4. Backstreet

4.6K 333 13
                                    

Jangan sembarang mengumbar janji. Walaupun yakin akan bisa menepati tapi jika Allah tidak meridhoi ya tidak akan terjadi.

~Sakinah
.

.

.

.

Lama yak? Maapkeun😆

Happy Reading🌿

"Mati gue," batinnya saat pandangannya terkunci pada kemeja Ridwan yang basah akibat semburannya.

Kanaya meneguk ludahnya dengan susah payah tatkala kedua matanya tekunci pada tatapan Ridwan yang begitu tajam. Kenapa harus ada acara nyembur segala sih?

"Ma- af, Pak. Sa- saya gak sengaja." Kanaya menunduk, ia tak berani menatap mata elang Ridwan yang begitu tajam. Tatapannya sangat menyeramkan!

"Nggak sopan, main asal nyembur aja! Kamu tidak tahu adab seorang murid pada guru?" Hardik Ridwan.

"S- saya kan nggak sengaja, Pak." Kanaya terus menunduk, mengangkat wajahnya saja ia tak berani.

Ridwan menatap ponsel Kanaya yang masih memperlihatkan layar instagram, "matikan."

"Hah?" Kanaya mengerjap.

"Matikan ponselmu," jeda sekian detik, "kamu itu sedang diajak bicara sama guru, setidaknya hargai."

"M- maaf, Pak." Kanaya mengambil handphonenya dan langsung mematikannya. Ia segera mengantongi ponselnya di saku rok. Untuk saat ini tidak boleh membantah, bisa-bisa ia nanti dikeluarkan dari sekolah jika berbuat yang macam-macam mengingat Ridwan adalah anak pemilik sekolah.

"Pak Ridwan mau makan, Pak?" tanya Tasya yang sedari tadi diam. Ia menatap kagum Ridwan yang nampak tampan karena wajahnya kini terlihat bersinar. The power of air wudu kali, ya?

"Iya," jawab Ridwan tanpa menatap kearah Tasya.

"Makan bareng kita aja, Pak," ajak Tasya, ia menyenggol lengan Kanaya, "Iya nggak, Nay?"

Kanaya menggeleng, "Gue udah nggak nafsu makan. Lagipula gue juga nggak mau makan bareng dia," jawabnya pelan.

"Siapa juga yang mau makan sama kamu?" Setelah mengatakan itu, Ridwan langsung melenggang pergi meninggalkan kedua muridnya yang menatapnya dengan tatapan tidak dapat diartikan.

***

Kanaya menatap air mineral yang kini dipegangnya dengan tersenyum tipis. Sesekali ia menengok ke penjuru arah untuk mengetahui apakah yang ditunggu sudah datang ataukah belum. Setelah dari kantin, ia menyempatkan pergi kesini karena mempunyai janji. Sudah limabelas menit ia duduk di kursi taman belakang Masjid untuk menunggu seseorang.

Mendengar derap langkah kaki, Kanaya menoleh ke sumber suara. Sebuah senyum manis tersungging di bibirnya ketika melihat yang ditunggu kini tengah berjalan menghampirinya.

"Udah lama?" tanya seseorang itu begitu berdiri dihadapan gadis berkulit putih.

Kanaya menggeleng, "baru limabelas menit sih," ia memberikan sebotol air mineral yang dipegangnya pada lawan bicaranya, "kamu tadi abis main basket, pasti haus kan?"

Sakinah [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang