31. Teman Masa Kecil

3.9K 320 43
                                    

Kalo suka sama seseorang ya didoakan, jangan lupa istiqomahkan bangun di sepertiga malam buat beribadah. Kalau memang jodoh pasti ya akan dipersatukan, tapi kalau bukan pasti ada aja hal yang dapat memisahkan.

~Sakinah
.

.

Happy Reading💕

Cahaya matahari kini mulai masuk dari celah-celah jendela. Sudah pagi namun pasangan suami istri itu masih tertidur pulas.

Tadi setelah menunaikan ibadah salat subuh Ridwan memutuskan untuk tidur karena badannya yang masih terasa sakit. Sedangkan Kanaya yang juga mengurus Ridwan kini juga tertidur dengan posisi duduk di samping ranjang. Ia lelah, lalu ketiduran.

Ridwan membuka matanya secara perlahan. Menengok kesamping, dan mendapati Kanaya sedang tertidur pulas dengan tangan sebagai bantal. Istrinya itu terlihat cantik ketika tidur, apalagi Kanaya tengah menunjukkan wajah polosnya.

Dengan hati-hati Ridwan mengarahkan tangannya untuk mengelus kepala Kanaya. Namun gagal. Ridwan terpaksa menarik tangannya kembali karena Kanaya yang tiba-tiba bergerak.

Ridwan langsung memejamkan mata, berpura-pura tidur. Ridwan ingin mengetahui, apa Kanaya membangunkannya ataukah tidak.

Kedua mata Kanaya terbuka, badannya terasa sakit karena tak biasa tidur dengan posisi duduk. Kanaya mengangkat kepalanya dan menatap Ridwan yang masih tertidur.

"Dia masih sakit?"

"Pak Ridwan, bangun, Pak." Kanaya menepuk-nepuk lengan Ridwan agar pria itu terbangun. "Pak, bangun. Udah pagi, kalau nggak bangun ntar rezekinya dipatok ayam."

"Saya nggak punya ayam," balas Ridwan sambil menguap. Pria itu menatap Kanaya. "Kamu kok disini?"

"Saya ketiduran tadi." jeda sekian detik. "Emm, berarti nanti nggak masuk kerja?"

Ridwan menggeleng. "Mau cuti sehari lagi, masih gak enak badan. Percuma kerja, nanti malah nggak fokus."

"Lagian sih, pake hujan-hujanan segala." Kesal Kanaya. Kalau tidak hujan-hujanan, pasti Ridwan tidak akan sakit! Dan ia tidak akan kelelahan.

"Lho, kok nyalahin saya? Kan kamu yang rebut jaket saya duluan."

"Kan bisa ngomong ke saya kalo nggak bisa hujan-hujanan lama-lama," elak Kanaya.

"Mau ngomong gitu tapi gak ada waktu. Kamu keburu kabur."

Kanaya diam, menyadari kalau ia salah. Jika ia tak mengajak Ridwan bermain hujan-hujanan pasti pria itu tidak akan sakit seperti sekarang. Huh, ini semua memang salahnya. Kanaya jadi menyesal karena hujan-hujanan kemarin.

"Yaudah, saya minta maaf."

Ridwan terkejut namun tak terlihat karena tertutup oleh wajahnya yang biasa saja. Ridwan memang pintar menyembunyikan ekspresinya, sudah cocok menjadi aktor. Ridwan hanya tak menyangka jika Kanaya meminta maaf padanya, ia pikir istrinya itu gengsi.

"Dimaafkan," balas Ridwan membuat Kanaya tersenyum lega. Untung saja pria itu tak memberi syarat macam-macam untuk memaafkannya.

Keduanya diam, dan hanya memandang sekitar kamar. Kanaya mencuri-curi pandang pada Ridwan yang hanya diam dan sesekali memejamkan mata.

"Pak Ridwan, saya boleh cerita sedikit nggak?" tanya Kanaya membuat Ridwan langsung menatapnya lekat.

"Cerita apa?"

Sakinah [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang