The Assasin Organization: 32

173 39 1
                                    

The Assasin Organization

Chapter 32: Melarikan Diri Selamanya

.
.
.

Kematian William tidak begitu berarti bagi The Future hingga membuat organisasi itu menghentikan kegiatan. Tidak sama sekali. Malah, The Future memilih terus berkegiatan. Bagi mereka, kehilangan satu anggota bukan masalah, karena masih banyak trainee yang mereka latih di markas besar untuk menggantikan posisi William.

Melvin sendiri, sebagai teman William, dia berkabung semalaman. Menyampaikan duka cita atas kepergian William yang begitu cepat. Melvin ternyata gagal membuat William tetap bertahan hidup.

Jangan tanya bagaimana perasaan Melvin hari ini, dia benar-benar bingung dan sakit. Dulu sekali, saat semuanya masih baik-baik saja. William selalu ada untuknya, melakukan kegiatan menyenangkan bersamanya.

Tiba-tiba, Melvin rindu saat di mana William menyuruh Melvin pulang ke rumah, mengikuti Melvin hanya untuk memastikan Melvin tak kabur dari rumah lagi.

Melvin mengacak rambut frustasi, semua kenangan itu membuat perasaannya tak karuan.

"Melvin, ada telepon masuk untukmu." Ferris datang menghampiri Melvin yang kacau di dalam kamar. Diserahkannya sebuah ponsel di mana layarnya menyala menandakan telepon masuk.

Melvin mengambil alih ponsel, dia lihat nomor yang menelepon. Mata Melvin melotot kala itu juga. Bukan karena dia tahu siapa yang menelepon, Melvin sungguh tak tahu karena tak ada nama di sana. Ponsel lama Melvin tertinggal di rumah tiga tahun lalu. Yang membuat Melvin melotot adalah kode angka di awal nomor itu. Kode angka bertuliskan +62.

Menelan ludah, Melvin menggeser pelan tombol hijau di layar. Dia lalu menempelkan telepon ke telinga.

"H-halo?"

"KAK MELVIN!"

Deg.

Jantung Melvin berdetak cepat ketika mendengar suara yang sudah tiga tahun tidak dia dengar. Hati yang tadinya tak merasakan apapun, kini mulai kembali merasa kerinduan yang dalam.

Pandangan Melvin perlahan buram, ada air mengambang yang mengganggu penglihatannya.

"Hiks. K-Kak Melvin ... ada di mana? K-kenapa tidak ... memberitahuku kalau ... Kakak pergi?"

Suara serak dan isak tangis dari seberang telepon membuat Melvin tak mampu membendung pertahannya. Melvin menangis, bersamaan dengan tangis Tian yang mengencang di seberang telepon.

Kerinduan yang ada di hati Melvin begitu besar sampai dia tak bisa membalas pertanyaan Tian dengan kata apapun. Melvin menangis selama Tian berbicara di seberang telepon.

Banyak sekali yang Tian ceritakan, termasuk tentang hidupnya tanpa Melvin. Anak itu sekarang diurus oleh Cliff dan Dylan. Astaga! Betapa bersyukurnya Melvin karena masih ada orang sebaik mereka yang mau peduli pada Tian. Mungkin kapan-kapan Melvin akan berterima kasih pada mereka.

Menghabiskan waktu sepuluh menit mendengar suara Tian, Melvin akhirnya berbicara, "Tian, maafkan aku. Aku meninggalkanmu begitu saja. Maaf karena tak pamit."

Di seberang, Tian menjawab, dia bilang tidak masalah. Asalkan Melvin baik-baik saja.

Namun di tengah pembicaraan, Melvin mendadak ingat sesuatu. Dia tidak pernah menghubungi Tian atau bahkan memberitahu nomor teleponnya, tapi kenapa anak itu bisa tahu?

"Tian ...." Melvin menggantung ucapannya, dia lirik Ferris di depan. "Dari mana kamu dapat nomorku?"

Ferris mengangkat alis ketika Melvin terus menatapnya.

The  Assasin Organization | SKZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang