12. Beneran Putus? (1)

3.9K 272 15
                                    

Jangan terlalu sering melihat ke atas, itu akan membuatmu tak pernah merasa puas. Seringkali lah melihat ke bawah, maka kau akan merasa menjadi orang yang yang paling bertuah.

~Sakinah
.

.

.

.

Happy Reading💕

Seperti biasanya, para siswa kini sedang berada di kelas sembari menunggu guru yang bersangkutan datang mengajar. Tak terkecuali dua orang siswi yang duduk di bangku belakang dengan aktivitasnya masing-masing.

"Nay, nanti gue nebeng yak? Papa gak bisa jemput, hehe." Tasya menyengir pada Kanaya yang kini mengerjakan tugas, atau lebih tepatnya mengerjakan pekerjaan rumah.

"Oke, siap," jawab Kanaya tanpa menoleh kearah Tasya. Jam ke lima tinggal sepuluh menit lagi tapi ia baru mengerjakan sembilan dari dua puluh lima soal.

"Ntar kalo Bu Dewi masuk, bilangin gue ya," ucap Kanaya pada Tasya.

Tasya mengiyakan dan kembali memainkan ponselnya. Walaupun keduanya agak bandel tapi Tasya dua kali lipat lebih rajin daripada Kanaya.

"Eh Nay, ntar mampir beli seblak di deket kampus ya? Gue lagi pengen yang pedes-pedes,"

Kanaya melirik Tasya sebentar, "iya ntar gue anterin kesana, tapi lo aja yang beli. Gue kagak."

"Loh, tumben lo gak beli?"

"Gue tuh mau belajar hemat, mulai sekarang harus nahan biar gak jajan," jawab Kanaya.

"Yakin lo bisa nahan jajan? Sekarang aja bilangnya nahan jajan, ntar deh sampai sana akhir-akhirannya pasti ikutan jajan juga," Tasya tertawa mengingat kebiasaan Kanaya yang sering plin-plan.

Kanaya mengerucutkan bibirnya, "kali ini nggak tauk! Pokoknya aku tuh bisa nahan jajan, kalo gak percaya liat aja nanti."

"Ya sebenarnya sih gue gak percaya, tapi ya gue aamiinin aja deh siapa tau beneran."

"Nah good," Kanaya melirik jam tangannya, "eh kurang lima menit lagi! Aaah, jawaban gue masih kurang tujuh," ucap Kanaya panik.

"Cepet-cepet kerjain,"

Kanaya mengangguk dan kembali menulis dengan dengan kecepatan maksimal hingga tulisannya menjadi tulisan dokter. Tidak apa-apa, yang penting ia bisa menyelesaikan pekerjaannya sebelum guru datang.

Para teman sekelas Kanaya menatap Kanaya dengan senyum jahil. Melihat Kanaya yang fokus menulis dan Tasya yang fokus bermain ponsel membuat mereka memiliki suatu ide jahil. Mereka saling menatap dan memberi kode. Salah satu memberi kode hitungan satu sampai tiga dengan jari.

Satu

Dua

Tiga

"WA'ALAIKUMUSSALAM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH." Teman-teman Tasya dan Kanaya mengucap serempak seperti menjawab salam dari guru yang masuk ke dalam kelas.

Kanaya yang mendengar teman-temannya menjawab salam langsung memasukkan bukunya ke dalam laci dengan tergesa-gesa karena takut ketahuan mengerjakan PR di kelas.

Sakinah [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang