Bab Dua Puluh : Cakrawala kembali

1.3K 165 66
                                    


Fly me to the moon-The macarons Project.

"Bagaimana perasaan anda setelah menjabat sebagai pemimpin baru Brata Jaya Company?"

"Apakah anda sudah merasa layak menjadi pemimpin?"

"Apa anda tidak merasa semua terlalu cepat untuk anda?"

"Bagaimana kondisi ibu anda sekarang?"

"Apa anda bisa menjamin kepemimpinan anda?"

"Cakrawala, tolong dijawab sebentar!"

Pagi itu SMA Ganendra Jaya tidak seperti biasanya. Kerumunan wartawan sudah stand by dari pagi-pagi buta setelah mendapatkan kabar bahwa si pemimpin baru Brata Jaya Company kembali masuk ke sekolah setelah kurang lebih selama sebulan menghilang.

Sosok anak lelaki yang baru saja keluar dari mobilnya itu berjalan lurus dengan pandangan mata yang sangat datar. Hawa dingin dari wajahnya menyeruak dan semakin tak terkendali. Tidak ada satu pun yang dapat membaca pikirannya. Dia juga tidak memperdulikan berapa banyak wartawan yang menyerbu dirinya dan tak ada satupun pertanyaan yang dijawab Cakrawala.

Di sekitarnya beberapa bodyguard berseragam hitam telah bersiaga untuk melindungi dirinya. Sehingga tidak ada satupun wartawan yang bisa menyentuh tubuhnya.

"Wartawan tidak boleh masuk dalam sekolah. Kalian cukup sampai di sini!" Teriak salah satu bodyguard kepada para wartawan. Para bodyguard berbaris sejajar dan langsung menutup akses wartawan untuk masuk ke sekolah.

Cakrawala berjalan menaiki ekskalator, membiarkan semua siswa menatap dia dan menjadikannya pusat perhatihan. Semua berbisik ria dan Cakrawala tidak perduli apapun yang mereka ucapkan di balik itu semua.

"Bang Cakra!" teriak Ucup bahagia menyambut Cakrawala. Dia sudah menunggu Cakrawala di depan kelas bersama semua anggota tohpati. Cakrawala menghentikan langkahnya di depan mereka.

Alex menepuk bahu Cakrawala pelan. "Semua pasti ada hikmanya, Bro."

"Iya."

"Kita tau Abang orang yang kuat," tambah Felix.

Bibir Cakrawala membentuk garis lurus, membentuk sebuah senyum yang sama sekali tidak mirip dengan senyuman. Mungkin orang yang melihatnya tidak tau itu senyuman atau tidak. Tapi bagaimana pun itu, bagi Cakrawala itu adalah penghargaan untuk ketujuh sahabatnya tersebut. Mereka tidak pernah absen untuk mengecek kondisi dirinya. Saat jatuh seperti ini mata Cakrawala semakin terbuka. Bahwa sebenarnya cuma mereka yang peduli padanya.

"Gue masuk dulu."

"Eh, tapi ..." Ucapan Kandias memelan karena Cakrawala langsung berjalan meninggalkan mereka untuk masuk ke dalam kelasnya.

"Udah, mungkin dia masih perlu proses." Abigail memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Iya, si Abi benar. Mending kalian pada masuk ke kelas kalian masing-masing. Biar gue yang bicara sama dia," kata Vito menengahi karena cuma dia yang paling dekat dengan Cakrawala. Vito dan Cakrawala satu kelas plus satu bangku dan mereka juga sudah kenal dari kecil. Oleh karena itu dia dan Cakrawala sudah seperti saudara.

"Ya udah, kita duluan," kata Ali dan diikuti oleh seluruh anggota tohpati, mereka pergi meninggalkan lorong kelas dua belas IPS. Sedangkan Vito, dia bergegas masuk ke dalam kelas menyusul Cakrawala.

CAKRAWALA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang