Dita pov
Saat ini aku berada disalah satu cafe yang tidak jauh dari sekolahku.
Tristan memaksaku pulang bersamanya. Awalnya aku menolak ajakannya. setelah perdebatan yang cukup sengit, aku kalah. apalagi sahabatku dan sahabat Tristan mendukung Tristan.
Dan disinilah aku saat ini. Tristan mengajakku makan terlebih dahulu sebelum pulang. Padahal ya perjalanan pulang ga begitu memakan waktu, dan bisa makan dirumah saja pasti mama sudah masak.
"Ehh" Aku tersentak saat Tristan menepuk pundakku sembari memanggil namaku
"Kenapa?" Tanya Tristan
"Engga koh"jawabku bohong. Tidak ingin membuat Tristan khawatir
"Makan dulu. Pesanannya udah datang"
Kami makan dalam diam. Setelah makan Tristan mengantarku pulang.
~~~~~~~~~~~~💟💟💟~~~~~~~~~~~
Flashback onSaat aku sedang mengamati sekeliling cafe, aku merasa tidak asing. Tiba-tiba saja kepalaku pusing. Kepingan gambar berputar dikepalaku.
Aku memegangi kepalaku. Semakin lama semakin pusing saat gambaran itu semakin jelas.Seorang remaja perempuan sedang duduk sendiri dibangku pojok cafe. Gadis itu sedang memandang keluar jendela. Terlihat raut gelisah dari wajah gadis itu.
Sudah 2 jam dia menunggu di cafe. Tetapi orang yang ditunggu-tunggu tidak datang juga. Saat gadis itu hendak berdiri dan meninggalkan cafe, ada seorang remaja laki-laki yang seusianya berlari tergesa-gesa dengan nafas yang ngos-ngosan (tidak teratur) kearahnya.
"Maaf lama" ucapnya sembari mengatur nafasnya agar teratur
"Kamu lama sekali Lio. Aku sudah menunggumu dua jam"ucap gadis itu sembari menatap pemuda itu tajam dengan melipat kedua tangannya di dada. Lewat tatapannya dia sedang menghakimi pemuda itu atas kesalahannya
"Maaf Anin. Tadi aku ada urusan yang ga bisa aku tinggalkan" ucapnya merasa bersalah dan terdapat tatapan khawatir dari sorot matanya.
"Sudahlah Lio. Aku capek nungguin kamu. Aku mau pulang saja" gadis itu berjalan menuju pintu keluar. Namun langkahnya harus terhenti karena seseorang yang menghalangi jalannya
"Anin tunggu. Kamu ga marah kan?" Pertanyaan bodoh. Siapa yang ga marah, kesal karena harus menunggu selama berjam-jam tanpa kabar.
"Ga koh. Sudahlah aku mau pulang. Sudah terlalu lama aku disini" gadis itu melanjutkan langkahnya yang tertunda tadi
"Aku antar ya?" Tawar pemuda itu. Merasa bersalah, karena membuat gadisnya menunggu berjam-jam tanpa kabar darinya
"Ga usah Lio aku bisa pulang sendiri" tolak gadis itu.
Namun sang pemuda tetap mengikuti langkah gadisnya dari belakang. Saat gadis itu hendak menyebrang jalan. Dia lalai melihat situasi jalanan. Dia terus berjalan saja, menjauh dari pemuda yang dibelakangnya
Pemuda yang dibelakangnya yang melihat kondisi sekitar sedang ramai menjadi was-was akan gadisnya. Ketakutannya menjadi nyata, saat ada sepeda motor yang melaju tak terkendali ke arah gadisnya."Aninnnn awasss" pemuda itu berteriak kencang agar Anin mendengar. Pemuda itu juga langsung berlari kencang saat motor itu semakin dekat kearah gadisnya. Dia mendorong tubuh gadisnya sekuat-kuatnya agar menjauh dari motor. Tubuh gadisnya terjatuh dan membentur dengan kuat trotoar didekatnya.
Naasnya nasib pemuda itu yang tertabrak motor. Tubuhnya terpental kejalan raya, dan tertelindas mobil yang melintas dibelakangnya yang tak siap untuk menghindari kecelakaan itu.
Tubuh pemuda itu bersimpah darah. Darah dari tubuhnya mulai berceceran dijalan raya.Sebelum pemuda itu kehilangan kesadarannya, dia sempat melihat kondisi sekitar dan memanggil "Anin". Pemuda itu kehilangan kesadarannya saat para pengguna jalan disekitarnya, mengerubunginya.
Flashback off
"Aninn...Aniinn" aku tersadar saat Tristan menepuk pundakku dan terus-menerus memanggil namaku
"Ehh"
"Kenapa?" Tanyanya khawatir
"Engga koh" aku tak mungkin bilang telah mendapatkan kepingan memori saat kecelakaan itu ke Tristan. Aku takut. Aku takut dia menyalahkan kepergian saudaranya karenaku. Aku takut, semua ini terjadi salahku
~~~~~~~~~~~~~💟💟💟~~~~~~~~~~
Rasa bersalah menyelimuti diriku. Aku mengurung diri dikamar semenjak pulang tadi.
Tak kusangka, akulah penyebab semua ini terjadi. Aku menyesali tindakanku dulu. Karena kebodohanku, aku menyebabkan kecelakaan itu terjadi.Andai waktu bisa diputar. Aku akan mendengarkan penjelasan Lio. Tidak pergi begitu saja meninggalkan. Aku menyesali semuanya.Karena tidak ada yang bisa mengembalikan waktu. Hanya di kartun Doraemon saja kita bisa kembali kemasa lalu.
Memperbaiki kesalahan yang terjadi dimasa lalu.Ini dunia nyata. Saat kita melakukan kesalahan, kita tidak bisa mengubahnya. Kita hanya bisa menyesali semuanya. Dan perlu waktu untuk memperbaiki kesalahan yang diperbuat. Bahkan kebanyakan Orang sangat sulit memperbaiki kesalahannya. Mereka gengsi hanya sekedar meminta maaf.
Saat ini aku berada di fase menyesali tindakanku yang bodoh. Yang kulakukan hanya menangis sendiri dikamar, dengan kondisi kamar gelap gulita tanpa penerangan dari lampu.
Bodoh
Bodoh
BodohMungkin satu kata itu cukup mewakilkan gimana diriku saat ini.
Bodohnya diriku yang tidak mau mendengarkan Lio
Bodohnya diriku yang pergi begitu saja
Bodohnya diriku yang berlari tanpa melihat kondisi jalan
Bodohnya diriku yang telat menyadari semua ini
Bodohnya diriku..Aku menangis hingga tertidur. Lelah sudah pasti. Lelah menangisi segala kebodohanku.
~~~~~~~~~~~~💟💟💟~~~~~~~~~~~
Alhamdulillah bisa up cerita ini. Ditengah kesibukan tugas, disempatkan menulis.
Walaupun masih sedikit yang baca Anindita, insyaallah akan terus up cerita sampai selesai.
Bagi yang mau memberikan kritik dan saran, boleh dan sangat diperbolehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDITA (END)
Teen FictionKecelakaan beberapa tahun lalu membuatku hilang ingatan. Aku mengalami amnesia sebagain dan melupakan seseorang yang sangat berarti bagiku. Kedatangan seseorang yang berkaitan dengan masa laluku membawaku mengingat satu persatu memori yang hilang d...