The Assasin Organization: 24

176 35 4
                                    

The Assasin Organization

Chapter 24: The Future

.
.
.

Butuh sekitar satu minggu lebih sampai Melvin keluar dari rumah sakit. Itu pun Melvin masih merasakan sedikit nyeri di bekas lukanya.

Apalagi setiap kali Melvin membuka kaus, membiarkan dadanya terpampang, yang akan dilihat olehnya bukan lagi kulit putih miliknya, tetapi bekas luka yang membiru. Bekas luka itu tidak akan hilang dalam beberapa minggu, Melvin yakin sekali.

"Kak, sedang apa?" Tian memasuki kamar Melvin, sebelumnya dia mengetuk lebih dulu pintu kamar Melvin.

Melvin melihat adiknya, lalu menggeleng. "Nggak ngapa-ngapain kok."

"Emm ...." Tian berdiri di dekat kasur tempat Melvin sedang duduk bersandar. Menggoyangkan tubuh ke kanan kiri, Tian sedang berpikir apakah dia akan menanyakan sesuatu yang mengganggunya atau tidak.

"Kenapa Tian? Kamu mau ngomong sesuatu?" Melvin menyadari tindakan aneh adiknya. Dia tahu pasti kalau Tian pasti ingin membicarakan sesuatu dengannya.

"I-itu ...." Tian meremat kedua tangannya di depan tubuh, matanya melirik Melvin takut-takut. "Kak Melvin, aku mau nanya ke Kakak."

"Tanya apa? Tanyakan saja, Tian." Melvin memperbaiki posisi duduknya hingga kini duduk tegak menghadap Tian.

Tian menelan ludah gugup. "Perempuan ... yang waktu itu menjenguk Kak Melvin. Apa ... hubungan Kakak sama dia?"

Alis Melvin terangkat. Dia terkejut dengan pertanyaan Tian. Kenapa tiba-tiba adiknya itu menanyakan tentang Naina? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Hubunganku sama dia?" Melvin hampir saja melepaskan tawa kalau tidak melihat wajah serius Tian yang dihiasi secuil ketakutan. "Aku sama dia nggak ada hubungan apapun. Dia cuma teman sekelasku, Tian," jawab Melvin.

"Temen sekelas?" tanya Tian, nada pertanyaannya sedikit tak yakin.

"Ya, kami teman sekelas. Kenapa?"

Tian menggsleng. "Kakak kelihatan dekat dengan dia, jadi kupikir ... Kak Melvin ada hubungan dengannya."

Melvin terkekeh pelan. "Nggak ada, Tian. Lagian kenapa kamu bertanya seperti itu? Kamu menyukai Naina?" Melvin hampir menyemburkan tawa sebelum mendapati tatapan melotot dari Tian.

"Syukurlah kalau Kakak nggak ada hubungan sama dia." Tian menghela napas lega, tatapan melototnya menghilang, tergantikan senyum manis.

"Pokoknya, Kakak jangan dekat-dekat dengan dia ya? Apalagi kalau sampai punya hubungan. Aku akan menjadi orang pertama yang tidak menyetujui hubungan kalian." Tian menunjuk Melvin tepat di mata.

Sementara Melvin yang tak tahu apa alasan Tian bertanya tentang hubungannya dan Naina hanya bisa tertawa pelan. "Kamu ini aneh. Kenapa begitu coba? Kamu mau Kakakmu ini sampai tua nanti jadi jomblo?"

Mendengar pertanyaan Melvin, Tian segera menggeleng cepat. "Ya nggak gitu juga, Kak! Aku cuma ngelarang Kakak nggak berhubungan sama perempuan itu. Kalau sama yang lain, aku nggak larang."

"Lho? Kenapa begitu? Jangan-jangan, kamu emang beneran suka Naina ya?" tanya Melvin disertai ledekan jahil.

"Ngaco!" Tian berseru. "Aku nggak bakal suka sama orang yang udah—"

Ngiing.

Suara alarm yang Melvin pasang di pintu rumah berbunyi nyaring. Melvin dan Tian menutup telinga guna menghalau suara nyaring itu menembus gendang telinga. Percakapan yang terjadi antara Melvin dan Tian pun terhenti begitu saja.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang