf seperti menghilang begitu saja. Dia tak masuk sekolah tanpa keterangan.

Melvin ingin bertanya kemanakah gerangan Kristaf pergi, karena laki-laki itu sudah berjanji akan memberitahu Melvin cara kerja untuk melindungi diri. Namun Melvin tak tahu siapa yang harus dia tanyai tentang itu.

Di sekolah, Kristaf tidak dekat dengan siapapun. Laki-laki itu tak punya teman, bahkan di kelas, membuat Melvin tidak tahu harus mencarinya kemana.

William pernah bilang di hari ke-empat Kristaf menghilang. "Mungkin Kris berbohong pada kita tentang apa yang dia bilang."

Melvin sebenarnya ingin setuju, tapi sesuatu di dalam hatinya menolak untuk mengiyakan kalimat William. Melvin merasa Kristaf tidak berbohong padanya. Semua yang Kristaf katakan itu kejujuran, sebab Melvin melihat sendiri bagaimana bom meledakkan mall satu minggu lalu.

Kejadian mall meledak itu sudah diselidiki oleh polisi, dan polisi bilang kalau hal itu adalah perbuatan orang-orang gila yang tak bertanggung jawab. Sampai kini, polisi belum berhasil menemukan motif pelaku peledak bom.

Ahh, memikirkan Kristaf yang menghilang tanpa kabar serta segala ucapannya membuat Melvin pusing.

Seharusnya hari ini Melvin melupakan sejenak tentang Kristaf agar dia bisa fokus menjaga warnet yang sedang ramai di hari libur.  Tapi kenapa otaknya tak bisa berjalan sesuai kemauannya. Menyebalkan.

"Huftt." Melvin menghela napas lelah, tubuhnya bersandar ke sekat di belakang yang membatasi pengguna komputer warnet satu dengan lainnya.

Mata Melvin tak lepas dari layar komputer di depan yang menyala. Melvin bisa melihat dengan jelas website chat room -yang pernah dia masuki bersama William untuk mencari jawaban ujian- di sana.

Melvin pikir, dia bisa menemukan Kristaf dengan bertanya pada para pengguna website itu. Entah Melvin dapat pikiran darimana, yang pasti, Melvin berusaha menemukan Kristaf untuk mendengar penjelasan laki-laki itu lebih lanjut. Sebab Melvin penasaran, dan rasa penasaran itu membuatnya tak bisa tidur tiga hari terakhir.

"Hei, Melvin!"

Melvin mendongak ke atas, melihat William tengah berdiri di belakang sekat tempat Melvin bersandar. "Kenapa?"

William tak menjawab, laki-laki itu berjalan memasuki sekat tempat Melvin menyewa satu komputer warnet. Tanpa disuruh lagi, William lantas mendudukkan diri di atas lantai, bersisian dengan Melvin.

Dahi William mengernyit ketika melihat layar komputer yang menampilkan website chat room. "Kamu masuk ke sana lagi? Untuk apa?" William menunjuk layar komputer, lalu menatap Melvin. "Kita sedang tidak butuh jawaban untuk uj-mmphh."

Melvin terpaksa membekap mulut William yang baru saja akan membocorkan rahasia mereka bisa mengikuti ujian dengan lancar. Bisa ramai nanti kalau ada yang mendengar kata-kata William. Padahal Kristaf bilang, website chat room itu adalah rahasia mereka bertiga, tidak boleh ada orang yang tahu kecuali Kristaf ingin memberitahunya.

"Jangan membicarakannya di sini, bodoh! Kalau ada yang mendengar bagaimana?" tanya Melvin dengan nada kesal.

"Mmppphhh!" William berseru, telunjuknya mengarah ke tangan Melvin yang masih membekap mulutnya.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang