The Assasin Organization: 09

392 54 13
                                    

The Assasin Organization

Chapter 9: Cara Kerja Kris

.
.
.

Seminggu setelah penyerangan yang menimpa Tian, Melvin kini menjadi lebih waspada, melindungi diri sendiri dan juga Tian. Meski sejujurnya Melvin masih belum bisa menerima Tian sebagai adiknya, tapi Melvin pikir tak apa mencoba melindungi anak itu. Sebab di dunia ini hanya ada Melvin yang Tian punya sebagai orang terdekat.

Selama seminggu itu pula, Melvin kembali sibuk belajar untuk ujian nasional sekitar tiga bulan setengah lagi. Namun fokus Melvin terpecah belah, antara belajar dan memikirkan masa depannya dengan Tian.

Melvin mulai khawatir bagaimana mereka ke depannya nanti, hidup tanpa orang tua. Yeah, walau sebenarnya ayah Melvin masih hidup, Melvin tetap tak tahu dimana keberadaan ayahnya. Yang dia tahu, sang ayah hanya mengirimkan uang setiap bulan ke rekening ibu tirinya. Bahkan saat Lina meninggal, ayah Melvin tidak pulang ke rumah untuk berbela sungkawa, entah ayahnya tidak tahu tentang kematian Lina atau ayahnya tahu tapi tetap tak ingin pulang.

"Ahh, kenapa jadi mikirin ayah sih." Melvin menggelengkan kepala, berusaha memecah pikiran tentang ayahnya.

Buku pelajaran yang dia pinjam dari perpustakaan sekolah masih terbuka lebar di atas meja. Melvin baru membaca buku itu sekitar dua paragraf, masih banyak yang harus dia baca untuk memahami materi di dalamnya.

"Hai, Vin."

Melvin mendongak, mendapati Naina tengah tersenyum padanya. Naina meletakkan sebuah buku pelajaran di atas meja, gadis itu lantas mendudukan tubuh di kursi yang berhadapan dengan Melvin.

"Oh, Nai." Melvin tersenyum tipis.

"Aku boleh duduk di sini kan?" tanya Naina, padahal gadis itu memang sudah duduk di depan Melvin.

Melvin mengangguk saja, toh tidak akan ada masalah juga kalau Naina duduk di sana.

"Sendirian aja, nggak sama William?" Naina bertanya seraya membuka beberapa lembar buku pelajaran yang dia bawa.

Melvin tersenyum tipis sebelum menggeleng lagi. "William tidak akan mau ke perpustakaan di jam istirahat buat belajar. Dia lebih suka jajan di kantin."

Naina mengangguk paham. "Kalo kamu? Kenapa kamu di sini? Nggak jajan?"

"Nggak, Nai. Lagi pengen belajar aja." Buku pelajaran yang baru dibaca dua paragraf oleh Melvin kini kembali dia baca. Matanya memindai seluruh huruf dan kata di sana, lantas menginputnya masuk ke otak.

Naina melihat Melvin dengan senyum mengembang. "Oke kalo gitu, kita belajar bareng."

Melvin mengalihkan pandangan ke Naina, mengangkat sebelah alis ketika mendapati gadis itu sudah sibuk membaca buku yang dibawanya tadi. Tidak ingin membuang waktu atau memikirkan hal lain, Melvin memilih ikut belajar bersama Naina. Mereka akhirnya saling membaca buku yang mereka pinjam di perpustakaan, membiarkan sepi dan suara jam dinding menemani acara belajar mereka.

___The Assasin Organization___

Sepulang sekolah, Melvin berniat ingin segera sampai di rumah dan menemui adiknya yang berbeda sekolah dengannya. Jujur saja, perasaan Melvin selalu tak enak setiap hari, dia merasa seperti akan ada sesuatu yang menimpa adik tirinya. Entah hanya perasaannya saja atau itu insting dari seorang kakak untuk sang adik. Melvin tidak tahu pasti, dia hanya mencoba meminimalisir sesuatu buruk yang akan terjadi nanti.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang