The Assasin Organization: 27

167 38 11
                                    

The Assasin Organization

Chapter 27: Cinta dan Benci

.
.
.

Satu tahun kemudian.

Paris, Perancis.

Musim semi adalah waktu di mana bunga mulai bermekaran. Jalanan kota terlihat sangat cantik dengan berbagai bunga bermekaran di pohon yang memang sengaja ditanam dekat sisi jalan.

Indah. Satu kata itu bisa mewakili semua pemandangan yang saat ini Melvin tangkap lewat matanya. Musim semi adalah hal yang Melvin sukai dari negara ini.

Melvin suka melihat pohon-pohon tumbuh menghijau kembali setelah melewati cobaan berat. Kekeringan di musim panas, kehilangan daun di musim gugur, serta membeku di musim dingin. Kini, pohon yang sudah melewati tiga musim itu mulai bangkit kembali, menumbuhkan daunnya yang sempat gugur.

Melvin harap, dia bisa seperti pohon itu. Tumbuh subur dan menjadi indah setelah melewati banyak cobaan. Namun apa mau dikata, sampai kapan pun, dalam hidup Melvin tidak akan ada yang namanya musim semi.

"Pemandangan yang indah." Melvin berkata seraya memandang Sungai Seine di depannya.

Sore hari, ketika matahari hampir menghilang seluruhnya. Melvin menyempatkan diri berjalan sore di pinggir Sungai Seine, menikmati sedikit waktu yang dia punya untuk bersantai dari segala kepenatan dalam menjalani latihan menjadi anggota The Future selama kurang lebih satu tahun.

Melvin jadi ingat, kepergiannya tahun lalu dari negara kelahiran benar-benar seperti orang yang menghilang tanpa jejak. Bahkan sampai detik ini, Melvin sama sekali belum menghubungi Tian yang berada di belahan benua lain. Melvin harap, Tian bisa hidup dengan baik, walau tanpanya.

"Lino, ayo. Waktunya pulang."

Melvin menoleh ketika mendengar seseorang berbicara padanya. Dia mengangguk pelan ketika Ferris datang, mengajaknya untuk pulang ke tempat yang sudah mereka anggap rumah.

"Hm." Melvin bergumam sebagai jawaban, lalu berjalan menghampiri Ferris. "By the way, kenapa memanggilku Lino di saat seperti ini?"

Ferris mengangkat bahu. Dia dan Melvin mulai berjalan meninggalkan Sungai Seine

"Entahlah. Aku terbiasa memanggilmu begitu. Lagi pula, Lino kan nama yang diberikan Tuan Darrel."

Melvin menghela napas, masih terus berjalan bersisian dengan Ferris. "Ya benar sih, tapi malas saja mendengar nama itu. Aku merasa seperti sedang latihan."

Ferris menepuk punggung Melvin. "Ayolah semangat sedikit. Kalau kamu bisa melewati latihan terakhir, tidak lama lagi kamu akan dikirim untuk melaksanakan misi di negara lain. Kamu jadi bisa keliling dunia kan?"

Melvin melirik Ferris malas. "Keliling dunia untuk melakukan kejahatan? Ahh itu pilihan yang buruk."

Ferris tertawa. "Yeah, memang pilihan yang buruk."

"Melvin!" Terdengar suara lain dari belakang. Suara yang sudah sering memanggil nama Melvin enam bulan terakhir.

Selama itu juga, Melvin tidak pernah menggubrisnya. Melvin terlalu malas, atau bahkan kecewa. Dia merasa ditipu berkali-kali, oleh orang yang dia pikir bisa dipercaya.

"Melvin, dipanggil tuh." Ferris memberi kode, sedikit menoleh ke belakang.

"Biarkan saja, aku malas meladeni." Tidak menghiraukan orang yang memanggil namanya, Melvin memilih jalan lebih cepat. Dia bahkan meninggalkan Ferris di belakang.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang