Setelah perbincangan dengan Bryan, kami kembali ke kamar masing-masing. Kulangkahkan kaki menuju kamar. Kududukan diriku ditepi kasur. Aku masih memikirkan tentang Lio. Bagaimana caraku bertanya pada Tristan? Aku saja tak begitu dekat dengannya
Aku ingat, aku punya nomer wa nya Tristan. Segera aku berdiri mencari keberadaan hp ku.Akhirnya aku menemukan hpku dimeja belajar. Aku menimang-nimang hpku. Aku bingung gimana memulai pembicaraan ini.
Ah sudah lah. Daripada aku penasaran tentang Lio lebih baik aku tanyakan saja pada TristanAnin
Lagi sibuk engga?Tristan
Engga koh. ada apa an?Anin
Ada yang ingin aku tanyakan padamu. Boleh aku bertanya sesuatu?Tristan
Tentu saja boleh.Anin
Kamu kenal Lio?Cukup lama aku menunggu jawaban Tristan. Sampai aku hampir putus asa karena Tristan tidak menjawab pertanyaanku soal Lio. Namun jawaban tidak terduga dari Tristan membuatku bingung
Tristan
Kalau kamu ingin tahu jawaban dari pertanyaanmu. Besok temui aku sepulang sekolah dijalan sebelah sekolah.Haruskah aku ikut dengan Tristan? Daripada aku bingung sendiri lebih baik besok pagi aku tanyakan Bryan
~~~~~~~~~~~~~💟💟💟~~~~~~~~~~
Setelah sholat subuh, aku dan Bryan bagi tugas. Aku bagian masak dan Bryan beres-beres rumah."Dek, mba pulang sekolah ketemu sama Tristan ya? Tristan ngajak ketemuan dijalan sebelah sekolah" Ucapku. Keluargaku saat ini dirumah hanya Bryan jadi aku izin padanya
"Iya mba. Nanti aku juga harus ekstra dulu. Mba ketemu aja sama mas Tristan" jawabnya dengan suara agak keras. Soalnya kami beda ruangan, aku didapur dan Bryan di ruang keluarga.
Kami berdua makan sarapan yang tersedia, bersiap buat berangkat sekolah.
Aku menjalani waktu disekolah dengan biasa tidak ada yang spesial yang terjadi. Dari awal masuk sampai pulang.
Tidak terasa waktu pulang sekolah telah tiba. Saat ini aku sedang berjalan keluar sekolah dengan Ellen."Kamu pulang sama siapa?" Tanya Ellen
"Naik angkot. Bryan ada ekstra"
"Mau bareng ga?"tawarnya
"Engga deh. Aku ada acara" jawabku jujur walau tak mengasih tau acara apa yang dimaksud
"Aku duluan ya. Itu papaku udah jemput. Bye Dita" Ellen pergi meninggalkanku dan menuju ke papanya.
Aku menunggu Ellen pergi dari sekolah terlebih dahulu. Setelah dirasa aman dan sudah tidak ada orang yang aku kenal, aku pergi kejalan tepat disebelah sekolahku.
Aku melihat ada motor yang sudah disana. Sepertinya itu Tristan. Aku berjalan menuju arahnya untuk memastikan. Soalnya muka Tristan tidak terlihat dia memakai helm full face beserta jaket. Saat sudah didekatnya aku memanggilnya
"Tristan?" Panggilku dengan ragu-ragu takut salah orang
"Iya. Yuk cepat naik, nih helm dan maskernya dipakai"
Tristan memberikan padaku sebuah helm dan masker. Tujuannya agar tidak ada orang yang melihat kami
Motor yang dikendarai Tristan membelah jalanan. Aku tidak tau kemana Tristan akan membawaku. Hingga kami memasuki daerah yang lumayan sepi. Dengan jalan yang sempit dengan pepohonan dikanan kirinya.Tristan memberhentikan motornya didepan sebuah makam. Dia menyuruhku membuka helmku dan masker yang kukenalan. Setelah lepas semuanya lepas, dia berjalan di depanku. Aku tak tahu kemana tujuan Tristan mengapa dia membawaku ke makam?
Hingga kami berhenti didepan sebuah gundukan makam. Tristan menatap makam itu dengan tajam dan sendu. Aku tak tahu itu makam siapa. Posisiku saat ini dibelakang Tristan sehingga aku tidak bisa melihat nama yang tertera dimakam.
Tristan berjalan mendekati makam itu, dia berjongkok dan mengusap batu nisan. Batu nisan yang bertuliskan nama seseorang
Satria Lionanda Wijaya
Tiba-tiba kepalaku sakit. Bayangan itu muncul kembali. Bayangan anak kecil yang selalu muncul dikepalaku
Flashback on
"Aku lion" anak kecil itu memperkenalkan dirinya dan mengulurkan tangannya didepan anak perempuan yang seusia dengannya
"Aku anindita, panggil aku Dita aja" anak perempuan itu menerima jabatan anak laki-laki didepan
"Aku ga mau manggil kamu lion. Kamu kan manusia bukan singa. Jadi aku panggi kamu Lio aja ya" lanjut anak itu yang protes akan nama panggilan anak laki-laki didepannya
"Terserah kamu aja mau manggil aku apa. Kalau gitu aku juga ga mau manggil kamu Dita. Aku mau manggil kamu Anin" ucap anak itu final
Flashback off
"Ahh"teriakku sambil berjongkok disamping makam
"Anin kamu ga papa?" Tanya Tristan khawatir takut terjadi apa-apa denganku
Aku hanya memanggukan kepalaku. Kamu berdua menatap makam yang saat ini depan kami"Ini makam lion, kamu mengenalnya Lio. Lion itu kembaranku. Saat aku umur 5 tahun aku dirawat oleh nenek dan tanteku di Yogyakarta. Saat itu aku butuh pengobatan yang khusus jadinya aku dibawa ke Jogja" Tristan menjelaskannya dengan tatapan kosong melihat kemakam Lio
"Aku dengan lio jarang sekali bertemu. Bertemu setahun dua kali saat liburan sekolah. Biasanya Lio yang pergi ke Jogja mengunjungi, tapi pernah beberapa kali aku balik ke sini.
Lio sering menceritakanmu padaku saat kami sedang bersama. Oleh karena itu aku bisa mengenalmu, itu juga jawaban atas pertanyaanmu bagaimana aku bisa mengenalmu? Semua itu Lio yang mengenalkanku padamu.
Kamu mungkin lupa aku pernah berkenalan langsung denganmu. Kamu mengenalku dengan Rion bukan Tristan. Semenjak Lion meninggal aku menganti nama panggilanku menjadi Tristan, karena bagiku Lion dan Rion itu berhubungan dan berkaitan. Karena Lion sudah tidak ada maka Rion juga tidak ada, yang ada hanya Tristan." lanjutnya
Aku mendengarkan penjelasan dari Tristan dengan mengusap nisan Lio. Aku sangat merindukan, walaupun ingatanku belum sepenuhnya kembali akan kenanganku bersama Lio tapi aku yakin Lio adalah sahabatku.
~~~~~~~~~~~~💟💟💟~~~~~~~~~~~Satria Lionanda Wijaya merupakan Lio sahabat Anindita Keysa Putri sekaligus kembaran dari Tristan Rionanda Wijaya. Lion lahir terlebih dahulu, setelah 10 menit lahirlah Rion atau yang biasa dipanggil dengan Tristan.
Sejak kecil lion dan rion hidup terpisah karena Rion yang harus menjalankan pengobatannya. Tetapi hubungan saudara kembar mereka tetap kuat. Walaupun mereka terpisah jarak ratusan km tapi mereka akan mengetahui keadaan saudara kembar mereka. Apabila satu diantara mereka sakit maka yang satu juga akan sakit. Dan sebaliknya apabila satu diantara mereka bahagia maka mereka akan bahagia.
Lio dan anin bersahabat sejak umur 6 tahun. Saat itu lio baru pindah rumah disebelah rumah Anin. Mereka menjalin persahabatan hingga maut yang memisahkan mereka. Persahabatan mereka kekal abadi.
~~~~~~~~~~~~💟💟💟~~~~~~~~~~~Hello guys bagaimana nih kelenjutan ceritanya? Masih mau lanjut ga nih ceritanya?
Mungkin author mulai besok ga akan up setiap hari. Karena ada suatu hal yang harus author siapkan
Author janji minimal 1 Minggu harus ada cerita yang di up
Tetap stay dengan cerita Anindita ya

KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDITA (END)
Novela JuvenilKecelakaan beberapa tahun lalu membuatku hilang ingatan. Aku mengalami amnesia sebagain dan melupakan seseorang yang sangat berarti bagiku. Kedatangan seseorang yang berkaitan dengan masa laluku membawaku mengingat satu persatu memori yang hilang d...