The Assasin Organization: 16

179 41 24
                                    

The Assasin Organization

Chapter 16: Pertengkaran Adik Kakak

.
.
.

Dylan sibuk membereskan barang di atas meja dan memasukkan semuanya ke tas setelah mendapat telepon dari Tian. Awalnya Dylan pikir Tian hanya ingin menyampaikan sesuatu, seperti ingatannya tentang ciri-ciri orang yang membunuh Lina, atau apapun itu yang berkaitan dengan penyelidikan. Namun yang Dylan dapati malah Tian meneleponnya sembari menangis.

Suara anak itu terdengar sangat ketakutan, dan Dylan sangat yakin pasti telah terjadi sesuatu. Sayangnya, Tian tidak bisa memberitahu Dylan lewat telepon karena anak itu sepertinya sangat syok akan sesuatu. Karena itu Dylan memutuskan segera pergi ke rumahnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Di tengah kegiatannya membereskan meja, Jovin datang dengan segelas kopi di tangan. Detektif yang lebih tua setahun dari Dylan itu memperhatikan Dylan cukup serius. "Ada apa? Buru-buru banget kayaknya." Jovin meminum kopi di gelas, lalu beralih menatap Dylan.

"Ada masalah, Kak."

Jovin yang tadi berdiri dengan bersandar ke meja Dylan, kini jadi berdiri tegak. "Masalah apa?"

"Ingat tidak sama anak yang ibunya mati tertembak di rumah?"

Jovin berpikir sebentar, lalu mengangguk. "Ingat, kenapa emang?"

"Dia tadi menelepon, terus menangis. Aku tidak tahu dia kenapa, jadi sekarang aku akan ke sana dan mengeceknya."

"Menangis? Terjadi sesuatu?" tanya Jovin.

"Sepertinya," jawab Dylan singkat. "Aku pergi ya Kak, tadi udah pamit juga ke Pak Fakhri dan Pak Fakhri udah izinin." Mengambil tas yang sudah berisi semua barangnya, Dylan lantas berjalan meninggalkan Jovin.

"Oke. Hati-hati!" Jovin sedikit berteriak agar Dylan bisa mendengarnya.

Dylan hanya mengacungkan ibu jari sebagai jawaban tanpa berbalik ke belakang.

"Yah, sepertinya kasus ini lebih menarik dari yang kuduga." Dylan memasuki mobil, lalu mulai mengemudikan mobilnya membelah jalan raya.

"Andai saja Jefri tidak nekat pergi ke Jerman. Aku pasti mengatasi kasus ini bersamanya." Dylan menghela napas. "Apa kabar ya anak itu di sana? Apa pencariannya membuahkan hasil?"

Dylan terus memikirkan Jefri sepanjang perjalanan menuju rumah Melvin. Dylan harap, Jefri selalu sehat dan bisa menjaga diri dengan baik.

___The Assasin Organization___

Tian menangis sesenggukan. Sejak berdebat dengan Melvin satu jam lalu, Tian belum juga berdiri dari duduknya. Dia masih terisak di atas lantai dengan kotak berisi organ tubuh tak jauh darinya.

Tian benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat ini. Dia terlalu takut dengan kenyataan yang bisa saja membuat dirinya kecewa. Apalagi paket yang diterima kakaknya itu hampir setiap hari datang ke rumah. Dan jika semua isi paket itu sama dengan isi paket hari ini, sudah bisa dipastikan, ada yang Melvin sembunyikan darinya.

Tidak. Tian sebenarnya tidak takut dengan Melvin kalau kenyataannya Melvin adalah orang yang sedikit tidak normal, atau lebih buruknya lagi, kalau Melvin adalah seorang psikopat. Tian tidak takut.

Hanya saja, dia kecewa. Sudah pasti. Sebab selama ini yang dia tahu, Melvin adalah orang baik. Orang yang bahkan tidak bisa melihat orang lain kesusahan, walau dulu Melvin membenci dirinya dan ibunya. Tetap saja, sekarang Melvin sudah bisa menerima Tian dengan baik.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang