Insomnia -Bumzu
Ost I wanna hear your songFidella menundukkan kepalanya ke lantai. Dia marah sekaligus malu. Ternyata Julian tidak ada baiknya sama sekali. Bibirnya bergetar menahan air mata. Dia benci Julian! Fidella tidak menyangka kalau cowok yang kini memilih untuk duduk di atas meja itu tega melakukan hal sejahat ini kepada dirinya. Baju seragam bagian bahu kirinya penuh dengan noda bewarna kuning yang berbau santan. Jangan lupakan wajahnya yang terasa lengket sekarang.
Semua orang yang ada di kantin melirik Fidella kasian. Termasuk Laira yang berada tidak jauh dari Fidella. Dia merasa bersalah sudah membiarkan gadis itu tadi. Tapi tidak untuk 3G Girl, mereka serentak menarik senyum penuh kemenangan. Bahkan ada yang cekikikan seakan-akan sedang menonton film bergenre komedi.
Fidella berdiri dari tempatnya. Tapi Julian menahan kedua bahunya untuk kembali duduk di kursi. Fidella menatap Julian kesal, apalagi mau cowok yang satu ini?
"Minggir!" seru Fidella tertahan.
Julian tidak menjawabnya. Dia hanya diam menatap Fidella dengan tatapan yang tidak terbaca. Kemudian cowok itu menarik beberapa helai tisu dari meja. Dia menundukkan kepalanya mendekati wajah Fidella. Lalu tangannya menangkup pipi Fidella dan membersihkan wajah Fidella yang kotor karena ulahnya.
Setelah itu Julian berdiri dan beranjak keluar dari meja mereka. Dia membuka resleting jaket kulit berwarna hitam miliknya lalu tanpa aba-aba melemparkan jaket itu ke Fidella.
Fidella refleks menangkap jaket Julian dengan wajah kebingungan. Dia tidak mengerti kenapa cowok ini malah melakukan hal seperti ini.
"Pakai jaket gue. Baju lo kotor."
Fidella berdecak sebal, "Itu karena lo."
Julian menarik senyumnya ke sudut kiri. "Justru itu."
Julian mengacak-acak rambut Fidella dengan gemas. "Besok kembalikan ya, adik kelas." Setelah mengucapkan itu, Julian pergi meninggalkan kantin tanpa menoleh sedikit pun.
****
Cakrawala mengepal tangannya dengan erat, dia sedang marah. Apalagi saat dia mendapatkan kabar bahwa Ucup dan Dias diserang oleh anak Victory. Geng itu selalu saja mencari-cari masalah. Bahkan itu terus terjadi walaupun mantan ketua mereka-Aldon masih dipenjara sampai sekarang. Cakrawala tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Cukup sekali saja dia harus kehilangan nyawa sahabatnya karena tauran antar geng. Dia tidak ingin menambah luka lagi.
"Kenapa ngelamun?" Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang.
Cakrawala tidak menoleh, dia masih tetap setia memandang ke bawah. Dari lantai atas gedung IPS yang sering dikenal sebagai rooftop ini, dia bisa melihat beberapa aktivitas murid yang berada di bawahnya. Ada yang sedang bermain bola basket, ada juga yang bermain futsal, dan beberapa berlalu-lalang kesana-kemari dengan tujuan yang berbeda-beda.
"Udah hampir tiga tahun ternyata." Vito merangkul bahu Cakrawala dengan wajah penuh haru. Tapi Cakrawala malah menatapnya dengan tatapan horor. "Wisss, selow bro." Vito langsung menarik tangannya.
"Gue udah jadian sama Fidella," ungkap Cakrawala beberapa saat kemudian.
Vito tersenyum bahagia mendengar kabar itu. "Mantab!"
"Lo sendiri gimana?" tanya Cakrawala.
"Apanya?"
"Hubungan lo."
"Gue enggak bisa bebas sama pacar gue, Cak. Dia lagi banyak masalah." Vito menatap lurus ke depan. "Tapi, gue janji akan bantu dia."
Cakrawala mengangguk mengerti.
Cakrawala membalikkan badannya lalu bersender di tembok pembatas. "Entah kenapa gue merasa punya firasat buruk belakangan ini. Seperti ada suatu hal yang enggak tertuga yang akan terjadi." Cakrawala menghela napas dengan gusar. "Tapi gue tau itu apa."
Vito ikut bersender di samping Cakrawala. "Enggak akan terjadi apa-apa, Cak. Itu cuma perasaan lo doang."
"Mudah-mudahan lo benar."
Cakrawala merogoh kantong celananya, kemudian mengeluarkan ponsel miliknya. Dia mendengus keras sambil melihat layar ponselnya yang kini menampilkan jejeran pesan orang yang berbeda-beda dari WA-nya. "Zaman ya, ngechat pacar jam tujuh malam. Tapi dibalas jam tujuh pagi."
"Pesan gue enggak dibalas dari semalam padahal dia on."
Vito terkekeh melihat wajah kesal sahabatnya ini. "Dia on buat chatan sama cowok lain kali."
Cakrawala mendelik tajam membuat Vito langsung memilih membalikkan badan.
Dia menoleh ke lantai bawah dan tersenyum miring melihat Fidella yang saat ini berjalan dari lapangan menuju kelasnya. "Jaket Fidella bagus ya, tapi kok kayak familier gitu?"
"Oh iya, si Julian yang tadi pagi pakai jaket begitu."
"Wah, gimana tuh, Cak!" seru Vito dengan wajah sok kaget.
Tanpa babibu, Cakrawala langsung beranjak dari rooftop. Dia kembali mengepalkan tangan dengan kesal. Lalu berjalan menuruni eskalator dengan cepat.
****
Fidella menatap Cakrawala yang kini berdiri di ambang pintu kelasnya. Cowok bertubuh tinggi itu melirik jaket Fidella dengan kesal.
"Semalam gue bilang apa soal cemburu. Lo enggak ingat?" tanya Cakrawala.Fidella menghela napas lelah. "Ingat."
"Lalu kenapa dilanggar?"
"Bisa ngomongnya di tempat lain?" ujar Fidella yang ternyata diangguki oleh Cakrawala.
Cakrawala menggenggam erat tangan Fidella dan membawanya pergi dari kelas. Tapi yang membuat Fidella mengerutkan keningnya, saat Fidella sadar kemana Cakrawala akan membawanya. Fidella ingat arah jalan ini. Ini jalan menuju danau buatan yang terkenal sekali kisahnya di sekolah. Astaga kenapa Cakrawala malah membawanya pergi ke sini. Katanya, kalau ada yang tercebur ke danau ini maka orang itu tidak akan selamat. Belum lagi, mitos penunggu di sini yang dikenal dengan sebutan Mbak Nining. Memikirkan itu saja Fidella sudah bergidik ngeri.
Mereka berhenti di pinggir danau dan Cakrawala langsung melepaskan tangannya.
"Jangan bilang karena cemburu lo mau ceburin gue ke sini?" tanya Fidella histeris. Dia sangat takut dengan hal berbau horor seperti ini. "Lo ngapain bawa gue ke sini? Nanti kalau Mbak Nining datang gimana?"
Satu alis Cakrawala terangkat ke atas. "Lo percaya sama begituan?"
"Percayalah," kata Fidella seraya menarik jaket Julian yang merosot dari bahunya yang tanpa disadari oleh Fidella mampu membuat Cakrawala menelan salivanya dengan susah payah. Sial, Cakrawala jadi fokus memperhatikan leher jenjang milik Fidella.
"Aldo bilang mereka itu ada," ucap Fidella dengan polos.
"Siapa dia?"
"Sepupu gue."
"Kalau begitu ayo pergi!"
Cakrawala langsung berjalan meninggalkan Fidella tanpa aba-aba.Fidella pun membulatkan bola matanya. Dia mengejar Cakrawala dari belakang. "Loh, enggak jadi ngomongnya!"
"Enggak."
"Kenapa?"
"Gue enggak tahan sama godaan setan," ucap Cakrawala lalu mempercepat langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA √
Novela Juvenil"My location unknown, tryna find a way back home to you again ... I gotta get back to you, gotta gotta get back to you ...." -Cakrawala- Siapa orang yang paling ditakuti di SMA Ganendra Jaya? Maka Cakrawala akan menjadi kandidat...