29. Bahagia

4.1K 287 40
                                    

Bahagiaku sederhana. Cukup melihatmu tertawa disaat kita bersama, itu sudah membuatku merasa menjadi pria yang paling bahagia.

~Muhammad Ridwan Abraham

.

.

Happy Reading💕

Sekarang hari-hari di kehidupan Ridwan perlahan berubah semenjak Kanaya mengatakan ingin mengajaknya berteman. Memang hanya diajak berteman, namun perasaannya begitu membuncah. Ridwan tak mau meminta lebih, diajak berteman saja ia sudah bersyukur.

Biasanya Ridwan yang harus bangun sendiri di sepertiga malam sekarang malah dibangunkan oleh Kanaya melalui gedoran di pintu kamarnya beserta kalimat,

"Pak, banguuunnn!!" itu dia kalimatnya. Perlahan Ridwan membuka matanya, dan beranjak menemui alarm hidupnya.

Perlahan membuka kenop pintu, Ridwan disuguhkan pemandangan wajah Kanaya yang berseri-seri sehabis wudu. "Kamu udah salat?"

"Belum, saya tadi habis wudu langsung kesini bangunin Pak Ridwan," jawab Kanaya jujur.

"Kok tumben?" Biasanya Kanaya salat dulu baru membangunkannya. Tumben sekali istrinya itu membangunkannya duluan.

"Gak tau deh, saya juga heran sama diri saya sendiri. Udah deh, gue mau salat dulu," Kanaya berbalik menuju kamarnya.

"Kan!"

"Itu dibilangin jangan panggil saya Kan! Saya tuh bukan ikan!" Kanaya bersungut kesal. "Panggil saya yang lain kek,"

"Yaudah, yang lain, sini!"

"Kok yang lain?" bingung Kanaya.

"Katanya disuruh panggil kamu pake sebutan yang lain, kan?"

"Ish, maksud saya tuh panggil Naya, atau apa kek. Jangan yang lain, kek saya orang ketiga aja."

"Lah, kamu kan memang yang ketiga ada di hati saya setelah Allah dan orang tua." batin Ridwan.

"Oke, Yaya. Saya panggil kamu Yaya." Ridwan sengaja memanggil Kanaya dengan sebutan Yaya karena pria itu ingin tahu apakah Kanaya masih mengingatnya ataukah tidak.

"Yaya? Kok gue kek pernah denger," gumam Kanaya sembari mengingat-ingat sesuatu.

"Iya, Yaya. Yayaya yeyeye." celetuk Ridwan yang membuat Kanaya langsung tergelak.

"Ngapain ketawa?"

"Lucu," serendah itu humornya. Karena masih belum bisa meredakan tawanya, Kanaya refleks memukul pelan tangan Ridwan. "Yah, batal deh wudunya."

"Tinggal wudu lagi, kan?"

"Yaudah deh, saya mau wudu dulu sekalian salat."

"Salat jamaah, mau?" tawar Ridwan, ia baru menjadi imam salat Kanaya selama satu kali. Dan semoga saja kali ini tawarannya diterima.

"Oke."

"Yesss! Alhamdulillah!"

***

Sakinah [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang