10. Perasaan Ridwan

3.8K 287 31
                                    

Karena perasaan datangnya secara perlahan, maka dari itu hati harus ikut memastikan.

~Sakinah
.

.

.

Happy Reading💕

"Naya sini, Nak."

Kanaya yang sedang berada di kamarnya langsung meloncat dari tempat tidur dan bergegas keluar setelah mendengar suara Arina yang memanggilnya.

Seperti tahu dimana Bundanya berada, Kanaya langsung bergegas ke dapur. Dan benar, Arina sedang memotong beberapa potong ayam sesekali juga mengaduk sayur yang masih dimasak.

"Kenapa, Bun?"

"Tolong belikan merica, garam, sama kecap, ya? Persediaan di dapur udah habis soalnya."

Kanaya mengangguk mau. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding dapur sambil melihat Bundanya memasak.

"Katanya mau, tapi kok masih disini? Bumbunya tuh mau dipakai sekarang, Naya. " Heran Arina ketika Kanaya malah bersantai-santai, bukannya langsung membelikan pesanannya.

"Lha kan belum dikasih uangnya, Bun," jawab Kanaya polos.

"Oh iya, bunda lupa." Arina mengambil selembar puluh ribuan dari dalam saku dan memberikannya pada putrinya.

"Merica, garam, sama kecap ya? Jangan sampai lupa!" peringat Arina.

"Nggak mungkin lupa Bun, Naya itu ingatannya kuat. Dijamin deh, nanti Naya pulang sambil bawa pesanan Bunda," ucap Kanaya sembari menerima uang dari Arina.

"Bagua deh kalo gitu, semoga aja beneran." Arina terkekeh.

"Yaudah Naya pergi dulu Bun, dadah Bunda cantikk." Kanaya langsung bergegas pergi ke warung.

"Merica, garam, kecap, merica, garam, kecap, merica, garam, kecap." Kata-kata itu terus digumamkan oleh Kanaya di sepanjang perjalanan. Alasannya simpel, supaya ia ingat!

"Merica, garam, kecap. Oke, sip udah inget! Gak mungkin lupa ini mah." Kanaya bersorak pelan, warung yang akan ia datangi sudah dekat. Ada di seberang jalan.

Merasa jalanan cukup sepi, Kanaya langsung berlari. Jilbabnya itu berkibar terkena angin.

"Beli apa, Nduk?" tanya sang pedagang.

Kanaya tersenyum, "saya mau beli garam, kecap, sama-

Kanaya terdiam, tadi Bunda menyuruhnya membeli apa ya?
Garam, kecap, dan apa? Ketumbar? Kemiri? Ah, ia lupa!

"Ini garam sama kecapnya," perempuan paruh baya itu meletakkan sebungkus garam dan kecap dihadapan Kanaya, "ada tambahan lagi?

Kanaya mengangguk, dalam hati ia berpikir keras untuk mengingat apa yang Bundanya pesan.

"Emh..Bu, saya pulang dulu ya, saya lupa mau beli apa. Nanti saya balik lagi kesini kok." Kanaya mengucap itu dengan nada tidak enak. Demi apapun, ia sungguh malu!

"Oh iya, ndak papa," jawab sang pedagang.

"Saya permisi."

Setelah mengucapkan itu, Kanaya langsung berlari kembali ke rumah untuk bertanya pada Arina. Jika saat berangkat ia berjalan, kini Kanaya berlari secepat mungkin agar cepat sampai rumah.

Sakinah [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang