part 5

91 27 1
                                    

Setiap kelas tambahan ada 2 mata pelajaran yang diulas. Setiap 1 pelajaran diberikan jeda, siswa/i diberikan waktu istirahat 15 menit.

Karena hari ini hari Sabtu dan sekolah libur, pedagang yang jualan di kantin sekolah tak selengkap biasanya. Hanya ada 1 atau 2 yang membuka warungnya dan itupun menunya tak lengkap seperti biasanya.

Aku memutuskan pergi ke kantin bersama Disya. Meita dan Ellen sedang asik di kelas nge-stalk cogan-cogan yang menjadi pangeran impian mereka. Aku mengambil air mineral dan roti yang berada di meja kantin.

"Bu air mineral sama rotinya 1 berapa?" Tanyaku pada Bu Ari, pedagang yang berjualan di kantin

"5 ribu aja dit" jawab Bu Ari. Bu Ari memang paham anak-anak yang sering datang ke kantinnya. Bu Ari sosok yang asik buat diajak ngobrol dan orangnya sangat baik. Sehingga banyak anak-anak yang paham dengan Bu Ari.

Setelah dari kantin kami kembali ke kelas. Di perjalanan tak sengaja aku menabrak seseorang sehingga jajan yang aku beli jatuh.

"Sorry, sorry ga sengaja" kata seseorang yang menabrakku. Dia menunduk mengambil kembali jajan ku yang jatuh ke lantai

"Kamu ga papa kan?" Tanyanya

"Ga papa koh. Makasih ya"

"Iya sudah aku duluan. Permisi" pamitnya dengan senyuman

Aku tak begitu paham siapa orang yang menabrakku tadi. Aku memang tipe orang yang sulit paham pada orang, paham wajahnya tapi lupa namanya ataupun sebaliknya.

"Ahhh itu kan si Tristan. Ganteng banget sih dia. Senyumnya itu loh bikin adek meleleh" tiba-tiba Disya yang berada disebelahku berteriak dengan histerisnya

"Biasa aja kali sya. Lagipula mana aku tahu itu si Tristan." Aku bodo amat mau itu Tristan kek, Reno kek, Farhan kek aku masa bodo.

"Apa sih yang kamu tahu? Tahunya pelajaran aja" ejeknya padaku

"Emang. Lebih penting pelajaran ya daripada cowok" ya memang sekarang aku lebih mementingkan pelajaran daripada cowok

"Aku sumpahin kamu jatuh cinta sama cowok sampai lupa tuh sama buku-buku mu" sumpah Disya membuatku sedikit khawatir akan hal itu terjadi

"Jangan dong sya. Jatuh cinta itu sewajarnya saja, jangan melupakan pelajaran apalagi masa depan"

"Iya deh iya. Aku ganti ya sumpahku. Aku sumpahin kamu jatuh cinta secepatnya. Aku dukung siapa aja yang akan menjadi cintamu. Asal jangan pangeranku tercinta my baby honey Tristan" Disya meralat sumpahnyam ada-ada aja ya dia. Tapi syukurlah dia meralat sumpahnya.

"Hm" aku hanya menjawabnya dengan deheman saja
~~~~~~~~~~~~💟💟💟~~~~~~~~~~~

Kelas tambahan telah selesai. Setelah ini rencananya Disya, Meita, dan Ellen akan main ke rumahku. Diantara kami berempat yang membawa motor sendiri cuma Disya dan Meita. Jadi motor yang akan digunakan pas sesuai dengan jumlah orangnya. Aku boncengan dengan Disya sementara Meita boncengan dengan Ellen.

Kami sering main ke rumah salah satu diantara kami. Saat ini kami memutuskan main ke rumahku, karena mereka kangen dengan martabak buatan mamaku, otak-otak dan sempolan yang berjualan di sekitar sekolah dekat rumahku.

Motor yang kami kendarai telah sampai di depan rumahku. Disya dan Meita memarkirkan motornya di samping rumahku lalu kami berempat masuk ke rumahku

"Assalamualaikum ma. Aku pulang, ini ada Disya, Meita, sama Ellen main kesini" aku mengucapkan salam ketika masuk rumah dan memberi tahu mama ku kalau teman-temanku main ke rumah

"Waalaikumsalam, udah pulang nak. Eh kalian main kesini" mama keluar dari dapur dan menemui kami di ruang tamu. Teman-temanku salaman satu per satu pada mamaku

"Iya Tante. Kangen martabak buatan Tante nih. Hehehe" ujar Meita. Memang diantara kita berempat yang paling suka makan si Meita makanya badannya dia sedikit lebih berisi diantara kita

"Kebetulan sekali Tante lagi buat martabak sama bakwan jangung. Nanti Tante bawa kesini ya" mamaku kembali ke dapur mengambil martabak dan bakwan jagung buatannya dan membuatkan es sirup rasa jeruk buat kami. Mama meletakkan makanan yang ada di meja yang terletak di tengah kami

"Makasih ya Tante. Maaf ngerepotin jadi ngerepotin Tante." Ujar Meita

"Iya sama-sama. Engga ngerepotin koh. Tante malah seneng kalian main kesini jadi si Dita ada temen mainnya. Ya udah Tante ke dapur dulu, di makan ya makanannya" mamaku kembali ke dapur melanjutkan acara masak-masaknya.

Kami berempat lanjut ngobrol cerita berbagai macam. Dari kegiatan kami sampai bahas cogan-cogan yang ada di sekolah.

"Eh kalian lihat postingan ig si Ilham ga? Dia fotonya sama kaya Tristan, Agung, dan fadil" Disya mulai membicarakan cogan anak IPA

"Iya aku udah liat. Keren nih fotonya. Kita bikin parodinya aja. Kita ikut-ikutan foto gaya begituan tapi bukan ditempat itu dan kita cari spot foto yang agak mirip sama foto mereka" ajak si Ellen

"Ayuh dah. Mumpung aku bawa topi OSIS nih. Ga papa lah beda yang penting sama-sama topi." Meita pun menyetujui ajakan tersebut

"Aku ga ikut lah. Aku jadi tukang fotonya aja. Hehe" aku tak mau ikut mereka foto ala ala gitu, aku lebih suka mengabadikan momen dengan kamera. Karena menurutku apa yang ada di foto akan tetap sama walaupun setelah itu mereka semua akan berubah. Dan foto akan mengingatkan kita pada momen penting dalam hidup kita.

 Dan foto akan mengingatkan kita pada momen penting dalam hidup kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangin aja gini ya guys. Intinya di bikin lucu-lucuan. Susah cari foto parodi nya😅 maafkan author

Mereka berempat asik foto-foto dengan berbagai gaya yang bikin perut sakit karena tak berhentinya tertawa.

"Sudahlah fotonya. Cape aku" ujar Disya

"Iya cape aku. Foto itu jangan ada yang nge-post di sosial media kalian ya, cukup buat koleksi kita berempat aja." Saran Meita

"Iya aku setuju. Biar ga jadi masalah juga disekolah" Ellen pun menyetujui hal itu

"Oke kalau begitu. Nanti foto-fotonya aku kirim ke kalian aja dan jangan ada yang nge-post" keputusan final kita berempat.

Waktu berjalan begitu cepatnya saat kita bersama dengan orang-orang terkasih untuk menciptakan sebuah momen yang bahagia.Disya, Meita, dan Ellen memutuskan untuk pulang ke rumah karena hari telah menjelang sore.

Aku tinggal di sebuah desa yang masih menjaga norma dan nilai yang berlaku. Dimana seorang perempuan tidak boleh pulang terlalu malam, jika tidak maka akan menjadi bahan pembicaraan. Tentunya teman-temanku pun masih menjalankan norma tersebut. Hal tersebut berguna untuk menjaga harkat dan martabat perempuan itu sendiri.Maka dari itu kami jarang main sampai malam hari selain dengan keluarga sendiri. Karena tak ingin menjadi bahan perbincangan Mereka pulang setelah pamitan kepada mamaku.
~~~~~~~~~~~💟💟💟~~~~~~~~~~~~
Gimana guys ceritanya? Hari ini upload 2 part sekaligus ya. Mumpung author libur dan pastinya gabut. jadi author mengisi kegabutan dengan menulis
Vote dan coment ceritanya ya buat masukan author dan semangat author ngelanjutin ceritanya

ANINDITA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang