Part 18

41 5 0
                                    

Kelas tambahan kini dipindah pagi/sore hari. Hari ini jadwalnya kelas tambahan sore. Aku menunggu kedatangan Tristan dihalaman belakang sekolah. Saat ini waktunya istirahat bagi kelas XII sebelum kelas tambahan dimulai.

Sebelumnya Tristan mengabariku untuk menemuinya ditaman belakang sekolah. Ada hal yang ingin dibicarakan Tristan.

Tak lama Tristan datang menghampiriku. Tristan ikut duduk selonjoran dirumput tepat disebelahku.

"Sorry ya lama. Tadi beli jus dulu. Nih buat kamu" menyodorkan satu cup jus alpukat padaku

"Engga koh, makasih. Ngomong-ngomong ada perlu apa manggil aku kesini?" aku menerima jus alpukat dari Tristan. Kebetulan sekali aku haus, jadi secup jus alpukat ini bisa menyirami tenggorokanku yang kering

"Bentar ada satu orang lagi yang belum datang. Kita tunggu dulu orangnya datang"

orang? Berarti Tristan bukan hanya punya urusan denganku saja. Ada orang lain yang bergabung dengan kami. Siapa ya orang yang ditunggu Tristan?

Suara langkah orang berjalan terdengar semakin dekat menuju arah kami. Aku melihat kearah asal suara itu. Betapa terkejutnya aku ternyata orag yang ditunggu oleh Tristan adalah Disya. Apa yang sedang direncanakan Tristan? Kenapa Disya bisa ada disini

"Cepet to the point mau ngomong apa? Waktu kalian sebentar" dengan nada suara yang jutek dan tangan dilipat didepan dada, Disya berdiri didepan kami. Kami otomatis berdiri untuk menyamai tinggi Disya

"Eh bisa sellow ga? Jaga tuh mulut" Tristan memperingatkan Disya akan perilaku

"Masalah anda apa sih? Jadi orang ga nyante amat. Apa-apa emosi. Pake acara marah ke Anin lagi. Dia ga salah kalo pengin tau. Kalo mau marah dan cemburu jangan asal nuduh, lagian hak saya juga mau dekat sama siapa. Lagian anda bukan siapa-siapa saya" lanjutnya membuka mengenai masalahku dengan Disya

"Masalahku tuh Dita. Aku suka sama kamu sejak lama, dan Dita tau soal itu. Tapi dia malah nusuk aku dari belakang" emosi Disya mulai tidak stabil. Disya emang orang yang gampang sekali dipancing emosinya. Dia ngomong dengan suara yang keras dan menunjuk-nunjuk kearahku bahwa aku yang salah disini

"Sorry tapi saya tidak suka ke anda. Anda kalau mau marah-marah dan cemburu sadar tempat dan posisi. Dan harus punya landasan yang kuat, jangan asal nuduh orang sembarangan tanpa tau kebenaran yang terjadi" Tanpa terpancing emosi Disya, Tristan menjawabnya dengan tenang. Dan menekan setiap perkataan yang dia ucapkan agar Disya paham

"Aku tahu semuanya yang terjadi. Dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, bukan kata orang lain"

"Kalau anda tau apa yang terjadi seharusnya anda ga marah-marah seperti ini"

"Aku sebel kekalian berdua. Kenapa harus kalian berdua. Aarrggghh" teriak Disya

"Kami ga ada hubungan apa-apa sya. Kenapa kamu bisa sebel sampai begini ke kami?" aku ikut membuka suara. Aku  ingin segera mendapatkan titik terang permasalahanku. Maka dari itu aku tidak bisa membiarkan Tristan yang menyelesaikan semuanya. Karena ini masalahku dengan Disya.

"Karena kalian berdua orang terdekat dari Satria. Aarrggghh" Disya berjongkok sambil memegangi kepalanya.

"Sya kamu kenal Lio?" Aku terkejut saat Disya membawa-bawa nama Lio dalam pembicaraan kami. Karena selama aku berteman dengan Disya, kamu tidak pernah membicarakan Lio sama sekali

"Arrrghhh iya aku tau Satria"  aku Disya

"Anda kenal Lion darimana? Setahu saya Lion tidak pernah dekat dengan anda? Lantas apa hubungan anda sebel ke kami dengan Lion?" Tanya Tristan. Karena dia tahu siapa aja orang yang dekat dan tidak dengan Lio. Lio selalu menceritakan segala hal pada Tristan

*Satria=Lio=Lion orang yang sama ya. Satria Lionanda Wijaya. Baca part sebelumnya ada penjelasannya

"Emang Satria tidak mengenalku. Tapi aku tahu Satria. Gara-gara aku Satria dan kamu Anin mengalami kecelakaan. Aarrggghh maaf maaff maaff aku ga ada niatan buat orang celaka" Disya menangis sejadi-jadinya. Bersimpuh dibawah kakiku sambil mengucapkan kata maaf  berulang kali.Aku berjongkok, memegang bahunya dan menyuruhnya berdiri.

"Jadi karena anda Lion meninggal?" Tristan emosi mengetahui fakta bahwa yang menyebabkan kecelakaan Lion adalah Disya. Tristan mencengkram wajah Disya dengan begitu kuat. Sampai-sampai wajah Disya merah

"Tristan cukup. Ingat semua masalah ga bisa diselesaikan dengan emosi" aku berusaha meredam emosi Tristan. Karena bagaimanapun Disya itu perempuan dan dia sahabatku.

"Maaf maaf aku juga ga ingin kecelakaan itu terjadi" Disya bicara dengan nada sesenggukan akibat air mata dan perasaan bersalah padaku dan Tristan

"Ceritakan dengan jelas kejadiannya seperti apa sya" pintaku pada Disya
~~~~~~~~~~~~💖💖💖~~~~~~~~~~~
Hello guys kembali lagi dengan author abal-abalan ini
Maaf Sabtu kemaren ga bisa up karena tugas kuliah yang begitu numpuk.
Sebagai gantinya author akan up sekarang. Maaf kalau cuma sedikit.
Author ga janji kapan bisa up lagi karena tugas-tugas yang kian menumpuk dan menyita waktu
Tapi author usahakan akan menyelanjutkan anindita

ANINDITA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang